Andrea Barzagli, Sang Profesor yang Tertutup Sinar Juventus

Foto: Eurosport.com

Setelah menghabiskan delapan setengah tahun di Juventus, Andrea Barzagli resmi pamit undur diri dari lapangan hijau. Ia mengakhiri 19 tahun kariernya sebagai pesepakbola profesional dengan tampil lebih dari 500 laga. Mulai dari US Pistoiese di Serie-B hingga menjadi penguasa Serie-A bersama Juventus.

Si Nyonya Tua merupakan kesebelasan yang paling lama dibela Barzagli. Mencatat 281 laga dengan seragam hitam-putih Turin, menjuarai Serie-A delapan kali, dan mengangkat empat piala Coppa Italia.

Kehadiran Barzagli mungkin tertutup Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, Mehdi Benatia, dan Daniele Rugani. Bahkan Angelo Ogbonna yang kini membela West Ham juga pernah menutupi Barzagli.

Akan tetapi, bukan berarti Barzagli tidak berguna di Juventus. Bisa bertahan delapan setengah tahun merupakan bukti bahwa dirinya punya peranan krusial dalam tubuh Si Nyonya Tua. Barzagli bahkan bertahan lebih lama dibandingkan Angelo Peruzzi dan Pavel Nedved.

Hanya saja waktu diboyong dari Wolfsburg, dirinya sudah tak muda lagi. Berusia 29 tahun dan hanya memakan dana kurang dari 500 ribu euro. Bukan sebuah pembelian besar untuk kesebelasan sekelas Juventus.

Foto: Eurosport

Fabio Quagliarella mungkin jadi pemain yang paling menarik perhatian saat itu. Walaupun hanya berstatus pinjaman, ia didatangkan dari Napoli. Salah satu rival tradisional Juventus. Quagliarella sempat dibenci ultras Napoli karena kepindahan itu. Sekalipun ada alasan kuat dan mengerikan bagi Quagliarella pergi dari klub kesayangannya ke tim rival.

Barzagli hanya jadi penghangat bangku cadangan Juventus. Setidaknya sejak 2016/2017, ia tidak pernah bermain lebih dari 1.500 menit di Serie-A. Cedera menjadi alasan utama Barzagli kehilangan tempat di lini belakang. Ia delapan kali menderita cedera dalam tiga musim terakhir. Pada akhirnya, pensiun jadi opsi paling realistis.

“Saya akan bermain sampai tubuh meminta untuk berhenti. Saat Anda sering mengalami cedera. Mulai muncul pikiran tentang masa depan. Saya memutuskan untuk pensiun di akhir musim [2018/2019]. Tapi saya akan tetap berkecimpung di dunia sepakbola. Entah sebagai manajer, pelatih, ataupun, kolumnis. Ada banyak pilihan di depan mata,” ungkap Barzagli.

Pembelian Terbaik Juventus

Foto: Scoopnest

Dirinya tetap dikenang sebagai salah satu pembelian terbaik sepanjang sejarah Juventus. “Barzagli adalah profesor tim kami. Dia selalu tahu tempat yang tepat,” puji Chiellini.

“Saya senang mencuri ilmu dari para pemain lain. Jika harus memilih satu pemain yang paling senang saya lihat adalah Barzagli. Dirinya tidak terkalahkan dalam duel dan selalu berlatih keras. Dirinya adalah contoh bagi semua pemain,” aku Bonucci.

Mantan bek Juventus, Mattia Caldera bahkan mengatakan bahwa Barzagli lebih hebat dibandingkan Bonucci. “Andrea Barzagli adalah bek paling komplet di Serie-A dalam beberapa tahun terakhir,” puji Caldera.

Caldera yang saat ini membela AC Milan sempat disebut sebagai alih waris Bonucci. Namun dirinya justru lebih memilih Barzagli sebagai panutan. Wajar saja apabila saat Bonucci pergi ke San Siro, Juventus tidak mengalami banyak kesulitan di lini belakang.

Talenta Barzagli sebenarnya sudah tercium oleh Juventus sejak 2007. Saat itu ia membela Palermo dan sudah tercatat sebagai juara dunia bersama tim nasional Italia. Sayangnya, Palermo menginginkan jasa Fabrizio Micolli dan dana sebesar delapan juta euro untuk jasa Barzagli. Akhirnya Juventus pun mundur.

Setelah Palermo sukses mengunci jasa Micolli dari Juventus, Barzagli baru dilepas. Bukan ke Juventus, melainkan Wolfsburg. Si Nyonya Tua tetap menunggu Barzagli. Dia akhirnya mendarat di Turin pada Januari 2011. Keputusan Juventus menunggu berbuah hasil.

Diubah Felix Magath

Foto: Scoopnest

Pasalnya, ketika bermain di Jerman, Barzagli mulai belajar untuk memenangkan duel dan adu kecepatan dengan lawan. “Sangat menyenangkan main di Jerman karena tidak terlalu mengedepankan taktik seperti Italia. Lebih berani melakukan duel dan bermain cepat,” aku Barzagli.

Kedua aspek itu akhirnya menjadi kunci sukses Sang Profesor di Turin. Mengingat dirinya beberapa kali dipercaya menjadi bek kanan oleh Massimiliano Allegri.

Mental juara Barzagli juga ditempa di Wolfsburg. “Saya mungkin saat itu sudah menjuarai Piala Dunia. Tapi saya masih merasa sebagai pemain yang standard. Bahkan tidak layak. Tapi mental saya diubah oleh Felix Magath di Wolfsburg,” aku Barzagli.

“Dia memberi tahu saya apa yang salah dari performa di Wolfsburg. Mengapa penampilan saya kurang memuaskan di mata dia. Ternyata semua ada dalam diri saya, karena hanya memberi 70-80% saat latihan. Sisanya dimakan oleh rasa kurang percaya diri”.

“Magath membuat saya percaya bahwa performa yang ada bisa diperbaiki. Bahwa saya bisa bermain di level tertinggi,” lanjutnya. Tanpa keputusannya untuk merantau ke Jerman, karier Barzagli mungkin akan berbeda. Keputusan tersebut mengubah dirinya. Menjadikan dirinya sebagai legenda.

Resmi gantung sepatu, Corriere della Sera melaporkan bahwa Barzagli akan jadi tangan kanan Antonio Conte jika mantan nakhoda tim nasional Italia tersebut memutuskan untuk melatih Inter Milan.