Apa yang Dilakukan Argentina untuk Jadi Juara Dunia 2022?

Awan gelap menyelimuti Argentina menyusul kegagalan beruntun di tiga final; Piala Dunia 2014, serta Copa America 2015 dan 2016. Bahkan, Lionel Messi yang biasanya tabah, saat itu hampir tak bisa menahan air mata setelah kekalahan di final Copa America 2016. Soalnya dia merusaknya dengan kegagalan mengeksekusi tendangan 12 pas dalam drama adu penalti melawan Chile di partai puncak.

Usai kegagalan itu, Messi sempat pensiun dari ajang internasional, namun dia segera kembali untuk membawa Argentina ke Piala Dunia 2018. Tapi, lagi-lagi kekalahan yang didapat, berujung pada pemecatan Jorge Sampaoli. Dan, sekali ini Messi tampaknya makin mantap untuk menyingkirkan diri, setelah sempat pula beberapa kali punya hubungan kurang baik dengan federasi dan pelatih timnas.

Lionel Scaloni yang Entah Siapa

“Dia anak hebat tapi dia bahkan tak bisa mengarahkan lalu lintas. Bagaimana Anda bisa memberikan tim nasional kepada (Lionel) Scaloni?” ungkap mendiang Diego Maradona ketika federasi sepakbola Argentina (AFA) menunjuk Scaloni sebagai pelatih baru timnas usai kegagalan di Piala Dunia 2018.

Bahkan, fans juga kecewa dengan penunjukan pelatih dengan pengalaman hanya sebagai asisten itu.

Terus terang, sejatinya penunjukan Scaloni adalah untuk Messi; keputusan yang disengaja AFA untuk mempertahankan bakat generasi yang ada di dalam tim, untuk membuat bintang nomor satu mereka agar tetap bahagia.

“AFA punya satu tujuan, untuk menemukan seorang manajer yang dapat bekerja dengan Messi dan mendapatkan yang terbaik darinya,” kata penulis biografi Messi, Guillem Balague.

“Dia diangkat tanpa liputan besar-besaran atau presentasi, sepertinya hanya ada sedikit energi untuk berburu nama besar,” tambah wartawan Argentina, Marcela Mora y Araujo pula.

“Kebanyakan orang sangat marah. Kami tak tahu banyak soal dia. Pemikirannya adalah pekerjaan itu harus diberikan ke selebriti sepakbola atau tokoh berpengaruh, dan itu hanya diberikan pada pria yang tidak dikenal.”

Namun, anonimitas, kerendahan hati dan kurangnya ego ternyata membuat Scaloni disayangi oleh skuat Argentina, dan yang paling penting adalah oleh Messi. Hubungan keduanya cukup kuat dan sudah ada sejak mereka menjadi bagian Argentina di Piala Dunia 2006. Sekarang, mereka bersatu kembali, sebagai pelatih dan kapten, dengan hasil pertama adalah kemenangan Copa America 2021.

“Argentina Kecil”

Di awal kepemimpinan Scaloni, beberapa pemain muda sangat terikat dengan Messi. Mereka pernah mengetuk pintu kamar hotelnya dan memintanya ikut bermain permainan kartu Argentina, truco. Meski meninggalkan Argentina sejak remaja, Messi tetap mempertahankan akarnya dari kampung halamannya di Rosario. Itu pula yang jadi perhatian AFA ketika akan berangkat ke Piala Dunia 2022.

Scaloni dan AFA berusaha menghadirkan kenyamanan “rumah” untuk Messi dan rekan satu timnya, dengan menciptakan “Argentina kecil” di markas mereka selama Piala Dunia 2022, Qatar University. Permainan truco ada di mana-mana, bersama teh Argentina yang disebut mate, dan lebih penting, asados atau ​barbeque dengan daging impor Argentina. Bahkan, tim membawa 900 kg daging saat itu.

Menurut Balague dan Mora y Araujo, upaya ini turut memastikan Argentina mendapat yang terbaik dari Messi, dengan membawa pemain tersebut kembali ke masa kecilnya ketika pindah ke Barcelona di usia 13 tahun. Gelora masa kecil itu terlihat ketika La Albiceleste menghadapi Belanda di perempat final. Perasaan Messi tumpah ruah di menit ke-73 usai mencetak gol untuk membawa timnya unggul.

Dia pun tampak seperti membalas pelatih lawan Louis van Gaal yang sebelumnya telah mengejeknya. Usai pertandingan yang dimenangkan lewat adu penalti itu, Messi juga sempat berhadapan dengan asisten Belanda, Edgar Davids. Pemain yang selama ini dikenal sangat tenang, tiba-tiba tampil begitu meledak dalam perjalanan yang dipastikan adalah kesempatan terakhirnya untuk jadi juara dunia.

Pendekatan Berbeda

“Ketika kami lolos ke Piala Dunia 2022, saya bicara dengannya (Messi) sebelum dia pergi ke Paris,” kata Scaloni suatu ketika.

“Kami bicara tentang sesuatu yang sangat substansial dan (mengetahui) kekecewaannya juga bisa sangat substansial. Dia katakan pada saya, tak masalah, kami terus jalan. Tentunya itu akan berjalan dengan baik dan, jika tidak, tidak ada salahnya mencoba,” kenang Scaloni.

“(Itu) memberi saya banyak dorongan. Saya merasa cemas dan obrolan itu mengurangi beban saya. Saya mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya. Dengan tanggapannya, saya melihat ada sesuatu yang dilakukan dengan baik. Ini adalah kisah yang saya ingin semua orang tahu karena itu luar biasa,” tambahnya.

Perbincangan itu telah menunjukkan pendekatan yang berbeda dari Scaloni, bahwa pelatih pun dapat berbagi kelemahannya dengan para pemain tanpa harus merasa lemah.

Semua upaya itu ternyata membantu sang bintang, tanpa beban kembali ke performa terbaiknya di lapangan bersama timnas. Setelah finish ketiga di Copa America 2019 dan juara Copa America 2021 yang menjadi trofi pertama Argentina sejak 1993, mereka pun bersiap menuju tangga juara dunia di Qatar. Argentina sempat memulainya dengan buruk saat kalah dari Arab Saudi di laga pembuka. Tapi, ada Messi yang memastikan skuat tetap optimis hingga berhasil memenangkan Piala Dunia 2022.

Sumber: BBC, FIFA, TALKSPORT