Thiago Silva memberikan kritik terhadap kebijakan Paris Saint-Germain yang mengganti sosok pelatih pada musim panas nanti. Baginya, Unai Emery belum diberikan kesempatan yang cukup untuk membuktikan diri di Parc des Princes, walau telah berkarier dua musim di Liga Perancis.
“Ini keputusan klub dan saya rasa mereka telah membicarakannya usai kekalahan dari Real Madrid [pada babak 16 besar Liga Champions]. Pekan ini, mereka memutuskan bahwa ia [Emery] tidak akan tetap tinggal bersama kami di musim depan tapi saat ini tanggung jawabnya masih berada di pundak kami,” ucap Silva, seperti dinukil dari beIN Sports usai laga imbang kontra Guingamp.
“Kami mengganti sosok pelatih tapi tidak berkembang. Mungkin kami semua di sini harus mencari dan memikirkan apa yang harus dilakukan lebih baik lagi pada musim depan.”
Berbicara soal pelatih, maka pertama-tama yang terbayang adalah ambisi seorang pemilik atau presiden klub sebab semua bermula dari keinginan dan ide mereka. Sebagai seorang pemimpin, mereka harus menentukan jalur yang akan ditempuh klub agar mampu meraih target yang diinginkan. Menyetujui siapa saja yang dibeli dan dijual, mengatur finansial klub dan lainnya.
Bagi Paris Saint-Germain, kuncinya terletak pada pundak Nasser Al-Khelaifi selaku pemimpin yang dipercaya oleh Qatar Sports Investment (QSI) untuk mengelola klub asal Perancis tersebut. Taruhannya adalah pengakusisian 70 persen saham PSG pada 2011 silam.
Dengan dukungan dana yang hampir tidak terbatas dari Qatar, banyak pihak menilai PSG hampir dipastikan menjadi juara Liga Champions dan mendominasi panggung domestik. Untuk urusan yang terakhir, buktinya sudah ada. Namun untuk pentas Eropa, nanti dulu.
Naiknya Pengeluaran Klub
Demi mewujudkan target membawa PSG menjadi salah satu kekuatan di Eropa, Al-Khelaifi meluluskan pembelian Javier Pastore, Blaise Matuidi, Jeremy Menez, Kevin Gameiro dan tujuh pemain lainnya dengan total transfer sebesar Rp1,7 triliun. Khusus untuk Pastore, ia menjadi pesepak bola termahal yang pernah dibeli oleh klub asal Perancis.
“PSG bisa memiliki liga sendiri dalam tempo lima hingga 10 tahun mendatang. Pastore merupakan pembelian marquee bagi PSG dan sepak bola Perancis. Dia sangat bertalenta. Ia bisa memberikan dampak terhadap PSG dan sepak bola Perancis. PSG sempat mengincar Ganso dan Adel Taarabt tapi memutuskan untuk mengejar Pastore,” ujar direktur olahraga Liverpool untuk area Perancis, Damien Comolli kala itu, seperti dinukil dari BBC Sport.
Di musim berikutnya Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Ezequiel Lavezzi, Marco Verratti dan Gregory van der Wiel masuk. David Beckham dan Lucas baru bergabung pada jendela transfer musim dingin. Namun yang pasti dana belanja PSG mengalami peningkatan signifikan, menjadi Rp2,5 triliun.
Transfer besar pun terjadi di musim 2013/2014 dengan total Rp2,2 triliun, Rp836 miliar di 2014/2015, Rp1,9 triliun pada 2015/2016, Rp2,3 triliun di 2016/2017 dan rekor transfer terbesar muncul di musim 2017/2018 dengan total Rp3,9 triliun.
Melihat secuil rencana transfer PSG, rasanya angka di musim ini tidak akan membesar pada musim panas nanti. Pasalnya hanya transfer Neymar lah yang sangat signifikan dengan angka Rp3,7 triliun dan di musim panas nanti PSG baru dipastikan mempermanenkan Kylian Mbappe dengan angka Rp3 triliun.
Untuk urusan penjualan, hanya di musim ini saja PSG mampu meraup uang yang tinggi, yaitu Rp1,5 triliun. Pasalnya Les Parisiens era QSI sulit untuk mencapai angka penjualan yang tinggi pada musim-musim sebelumnya. Hanya di musim lalu PSG mampu mendapatkan uang sebesar Rp 987 miliar. Di lima musim lainnya PSG sulit meraup Rp500 miliar dari penjualan pemain.
Pertanyaannya: apakah pentingnya bagi Paris Saint-Germain memboyong pemain-pemain anyar tiap jendela transfer dan apa dampaknya?
“Membawa pemain bintang bukan hanya perihal nama atau reputasi semata, tapi juga gaya bermain. PSG mempunyai ambisi untuk memiliki pemain-pemain hebat yang telah diakui di seluruh dunia, untuk bisa mendongkrak reputasi klub dan memberikan para pemain dan pelatih level yang kami inginkan,” aku A-Khelaifi pada Medi1 TV, Agustus tahun lalu.
Pencarian Pelatih
Dari angka-angka di atas bisa disimpulkan bahwa Nasser Al-Khelaifi tidak main-main dalam membangun Paris Saint-Germain. Begitu pun dalam pemilihan pelatih. Kecuali mempertahankan Antoine Kombouare dengan argumen untuk menjaga kestabilan tim, PSG selalu mengontrak juru taktik kelas atas yang telah teruji.
Carlo Ancelotti sejak Desember 2011, memiliki catatan apik di AC Milan, Juventus dan Chelsea. Laurent Blanc teruji di Bordeaux dan Unai Emery membawa Sevilla jadi juara Liga Europa tiga musim beruntun. Artinya PSG memiliki impian dan target tinggi di dunia sepak bola.
“Kami merupakan klub yang ambisius di segala bidang. Laga demi laga, saya merasa rasa lapar PSG terhadap kemenangan kian membesar,” ujar Nasser Al-Khelaifi seperti dikutip dari L’Equipe, seusai dipasangkan kontra Bayer Leverkusen di babak 16 besar Liga Champions 2014 silam.
“Saya ingin kami memenangi titel juara lagi dan mampu melangkah sejauh mungkin di Liga Champions. Kompetisi itu harus dimenangkan paling lama empat tahun lagi.”
Tanpa diucapkan pun masyarakat sudah tahu apa yang jadi target Paris Saint-Germain. Pasalnya dengan transfer besar-besaran, mustahil hanya mengincar dominasi di panggung domestik. Kesuksesan di Eropa dan mungkin di dunia (melalui FIFA Club World Cup) menjadi sebuah kejelasan yang tidak bisa dipungkiri.
Selain komposisi skuat, pengusiran Laurent Blanc dengan kompensasi sebesar Rp334 miliar karena gagal membawa kesuksesan di Liga Champions walau sukses mendominasi di Perancis pun menjadi buktinya berikutnya. Tidak heran jika PSG menyodorkan durasi kontrak yang pendek kepada Unai Emery, yaitu dua musim demi menghindari pemberian kompensasi yang tinggi.
Kini dengan rencana kepergian Emery, beberapa nama menjadi kandidat penerusnya. Ada Paulo Fonseca, Massimiliano Allegri, Thomas Tuchel, Antonio Conte dan kembalinya Carlo Ancelotti. Siapapun itu, yang pasti memiliki beban berat untuk mengembalikkan investasi yang telah dikeluarkan tiap jendela transfer.