Jens Lehmann adalah figur penting di lini pertahanan Arsenal yang ketika itu akan berlaga di final Liga Champions 2006. Bagaimana tidak? Ia bikin gawang The Gunners tak kebobolan selama 919 menit atau dari 10 pertandingan!
Terakhir kali gawang Lehmann kebobolan itu terjadi pada pertandingan fase grup kala melawan Ajax Amsterdam pada 27 September 2005. Ini adalah pencapaian yang bagus. Soalnya, lawan Arsenal di babak gugur juga tidak mudah: Real Madrid, Juventus, dan Villarreal.
Arsenal sendiri merupakan kesebelasan London pertama yang bisa mencapai final Liga Champions. Dalam perjalanannya di Liga Champions musim itu, Arsenal tak terkalahkan. Arsenal cuma kebobolan dua kali dari 12 pertandingan.
Namun, pertahanan bagus Arsenal diuji lewat ketajaman Barcelona. Barca saat itu punya lini serang mengerikan: Ludovic Giuly, Ronaldinho, dan Samuel Eto’o. Lini tengahnya diisi Deco dan Mark van Bommel, sementara Edmilson menjaga kedalaman. Menjadi wajar kalau Barcelona di musim itu berhasil mencetak 114 gol di semua kompetisi!
Arsene Wenger sendiri memasukkan Emmanuel Eboue untuk menggantikan Lauren yang cedera. Namun, Wenger sudah bisa memainkan Ashley Cole yang baru sembuh.
Lehmann Sampai Menit ke-18
Pertandingan berjalan dengan menarik. Kedua kesebelasan saling menyerang. Namun, pada menit ke-18 petaka bagi Arsenal hadir. Umpan terobosan Ronaldinho mengarah pada Eto’o yang lepas dari jebakan offside. Ia berjarak sekitar tiga meter dari pemain paling belakang Arsenal.
Mencium bahaya, Lehmann berlari ke depan kotak penalti. Ia melakukan gerakan tekel untuk menghadang bola. Belum sempat ia menekel, Eto’o bergerak dengan sangat cepat membelokkan arah bola. Tekel Lehmann lolos. Pun dengan Eto’o. Sepersekian detik kemudian, Lehmann menangkap kaki Eto’o dengan tangan kanannya.
Eto’o terjatuh. Wasit meniup peluit sementara Giuly menuntaskan bola muntah itu ke gawang yang kosong. Ada perdebatan di sana. Para pemain Barcelona protes karena wasit harusnya memberikan advantage dan mengesahkan gol Giuly. Akan tetapi wasit tetap pada keputusannya dan memberikan kartu merah buat Lehmann.
Lehmann keluar lapangan sembari mengunyah permen karet. Posisinya digantikan Manuel Almunia yang dibarter dengan Robert Pires. Yang Lehmann mungkin belum sadar saat itu adalah dirinya telah berhasil mencatatkan rekor; sebagai pemain pertama yang mendapatkan kartu merah di final Liga Champions.
Di laga itu, Arsenal sempat mencetak gol terlebih dahulu lewat Sol Campbell pada menit ke-37. Namun, Barcelona yang unggul jumlah pemain mampu membalikkan keadaan lewat gol Eto’o pada menit ke-76 dan Juliano Beletti pada menit ke-80.
Ketika wasit Terje Hauge dari Norwegia meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir, skor bertahan untuk keunggulan Barcelona 2-1.
Lehmann yang Enggan Terima
Kepada Skysports, Lehmann mengaku menerima keputusan wasit Hauge tersebut yang memberinya kartu merah. Meski, ia juga berpikir harusnya Hauge memberi advantage karena bola dikuasai Giuly dan menendangnya ke gawang yang kosong.
“Dia bisa memberikan advantage untuk Barcelona tapi wasit harus membuat keputusan cepat dan sulit buat wasit untuk membuat keputusan tepat,” terang Lehmann.
“Sungguh fantastis (menonton dari bench) sampai gol pertama Barcelona. Kami telah melakukannya dengan sangat baik dan bertarung dengan fantastis. Itu adalah raihan hebat buat tim yang bermain 10 melawan 11 pemain menghadapi tim yang bagus.”
“Namun, sayangnya, aku pikir gol pertama mereka itu offside. Kami punya wasit di final yang membuat dua keputusan yang merugikan kami.”
Lehmann enggan menerima keputusan dirinya diusir wasit. Ia pun terus mempertanyakan apakah Hauge siap buat pertandingan sebesar itu.
“Kami telah kalah dan ini sudah berakhir, tapi semua orang harus belajar dari segalanya. Barcelona punya kemampuan untuk bermain cepat, jadi kami harus mengambil ‘pria’ yang terbiasa dengan kecepatan ini.”
Jawaban Hauge
Hauge pun mengakui kalau ia terlalu terburu-buru ketika mengusir Lehmann. Padahal, ia bisa memberikan advantage dan memberikan gol itu buat Barca dengan membiarkan Lehmann tetap berada di atas lapangan. Hauge mengakui kalau ia harusnya berpikir terlebih dahulu sebelum memberi Lehmann kartu merah.
“Secara keseluruhan aku cukup senang dengna penampilanku,” kata Hauge kepada koran Norwegia, Dagbladet.
“Pertandingan dimulai dengan baik, lalu jelas di sana ada insiden dengan kartu merah. Pada titik ini aku ingin mengambil beberapa detik lagi untuk membuat keputusan.”
“Idealnya menunggu beberapa detik. Kalau aku telah melakukannya, aku bisa memberi gol dan nantinya memberikan kartu kuning. Tentu, semua orang ingin gol, jadi ini adalah situasi kuncinya.”
Namun, Hauge juga bersikeras kalau keputusannya mengusir Lehmann tak sepenuhnya salah. Soalnya, segalanya terjadi dengan begitu cepat dan ia melihat ada kontak fisik antara Lehmann dengan Eto’o.
Direktur Komunikasi UEFA saat itu, William Gaillard, bilang kalau pernampilan Hauge sangat bagus sepanjang tahun. Dia tak masuk dalam daftar wasit yang memimpin laga Piala Dunia 2006 sama seperti Herbert Fandel yang tampil bagus di final Piala UEFA. Soalnya, Jerman sudah punya satu wasit di Piala Dunia yaitu Markus Merk.
“Tentu saja komite wasit selalu menilai penampilan ofisial. Kami punya penilai di laga itu. Mungkin kalau ia menunggu setengah menit lebih, kalau dia kurang cepat, kita akan punya hasil yang berbeda. Itu adalah kenyataan dalam hidup, tapi secara teknis dia benar,” kata Gaillard.
Kalau Lehmann gak dikartu merah, hasilnya mungkin bakal berbeda ya?