Akhirnya Datang Juga, Borja van Baston!

Foto: Wales Online

Mengoleksi 13 poin dari lima laga pertama EFL Championship 2019/2020, Swansea City duduk di zona promosi otomatis. Mereka tak sendirian. The Swans merupakan salah satu dari empat tim yang belum menelan kekalahan pada lima partai pembuka Championship bersama West Bromwich Albion (dua menang, tiga seri), Charlton Athletic (tiga menang, dua seri), dan Leeds United (empat menang, satu seri).

Leeds memimpin klasemen sementara berkat keunggulan selisih gol. Tapi, Swansea adalah kesebelasan yang paling produktif dari lima pertandingan itu. Mereka mencetak 11 gol atau satu lebih banyak dibanding Leeds dan Preston North End (10). Mantan penyerang Atletico Madrid, Borja Baston, menjadi alasan utamanya. Hingga 26 Agustus 2019, Baston berhasil mencetak lima gol dan menduduki puncak topskorer sementara Championship 2019/2020.

Membobol gawang lawan empat kali di tiga laga terakhir kontra Derby County, Queens Park Rangers, dan Birmingham City, Baston mengungguli nama Patrick Bamford, dan Aleksandar Mitrović (4) yang sebelumnya diunggulkan untuk menjadi topskorer liga di 2019/2020.

Menurut BetVictor, Baston hanya memiliki peluang 12/1 untuk jadi topskorer. Lebih rendah dari Mitrovic (10/3), Bamford (6/1), dan Karlan Grant (8/1). Sementara Bet365 dan Unibet menaruh nama Baston di atas Grant. Tapi tetap di bawah Bamford dan Mitrovic.

Bursa taruhan memperkirakan nama-nama yang benar. Pasalnya, saat ini mereka semua menjadi nama-nama paling berbahaya di awal musim 2019/2020. Terutama Borja Baston. Siapa yang sangka jika Baston akan menggila bersama Swansea?

Penyerang yang musim lalu dipinjamkan Swansea ke Malaga dan main di divisi dua Spanyol sebenarnya tidak memiliki modal untuk jadi topskorer liga. Ia hanya mencetak dua gol dari 22 penampilan bersama Malaga. Terlibat dalam 71 partai di tiga kesebelasan berbeda sejak 2016/2017, Baston hanya mencetak delapan gol. Tiba-tiba, dirinya mencetak gol setiap 80 menit sekali!

Awal yang Terang

 

Foto: El Corner del Sur

Nama Baston memang sudah diprediksi akan menjadi pemain besar setelah dirinya tercatat sebagai peraih sepatu emas di Piala Dunia U17 2009. Ketika itu, Baston mencetak lima gol untuk Spanyol yang meraih juara tiga turnamen. Dirinya unggul dari Mario Gotze dan Son Heung-Min. Hanya bisa disamakan Sani Emmanuel, Haris Sefarovic (finalis), dan Sebastian Gallegos (Uruguay).

“Borja [Baston] adalah seorang pemenang. Dia tahu apa yang harus ia lakukan agar dapat menjadi pemain yang lebih baik lagi,” puji Kepala Pelatih Real Murcia Inaki Alonso. “Sejak ia datang ke Real Zaragoza, kami tidak mengajarkannya untuk mencetak gol. Dirinya telah memiliki kemampuan itu. Ia punya gaya tersendiri di depan gawang lawan dan selalu jadi momok yang berbahaya,” tambah Kepala Pelatih Zaragoza Ranko Popovic.

Real Murcia dan Zaragoza hanya mendapatkan jasa Baston sebagai pemain pinjaman dari Atletico Madrid. Penampilannya bersama Zaragoza di divisi dua kemudian menarik minat Eibar. Kesebelasan asal Basque tersebut baru promosi dari Segunda dan meminjam jasa Baston dari Rojiblancos. Baston terlibat dalam 22 gol dari 36 penampilan bersama Eibar.

Memang lebih rendah dari raihannya di Zaragoza, 27 gol dari 38 laga. Tapi Zaragoza main di divisi dua, sementara Eibar peserta La Liga. Setidaknya raihan itu membantu Eibar tetap ada divisi tertinggi sepakbola Spanyol. Eibar duduk di peringkat 13 klasemen akhir La Liga dengan Baston terlibat dalam 44,8% dari total gol mereka (22/49).

***

Joseph Walker dari ESPN percaya bahwa Baston akan jadi jawaban bagi Atletico Madrid yang paceklik gol di musim 2015/2016. Setelah tampil apik di Eibar dan Zaragoza sudah saatnya Baston mengisi tim senior Rojiblancos. Mendapatkan kesempatan kedua setelah debutnya di tim senior Atleti dirusak oleh cedera ligamen lutut yang patah.

