Perlahan naik dari divisi tiga Inggris hingga ke Premier League. Tengah menjalani musim keempatnya di divisi tertinggi sepakbola Inggris dan telah terlibat dalam 42 gol dari 104 penampilan selama tiga musim terakhir. Nama Troy Deeney sejatinya bisa masuk ke dalam susunan pemain tim nasional Inggris.
Sampai dengan September 2018, hanya empat pemain Inggris yang bisa melampaui pencapaiannya di Premier League: Harry Kane, Jamie Vardy, Dele Alli, dan Raheem Sterling. Semua pernah membela the Three Lions kecuali Deeney. Padahal dirinya merupakan salah satu andai bukan pemain Inggris paling konsisten di atas lapangan. Bukan hanya sebagai penyerang, di semua lini.
Bergabung dengan Watford pada 2010/2011, Deeney telah merasakan 11 manajer di Vicarage Road. Mulai dari Malky Mackay yang memboyognya dari Walsall dengan dana tidak mencapai satu juta pauns. Hingga Javi Garcia yang baru mendarat pada Januari 2018. Siapapun yang memegang kendali, Deeney selalu menjadi pilihan utama.
Bukan tanpa alasan pula ia diandalkan di lini depan Watford. Konsisten mencetak gol dan membuka ruang bagi rekan-rekan satu tim, Deeney adalah ujung tombak murni. Selama bermain di Premier League, ia hampir selalu terlibat dalam 10 gol per musim.
Sampai akhirnya mengantarkan Watford ke Wembley untuk ketiga kalinya dalam enam tahun terakhir (2013, 2016, 2019). Pada 2013, Watford ke Wembley untuk final Play-off Championship melawan Crystal Palace. Sementara dua kesempatan lainnya merupakan hasil kampanye di Piala FA.
Lalu mengapa Deeney tak pernah dipanggil ke tim nasional Inggris? Padahal David Nugent saja pernah mengenakan seragam the Three Lions. Perbincangan mulai muncul setidaknya sejak 2016.
Didorong Mazzarri, Foster, dan Jokanovic
Foto: Daily Mail
Ketika itu, Watford ditangani Walter Mazzarri. Nakhoda asal Italia itu adalah sosok yang memberi debut untuk Andrea Poli dan Lorenzo Insigne di Serie-A. Kedua pemain tersebut akhirnya mendapat kesempatan untuk bermain untuk Azzurri. Menurut Mazzarri, Deeney juga layak membela Inggris.
“Deeney adalah penyerang yang kuat. Dia bugar dan saya akan sangat senang jika dirinya dipanggil ke tim nasional. Apapun keputusan manajer tim nasional, pasti saya hargai. Tapi FA bisa menelpon saya dengan menggunakan bantuan penerjemah,” kata Mazzarri.
Kepala Pelatih Inggris saat itu adalah Sam Allardyce. Big Sam yang terkenal senang penyerang-penyerang klasik dengan fisik kuat seperti Kevin Davies, dan Andy Carroll seharusnya bisa memberi tempat. Sialnya, Allardyce terkena masalah kala menangani Inggris dan akhirnya digantikan oleh Gareth Southgate.
Usai Piala Dunia 2018, di mana Southgate mengantarkan Inggris ke semi-final di Rusia, perbincangan soal Deeney masuk tim nasional kembali muncul. Mantan penjaga gawang Manchester United yang mengantongi delapan penampilan tim nasional, Ben Foster coba mempromosikan Deeney.
“Layaknya Peter Crouch saat dipanggil ke tim nasional, ia memberikan dimensi baru ke dalam gaya permainan tim. Kerja keras Deeney di atas lapangan tidak tertandingi. Dia adalah seorang pemimpin dan pemenang,” kata Foster.
Hal serupa juga dikatakan oleh Slavisa Jokanovic yang menangani Watford saat itu. “Deeney punya karakter yang kuat. Terkadang, dia memang sulit untuk diatur, tapi dedikasinya sangat tinggi,” kata Jokanovic.
Ditolak Southgate
Foto: Evening Standard
Sayangnya, Southgate menutup pintu kepada Deeney. “Deeney sangat cocok dengan gaya Watford. Saya adalah satu orang yang mengidolai dirinya. Tapi saat ini kami memiliki gaya bermain berbeda dan lebih fokus ke pemain-pemain muda. Melakukan regenerasi di dalam tubuh tim,” ungkap sosok yang pernah membela Aston Villa itu.
Ucapan Southgate memang masuk akal. Stuart Pearce juga mengatakan hal yang sama terkait hal ini. “Deeney adalah pemain yang bagus. Tapi kita harus lihat dari perspektif Southgate. Dirinya punya dua turnamen yang harus disiapkan, UEFA Nations League dan Piala Eropa. Oleh karena itu dirinya lebih memilih membangun tim dari pemain-pemain muda,” kata mantan manajer Manchester City.
Namun, saat itu Southgate masih memanggil Danny Welbeck ke dalam tim. Pemain yang sudah tak lagi muda. Memiliki posisi yang sama dengan Deeney, tapi lebih jarang bermain. Deeney pun kesal melihat keputusan Southgate memilih Welbeck ketimbang dirinya.
“Saya menghargai keputusan Southgate. Saya juga orang memiliki pandangan bahwa seragam tim nasional harus diraih. Menurut saya, empat pertandingan tidak cukup untuk meraih hal itu,” buka Deeney.
“Lihat Danny Ings, Glenn Murray, dan Callum Wilson. Bukan maksud menyinggung Welbeck, mereka semua lebih sering bermain dibanding dia. Saya lebih sering tampil dibanding dia. Kami lebih layak untuk dipanggil. Tapi dia yang mendapatkan tempat?,” lanjutnya.
Jawab Kritik Dengan Wilson dan Hughes
Foto: Watford FC
Sebulan setelah komentar tentang Welbeck itu keluar dari mulut Deeney, Southgate tak memanggil kembali pemain keturunan Ghana itu. Sebagai gantinya, Callum Wilson yang masuk dalam daftar pemain yang disarankan Deeney mendapat tempat di tim nasional Inggris. Pemain-pemain seperti James Tarkowski (Burnley), Jason Mount (Derby County), dan Lewis Dunk (Brighton) juga mendapat kesempatan.
Dari tiga nama yang disebut Deeney, Wilson memang bukan yang paling muda. Ia lima bulan lebih tua dibandingkan Danny Ings. Tapi Ings jarang main di Southampton. Glenn Murray sudah berusia kepala tiga dan menolak untuk membela Inggris karena ingin memberi tempat ke talenta-talenta muda.
Deeney juga sudah kepala tiga. Pernah menolak tim nasional Jamaika dua kali dan juga diminati oleh Irlandia Utara. Kesempatan itu juga ditolak demi Inggris. Dia mungkin masih menyimpan harapan untuk main dengan seragam the Three Lions. Namun, harapan itu kini lebih diberikan ke gelandang Watford, Will Hughes.
“Apa maksud Anda ‘tim seperti Watford’? Orang-orang perlu mulai memberikan rasa hormat pada kami. Akhir-akhir ini komentar tentang Watford membuat saya gerah,” ungkap Deeney.
“Pemain seperti Will Hughes memang layak untuk membela Inggris. Dia mungkin tak mau mengakuinya, namun saya beri tahu itu pada Anda,” jelas Deeney saat Ian Abrahams dari Talk Sport mengatakan sangat jarang kesebelasan seperti Watford bisa memiliki peluang memenangkan piala.