Akhir Karier David Trezeguet dan Era Kelam River Plate

David Trezeguet mungkin lebih dikenal sebagai pahlawan Juventus; bersama Alessandro Del Piero, Pavel Nedved, Gianluigi Buffon dan beberapa pemain bintang lain, yang setia bertahan saat penguasa Serie A Italia itu menjalani musim paling berat pada 2006/2007, turun kasta dan bermain di Serie B. Dia juga dikenang sebagai pahlawan Prancis saat menjuarai Euro 2000 lewat gol emasnya di final.

Tapi, kisah kepahlawanan Trezeguet sebagai pemain sepakbola ternyata bukan hanya itu saja. Jelang akhir karier profesionalnya, ternyata dia masih sempat berjuang untuk klub kebanggaannya. Hanya tiga bulan setelah ulang tahunnya yang ke-34, pemain kelahiran 15 Oktober 1977 itu pun bergabung dengan River Plate, saat raksasa Argentina itu menjalani era kelam; pertama kalinya terdegradasi.

Klub Masa Kecil

Semusim setelah meninggalkan Juventus pada 2010 dan bermain untuk Hercules di La Liga Spanyol sebelum degradasi, Trezeguet memutuskan pindah ke Uni Emirat Arab untuk berseragam Baniyas SC. Sayangnya, dia malah mengalami cedera dan harus menghabiskan sebagian besar musim, sehingga akhirnya setuju untuk mengakhiri kesepakatan setelah hanya sempat membuat empat penampilan.

Penyerangyang dijuluki Trezegol selama pengabdiannya di Turin itu sempat berpikir untuk gantung sepatu. Namun, dia malah mendapat tawaran untuk menjadi bagian dari sejarah klub masa kecilnya, River. Trezeguet yang lahir di Prancis tapi dibesarkan di Argentina karena kedua orang tuanya berasal dari Negeri Tango itu, memang tumbuh sebagai penggemar klub berjuluk Los Millonarios tersebut.

Selama dekade pertama kehidupan sang striker, River berjaya, berhasil memenangkan lima gelar liga domestik. Hingga kemudian mereka melahirkan talenta-talenta seperti Hernan Crespo, Pablo Aimar, dan Ariel Ortega; ketika Trezeguet sendiri sedang berjuang menjadi pesepakbola dari akademi klub Argentina Platense, sebelum akhirnya pindah ke Eropa bersama AS Monaco pada periode 1995-2000.

Datang Kala Krisis

Namun, bertahun-tahun kemudian, ketika Trezeguet menjadi veteran juara dunia, juara Eropa, serta pemenang dua kali Liga Prancis dan Italia, River malah berada dalam krisis. Karena hutang 75 juta dolar AS, mereka kesulitan di lapangan, dan di akhir musim 2010/2011 terpaksa harus jalani play-off degradasi. Sayangnya, River tak bisa bertahan, terpaksa turun kasta yang berujung kerusuhan fans.

Di periode itulah, Desember 2011, dia datang. Bintang Trezeguet mungkin masih belum sepenuhnya redup. Tapi dia tak akan lagi mendapat sambutan luar biasa tanpa mampu berbuat apa-apa. Belum lagi cedera yang sedang dialami, membuatnya baru turun ke lapangan setelah lebih separuh musim, pada Februari 2012. Beban yang langsung dihadapinya, membawa River kembali ke Primera Division.

River berada di posisi dua klasemen kala itu; cukup baik untuk mengamankan tiket promosi, tetapi harus bersaing ketat dengan Quilmes, Instituto, dan Rosario Central. 12 Februari 2012, Trezeguet akhirnya menjalani debut. Meski gagal mencetak gol, tapi dia membawa klub meraih kemenangan. Begitu pula di dua laga berikutnya, dengan masing-masing satu gol meski tampil sebagai pengganti.

Setelah dua gol dalam penampilan kelimanya, pemain bernomor 17 itu lalu dipercaya sebagai starter. Sejak itu, Trezeguet tidak terhentikan, mengakhiri kampanye dengan 13 gol dalam 19 pertandingan. Bahkan, pada laga terakhir musim itu, sekaligus penentu gelar juara, dia sukses memborong dua gol kemenangan saat menjamu Almirante Brown, yang membuat Estadio Mas Monumental meledak.

Berakhir di India

Trezeguet yang telah menantang dirinya dengan bermain untuk klub besar di era paling kelam dalam sejarah mereka, akhirnya berhasil mengembalikan tim hebat tersebut ke tempat selayaknya; dengan bonus trofi juara Primera B Nacional. Musim berikutnya, River kembali bermain di Primera Division, dan Trezeguet dipercaya pelatih Ramon Diaz sebagai kapten tim menggantikan Fernando Cavenaghi.

Sayangnya, performa sang penyerang malah menurun; hanya membukukan satu gol dalam 10 laga di Torneo Apertura (liga pembuka), serta dua gol dan satu assist dalam enam penampilan pada Torneo Clausura (liga penutup) musim 2012/2013. Cedera lama kembali menghantui, memaksa Trezeguet harus meninggalkan banyak pertandingan, meski River tetap mampu bertahan di kompetisi tertinggi.

Karier Trezeguet di Buenos Aires akhirnya berujung buruk; River pun melepasnya pada musim panas, meski fans memprotes keputusan tersebut. Newell’s Old Boys lalu merekrutnya. Pemain setinggi 1,9 meter itu sempat mencatatkan sembilan gol dalam 30 penampilan, termasuk di Copa Libertadores. Tapi, itupun tak mampu mempertahankan posisinya di klub, menjelang usianya memasuki 37 tahun.

Musim panas 2014, Trezeguet lalu membuat sebuah keputusan besar dengan pindah ke salah satu negara antah berantah dalam dunia sepakbola, India. Dia bergabung dengan FC Pune City, sebelum disusul mantan duetnya Del Piero, dan rekan senegara Robert Pires. Trezeguet sempat menunjukkan sisa-sisa ketajamannya dengan menghasilkan dua gol dalam sembilan penampilan, sebelum akhirnya resmi mengumumkan gantung sepatu pada 20 Januari 2015, dan lalu masuk ke manajemen Juventus.

Sumber:

https://www.planetfootball.com/nostalgia/the-last-goodbye-when-david-trezeguet-rescued-river-plate-aged-33
https://en.wikipedia.org/wiki/David_Trezeguet
https://www.transfermarkt.com/david-trezeguet/profil/spieler/4146