Setelah mengalami patah kaki di debutnya pada 2009/2010, Ginés Meléndez yang melatih Baston di Spanyol U17 merasa karier mantan topskorer Piala Dunia itu sudah berakhir. “Itu membunuhnya. Semuanya jadi berantakan. Ia mendapatkan kesempatan setelah mencetak lima gol dari enam pertandingan Piala Dunia. Tiba-tiba semuanya terhenti,” kata Melendez.

Tapi, kenyataannya Baston bangkit. Ia bahkan sampai dijuluki Borja van Baston di Spanyol. Diambil dari nama penyerang Belanda, Marco van Basten. Namun, ia tak mendapat tempat di Atletico Madrid. Diego Simeone lebih memilih membeli Kevin Gameiro dan memulangkan Fernando Torres dibandingkan memanfaatkan Baston.

Pembelian Gagal

Foto: Mirror

Jasa Baston kemudian ditebus Swansea dengan dana 15 juta Pauns. Menjadi pemain termahal yang pernah mendarat di Liberty Stadium pada 2016/2017 sebelum rekor itu dipecahkan Andre Ayew semusim kemudian. “Saat membela Deportivo La Coruna dan Zaragoza, saya mulai disebut ‘van Baston’,” buka Baston.

“Marco van Basten adalah pemain yang saya idaolakan dan dia mencetak banyak gol. Hal serupa juga saya lakukan di sana [Deportivo dan Zaragoza], perbandingan pun jadi tidak bisa dihindari. Semoga hal serupa dapat saya lakukan di Swansea,” katanya.

“Borja [Baston] adalah pemain muda. Dia pemain bertalenta dan memiliki masa depan di tim ini. Saya senang bisa mendapatkan jasanya. Dia dapat membantu kami berkembang. Harga Borja memang tergolong mahal untuk pemain muda. Tapi menurut saya, ini adalah transaksi yang menguntungkan bagi kami,” kata Francesco Guidolin yang membeli Baston dari Atletico Madrid.

“Swansea sudah lama menginginkan jasa saya. Datang ke sini adalah keputusan mudah. Walaupun Atleti kesebelasan yang bagus, mereka tidak memiliki ruang dan tidak memberi kesempatan kepada saya,” tambah Baston.

Harapan Baston dan Guidolin itu tidak menjadi kenyataan. Baston cedera di awal kariernya membela Swansea. Menurut Guidolin, cedera itu membuat Baston merasa frustasi. Tapi nakhoda asal Italia tersebut tetap percaya bahwa Baston akan membuktikan dirinya di Premier League. Baston akhirnya hanya mencetak satu gol dari 20 penampilan di musim pertamanya membela Swansea. Ia disebut sebagai pembelian gagal.

Sudah Direlakan ke Malaga

Foto: Wales Online

Sekalipun Paul Clement, manajer ketiga Swansea di 2016/2017, percaya Baston akan dapat membayar kepercayaan yang diberikan kepadanya, semua terlihat suram. Baston pun menyalahkan Bob Bradley, manajer Swansea setelah Guidolin dan sebelum Clement sebagai biang kerok kegagalannya di Liberty Stadium.

“Bradley membuat satu tim menjadi gila. Ia mengubah banyak hal sampai-sampai kami tidak mengerti apa yang terjadi,” kata Baston. “Karier saya di Swansea tak sesuai dengan harapan. Meski saya adalah rekor pembelian mereka, tak ada kepercayaan yang diberikan. Saya tidak mendapatkan kesempatan yang dibutuhkan,” lanjut Baston.

Malaga sebenarnya memiliki opsi untuk membeli jasa Baston dengan dana 12 juta Euro di akhir musim 2018/2019. Namun setelah hanya mencetak dua gol, wajar jika Blanquiazules tak mengaktifkan opsi tersebut.

Pulang ke Liberty Stadium pun jadi keputusan yang benar. Kali ini, Swansea ditangani oleh Steve Cooper, dan dia percaya bahwa Baston bicara banyak the Swans. “Dia adalah pekerja keras dan selalu lapar di atas lapangan. Ia juga senang ada di sini. Dirinya sangat digemari di ruang ganti kami,” aku Cooper.

Kepercayaan itu pun dibayar dengan gol oleh Baston. Ia bahkan membantu Swansea untuk meyakinkan Andre Ayew bertahan di Liberty Stadium. Butuh waktu yang cukup lama, tapi Borja mulai terlihat memenuhi janjinya untuk mempertahankan julukan van Baston. Para suporter Swansea pun mulai berubah pikiran tentang dirinya. Ia tak lagi disebut pembelian gagal, justru diyakini sebagai penerus Michu.