Michael Owen kecewa pada Newcastle United yang tak memperpanjang kontraknya. Bukan soal nilai kontrak, tapi gara-gara ini, suporter The Magpies menuduhnya tidak setia. Apalagi saat itu Newcastle terdegradasi.
Owen pun berstatus bebas transfer di awal musim 2009/2010 tersebut. Ada tawaran dari rival Liverpool, Everton. Ia sudah berbicara dengan pihak klub dan kemungkinan akan pindah ke Goodison Park; sampai tawaran mengejutkan itu tiba.
“Dua hari setelah pulang dari pertemuan dengan manajer Everton, David Moyes, hidupku begitu tenang di rumah saat nama Nicky Butt muncul di layar ponselku,” cerita Owen.
Butt saat itu cuma berpesan pada Owen untuk bersiap-siap. Soalnya, Sir Alex akan segera meneleponnya. Butt lalu menambahkan: “Aku pikir dia ingin merekrutmu.”
Owen tidak percaya. Ia mulai berimajinasi bergabung dengan klub di mana trofi adalah sesuatu hal yang biasa. Ia akan tampil di banyak pertandingan besar, main di Liga Champions, dan ditonton langsung 75 ribu orang di stadion.
Percaya pada omongan Butt, Owen tak bisa mengalihkan matanya dari layar ponselnya. Selama sejam, ia cuma duduk dan memerhatikan teleponnya. Lalu, ponselnya berdering.
“Teleponnya berasal dari nomor pribadi. Aku biasanya tak menjawabnya tapi kali ini pengecualian. Aku membiarkannya berdering selama lima atau enam detik sebelum menjawab. Itu darinya. Setelah sejumlah basa-basi, Sir Alex mengundangku ke rumahnya keesokan harinya,” kata Owen.
Owen merasa begitu tegang. Ia tak bisa tidur malam itu. Ia bingung bagaimana membuat kesan yang baik di hadapannya.
Owen pun memilih pakaian yang akan ia kenakan dengan hati-hati. Ia lalu pergi lebih awal hanya untuk memarkirkan mobilnya sekitar satu kilometer sebelum rumahnya Fergie. Ia hanya duduk di mobilnya selama 50 menit sebelum waktu yang ditentukan.
“Tiba 10 menit lebih awal adalah targtetnya. Aku sangat ingin mengesankannya di banyak hal. Aku berkendara ke rumahnya dan memencet bel,” kata Owen.
Untungnya, baik Owen maupun Fergie punya kesenangan yang sama dalam hal balap kuda. Bahkan, balapan kuda jadi topik utama di pertemuan pertama mereka di hari itu. Malah tidak ada pembicaraan soal perekrutannya ke United.
“Anehnya, aku tak merasa dia pernah secara langsung bilang kalau dia ingin merekrutku. Aku hanya berasumsi,” kata Owen.
Setelah pulang dari rumah Fergie, Owen yakin kalau ia akan menjadi pemain Manchester United. Di sisi lain, agennya, Tony Stephens, bahkan belum dihubungi David Gill sebagai CEO United.
Owen Mengkhianati Liverpool
Kesenangan sekaligus kebingungan Owen tersebut bertambah karena bergabung dengan Manchester United berarti mengkhianati Liverpool. Di sisi lain, karier Owen dibangun di Merseyside Merah. Para suporter Liverpool jelas tidak akan suka dengan keputusan Owen tersebut. Namun, ada satu hal yang membuat Owen tak peduli: trofi.
Owen memang cuma mencetak 17 gol dari 52 laga untuk United. Akan tetapi ada satu hal yang tak bisa ia dapatkan di Liverpool: trofi Premier League.
“Pada saat ini, sejujurnya aku pasrah pada kenyataan bahwa fans Liverpool akan membenciku, apa pun yang aku lakukan. Apakah mereka akan lebih membenci saya karena pergi ke Manchester United daripada pergi ke Everton? Lemparkan koin…”
Pilihan Owen sama-sama mengerikan saat itu: pergi ke Everton atau Manchester United. Dua-duanya memberikan dampak merusak yang sama. Namun, United hadir dengan keunggulan: bisa memberinya trofi.
Owen pun harus segera menentukan keputusan karier untuk masa depannya dan keluarga. Soalnya, ia sudah melakukan banyak hal untuk kembali ke Liverpool. Sayangnya hal tersebut tampak tidak mungkin terjadi.
“Dihadapkan pada kemungkinan bermain di klub besar, dengan fasilitas bagus, di Liga Champions, dengan pemain yang aku kenal dan pernah bermain bersama di Inggris, bukanlah pilihan yang sulit untuk bergabung dengan Manchester United. Aku tidak menyesalinya sedetik pun. Terlebih lagi, keluargaku turut bergembira atas keputusanku,” terang Owen.
“Pertama dan terpenting, aku adalah seorang pesepakbola. Sepakbola adalah caraku mencari nafkah. Oleh karena itu, aku memiliki kesempatan untuk bermain di level tertinggi di akhir karier saya dan pada saat yang sama menafkahi keluarga. Aku sangat ragu bahwa banyak pemain – terlepas dari apa yang mereka katakan – akan menolaknya (transfer ke United).”
Pada akhirnya, Owen hanya berusaha untuk realistis. Ia harus berjuang di sepakbola karena itu adalah caranya mencari nafkah. Loyalitas tidak akan memberimu uang, bukan? Tapi pindah ke Manchester United–waktu itu–pasti memberinya trofi.
Sumber: All Football