Ali Al-Habsi, mungkin adalah salah satu nama yang terdengar asing dalam sepakbola dunia. Tetapi jangan salah, ternyata dia pernah memukau Premier League Inggris periode 2010-an. Dia memang berasal dari negeri antah berantah, Oman, salah satu negara kecil di wilayah Teluk. Namun, sebagai penjaga gawang, dia pernah mencatatkan kesuksesan bersama klub kecil Inggris, Wigan Athletic.
Al-Habsi pernah memenangkan Piala FA 2012/2013, sebelum Wigan turun ke Championship, yang membuatnya ditaksir oleh banyak klub raksasa Inggris. Tetapi, jauh sebelumnya, ternyata sang kiper sudah menarik perhatian salah pelatih legendaris, Sir Alex Ferguson, ketika usianya masih remaja. Sayangnya, nasibnya tak sampai berlabuh di Old Trafford, meski akhirnya tetap bermain di Inggris.
Ditemukan John Burridge
Lahir di Muscat, ibu kota Oman pada 20 Desember 1981, Al-Habsi sudah menyukai sepakbola sejak dan memainkannya di jalanan bersama saudara-saudaranya.
“Kami biasa bermain sepanjang hari,” kenangnya. “Kami tidak memiliki lapangan rumput alami atau buatan, tidak ada akademi yang dapat kami ikuti. Tapi sepak bola yang kami pelajari di jalanan memberi kami kekuatan,” lanjut Al-Habsi.
Menariknya, dia tidak memulai sepakbolanya di bawah mistar gawang, melainkan sebagai striker.
“Saya dulu bermain sebagai striker dan saya cukup tinggi. Saya dijuluki Ali Flo, diambil dari nama pemain Norwegia Tore Andre Flo yang sangat tinggi dan sangat pandai menyundul bola. Namun saudara laki-laki saya Abdulaziz menasihati saya untuk menjadi penjaga gawang,” ceritanya lagi.
Sebelum berkarier jadi pesepakbola profesional, Al-Habsi sempat bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran di Bandara Internasional Muscat, gara-gara gagal masuk perguruan tinggi. Namun, dia mengaku bisa belajar banyak dari profesinya itu.
“Saya belajar banyak saat bekerja di sana, seperti menjaga kebugaran fisik, meningkatkan kekuatan, dan pengambilan keputusan yang cepat,” ujarnya.
Hingga akhirnya, jalan hidupnya berubah drastis ketika berusia 16 tahun, dia ditemukan oleh John Burridge, mantan kiper Premier League yang saat itu jadi staf pelatih timnas Oman.
Al-Habsi sendiri saat itu masih main di divisi tiga, sebelum direkrut Al-Mudhaibi, salah satu klub terbesar di negaranya setelah dipanggil ke timnas. Sejak itu, kariernya terus meroket hingga mendapat peluang ke Eropa.
Hampir ke Manchester United
“Saya ingat hal pertama yang dia katakan kepada saya adalah, kamu akan main di Premier League. Saya tidak percaya padanya pada awalnya. Liga Oman kami adalah liga amatir. Saya ingat bertanya-tanya apakah dia hanya mencoba menyemangati saya agar berlatih dengan baik bersamanya, atau dia serius?” lanjut Al-Habsi.
Pada kenyataannya, Burridge rupanya benar-benar menepati ucapannya.
Al-Habsi pun mendapat kesempatan trial bersama Manchester United. Hebatnya, Ferguson tertarik pada bakatnya.
“Ferguson ingin mengontraknya, tapi mereka tidak bisa memberi izin kerja,” cerita Burridge pula.
Tapi, dia tak patah arang, dan terus meyakinkan Al-Habsi. Saat berfoto di Old Trafford, “Dia berkata, saya yakin suatu hari nanti kamu akan bermain di stadion ini,” kenang sang kiper lagi.
Pada akhirnya, di usia 22 tahun Al-Habsi mengawali karier di Eropa bersama Lyn Oslo di Norwegia, negara asal pemain idolanya di masa kecil. Dia bermain selama tiga musim, dan sempat menembus final Piala Norwegia 2004. Tetapi, periode ini ternyata hanyalah batu lompatan baginya, karena pada Januari 2006 tawaran datang dari Premier League, dan sang kiper bergabung ke Bolton Wanderers.
Meski hanya sebagai kiper cadangan, namun Al-Habsi tak pernah menyerah. “Di Inggris setelah saya bertemu Jussi Jaaskelainen, yang merupakan kiper utama, cara dia berlatih keras, itu mengajari saya untuk bersabar,” sambungnya lagi.
Kerja kerasnya itu berbuah hasil, setelah Roberto Martinez yang menangani Wigan memintanya untuk bergabung, karena kiper utama mereka mengalami cedera.
Juara Piala FA
Setelah memenangkan Piala Teluk 2009 bersama Oman, Kiper Terbaik Arab dan Kiper Terbaik Liga Norwegia 2004 itu direkrut Wigan dengan status pinjaman pada 2010. Al-Habsi pun menjawabnya dengan penampilan terbaik. Dia bermain dalam 34 pertandingan Premier League, hingga menjadi Pemain Terbaik Wigan musim itu. Musim berikutnya, statusnya dipermanenkan oleh pihak klub.
Al-Habsi pun dikenal sebagai spesialis penakluk penalti. Setidaknya sekitar 50 persen penalti yang dihadapinya sejak bergabung dengan Wigan berhasil dipatahkannya, di antaranya para striker papan atas seperti Robin van Persie, Carlos Tevez, Javier Hernandez dan Mikel Arteta. Berkat penampilan luar biasanya itu, dia sempat dikabarkan menarik perhatian klub-klub besar, Liverpool dan Arsenal.
Musim 2012/2013 menjadi puncak karier Al-Habsi di Inggris. Dia berhasil membawa Wigan menjuarai Piala FA. Sayangnya, di final sang kiper malah dibangkucadangkan, setelah Martinez lebih memilih penjaga gawang muda Spanyol, Joel Robles yang baru datang dengan status pinjaman. Akhir musim itu, Wigan malah degradasi ke Championship di mana Al-Habsi masih bertahan selama dua musim.
Sempat dipinjamkan ke klub Championship lain, Brighton & Hove Albion di paruh kedua 2014/2015, dia lalu pindah ke Reading yang juga bermain di kompetisi sama pada 2015. Al-Habsi tampil selama dua musim dan memenangkan penghargaan pemain terbaik klub secara beruntun. Setelahnya, dia bergabung dengan Al-Hilal di Arab Saudi, sebelum pensiun di West Bromwich Albion pada 2020.
Sumber: FIFA