Pierre-Emerick Aubameyang kembali menggunakan topeng tokoh pahlawan super untuk selebrasi. Topeng Batman dan Spider-Man pernah ia gunakan ketika membela Borussia Dotmund. Maret 2019, giliran topeng Black Panther diperkenalkan Aubameyang.
Topeng tersebut ia gunakan untuk selebrasi gol ketiga Arsenal ke gawang Stade Rennes. Gol yang membawa the Gunners lolos ke babak delapan besar Liga Europa 2018/2019. The Gunners menang 3-0 di Stadion Emirates dan lolos dengan aggregat 4-3.
Sama seperti selebrasi-selebrasi topeng sebelumnya, perayaan yang dilakukan penyerang kelahiran 18 Juni 1989 itu menjadi viral. Aubameyang kemudian menjelaskan selebrasi itu memiliki arti khusus bagi dirinya.
“Gabon dikenal sebagai Black Panther di Afrika. Selebrasi itu adalah sebuah penghargaan kepada negara saya. Identitas dan asal usul saya,” aku penyerang kelahiran Laval, Prancis.
Selebrasi Black Panther bukan hal baru di dunia sepakbola. Jesse Lingard dan Paul Pogba juga pernah melakukannya di Manchester United. Saat itu mereka melakukan salam khas, ‘Wakanda Forever’ untuk selebrasi gol. Namun selebrasi Aubameyang mengingatkan akan identitasnya menjadi lebih sentimentil dibanding Lingard dan Pogba.
Bukan Sekadar Kultur Populer
Foto: Kick Off
Karakter Black Panther tengah mencapai puncak popularitasnya setelah memecahkan rekor box office dan mendapat nominasi Piala Oscar. Pertama diperkenalkan oleh Stan Lee dan Jack Kirby pada Juli 1966, Black Panther dibuat sebagai variasi. Sebelumnya, Lee dan Kirby hanya memiliki pahlawan super berkulit putih, oleh karena itulah mereka memperkenalkan tokoh berkulit hitam.
Nama Black Panther sendiri sempat diprotes karena sama dengan partai yang ada di Amerika Serikat. Tapi sebelum Stan Lee, Jack Kirby, ataupun partai di Amerika Serikat lahir, Gabon sudah mengadopsi harimau kumbang hitam sebagai identitas mereka.
Habitat harimau kumbang hitam ada di Afrika Tengah, daerah Gabon. Hewan tersebut juga menjadi binatang nasional bagi Gabon, dilindungi oleh negara. Sebagai simbol, harimau kumbang hitam dikenal sosok yang kuat, pemberani, dan pintar. Nilai-nilai itulah yang ingin dibawa oleh Gabon.
Ketika mereka ditunjuk sebagai tuan rumah Africa Cup of Nations pada 2017, hewan dari keluarga kucing besar itu juga dijadikan maskot oleh Gabon. Maskot itu digunakan sebagai alat pemersatu Afrika Tengah. Bukan Gabon semata.
Pasalnya, ketika itu daerah Afrika Tengah sedang mengalami krisis. Kekerasaan terjadi di berbagai wilayah. Menurut Medecins Sans Frontieres, hingga September 2017, ada sekitar 600.000 orang yang terusir dari negara mereka. Asosiasi Sepakbola Gabon (FEGAFOOT) pun menggunakan kesempatan sebagai tuan rumah untuk jadi pemersatu.
“Saya senang melihat Gabon dan maskot harimau kumbang hitam mereka. Ini merupakan bukti bahwa sepakbola berbeda dengan olahraga-olahraga lain. Sepakbola bisa menjadi alat pemersatu, penyetaraan, dan perubahan,” ungkap Presiden ketiga Gabon Ali Bongo Ondimba.
Sayangnya Gabon terhenti di fase grup, sekalipun dibela pemain-pemain ternama seperti Mario Lemina dan Pierre-Emerick Aubameyang.
Menolak Spanyol dan Prancis
Foto: Duisaf
Lahir di Prancis, Aubameyang sejatinya memiliki peluang membela Les Blues. Ia bahkan pernah dipanggil ke tim nasional U21 Prancis. Akan tetapi, sejak muda dirinya sudah kukuh membela tim nasional Gabon. Bukan tempat kelahirannya, Prancis. Bukan juga negara asal ibunya, Spanyol.
“Saya bisa memilih Prancis dan Spanyol. Tapi setelah membela Prancis U21, saya sadar apa yang harus dilakukan di masa depan. Saya ingin mengikuti jejak ayah di Gabon,” akunya di situs resmi Arsenal.
Pierre “Yaya” Aubameyang, ayah dari Emerick merupakan pemain tim nasional Gabon pada era 90-an. Menghabiskan 20 tahun karirnya di Prancis, Yaya mengantongi 80 penampilan untuk tim nasional Gabon dan sempat dipercaya menjadi kapten.
September 2018, Yaya bahkan pernah ditawari posisi sebagai kepala pelatih Gabon. Tapi ia menolak tawaran tersebut karena menderita sakit. “Federasi menelpon ayah saya dan tidak menanyakan kondisinya. Mereka mengumumkan ke dunia bahwa ayah akan menangani tim nasional, padahal dia sedang sakit,” kata Pierre-Emerick Aubameyang.
Federasi Gabon mengaku melakukan kesalahan dalam pengumuman tersebut. Akan tetapi Aubameyang sudah lebih dulu naik darah. “Mereka bahkan tidak membiarkan ayah untuk negoasiasi”. Alhasil, mantan pemain AC Milan tersebut sempat absen membela tim nasional di kualifikasi Africa Cup of Nations.
Gabon akhirnya gagal lolos ke Africa Cup of Nations 2019 setelah hanya duduk di peringkat tiga klasemen akhir. Bersama Aubameyang, mereka tidak terkalahkan di dua pertandingan terakhir. Imbang lawan Burundi (1-1) dan menang melawan Sudan Selatan (3-0).
Namun saat Aubameyang mogok dari tim nasional, Gabon kalah dari Mali (0-1). Tanpa Aubameyang, mereka kehilangan tiga poin krusial yang membuat mereka ada di bawah Burundi pada klasemen akhir.
Selebrasi Black Panther menjadi pernyataan kuat bahwa Aubameyang kini sudah kembali sejalan dengan tim nasional.