Erling Haaland jadi salah satu striker paling tajam di era ini. Sejumlah rekor pribadi sebagai bomber sudah dicatatkannya. Dia adalah remaja pertama di usia 19 tahun yang mencetak gol dalam lima laga Liga Champions berturut-turut pada musim 2019/2020 bersama klub Austria, Red Bull Salzburg. Pada musim berikutnya, jadi pencetak gol terbanyak Liga Champions ketika membela Borussia Dortmund.
Musim ini bersama Manchester City, dia pun sukses memecahkan beberapa rekor Premier League. Di antaranya pemain tercepat mencetak dua, tiga dan empat hat-trick, serta pertama dalam sejarah liga yang membukukan hat-trick dalam tiga laga kandang beruntun. Terbaru, dia menyamai rekor Lionel Messi dan Luiz Adriano dengan memborong lima gol dalam satu laga Liga Champions, 15 Maret 2023.
Tapi jangan salah, Haaland juga tidak selalu garang di depan gawang. Pemain kelahiran 21 Juli 2000 yang kini baru akan memasuki usia 23 tahun tersebut pun ternyata pernah mandul. Masa paceklik gol itu dijalaninya pada awal karier profesionalnya bersama Bryne FK, salah satu klub klub di negaranya, Norwegia pada 2016 silam. Bahkan, saat itu periode semusim dilaluinya tanpa gol. Begini kisahnya.
Awal Karier di Bryne
Perjalanan Haaland dimulai dari klub kecil, Bryne pada 2016; saat itu main di level dua Liga Norwegia. Tahun sebelumnya, dia di tim cadangan setelah 10 tahun di akademi klub. “Pertama kali melihatnya di pertandingan cadangan,” kenang Patrick Byskata, seorang rekan senior pada 2020 lalu.
“Saya pikir dia usia 14 tahun saat itu. Sangat muda dan kurus, seperti sepotong spageti saat berlari,” katanya.
Jelang musim panas, Haaland dipanggil ke tim utama. Dia lalu menjalani debut profesional pada 12 Mei 2016 dalam laga pekan tujuh di markas Ranheim IL, bersamaan dengan debut Alf Ingve Berntsen sebagai pelatih kepala, setelah beberapa tahun menangani skuat akademi termasuk Haaland. Remaja itu pun masuk ke lapangan pada menit 69, mengenakan jersey nomor 19 dan bermain di sayap kiri.
“Dia biasa menyikut pemain senior untuk memberitahukan dia ada di sana,” ucap Byskata tertawa.
“Dia banyak berlari, menekan ke depan dan bertahan usai kehilangan bola. Dia sangat peduli pada tim dan mendapatkan banyak rasa hormat. Dia bermain sangat dewasa untuk anak seusianya, selalu menyikut, menginjak kaki, menghadapi dan memenangkan duelnya,” ujar eks gelandang Bryne itu.
Semusim Tanpa Gol
Pekan berikutnya, Haaland bahkan dipercaya sebagai starter. Sayangnya, mereka kalah di kandang, sama seperti di laga debutnya. Dia sendiri belum mampu mencetak gol. Meski begitu, pelatih tetap memberi kesempatan dengan memainkannya total delapan kali dalam 10 laga; empat kali masuk starting line-up. Tapi hanya berhasil sekali menang, sehingga Alf Ingve Berntsen pun dipecat juga.
Ole Hjelmhaug yang sebelumnya jadi asisten pelatih naik jabatan sebagai pelatih utama. Hanya saja, Haaland tak lagi mendapat kepercayaan sama besarnya. Dalam 14 laga tersisa musim itu, dia hanya main delapan kali, di mana seluruhnya sebagai pemain pengganti di penghujung babak kedua. Musim perdana dalam karier profesionalnya itu benar-benar jauh dari kata glamor dan catatan gol demi gol.
Tidak satu pun gol tercipta dalam 422 menit yang dimainkannya, berbeda dengan total 18 gol dalam 14 laga yang dibukukannya bersama tim kedua Bryne sejak 2015. Haaland menyelesaikan musim itu tanpa gol, dan catatan degradasi dalam portofolio karena Bryne harus turun kasta. Tetapi, dia malah direkrut oleh salah satu klub besar Norwegia, Molde FK, yang ketika itu dilatih Ole Gunnar Solskjaer.
Mentalitas Jadi Kekuatan
Rekan setimnya yang lain di Bryne, Sondre Norheim juga mengenang bagaimana Haaland bisa terus menaikkan levelnya meski sempat gagal.
“Kami melakukan latihan finishing bersama pada hari libur. Saya dapat dengan jelas melihat mentalitas kerjanya. Hari itu saya belajar bahwa bakat terbesarnya bukan mencetak gol atau fisik, meski keduanya mengesankan, itu adalah mentalitasnya,” ungkapnya.
“Jika dia meleset dari sudut tertentu, dia akan melakukan lima percobaan lagi dari posisi yang sama untuk melakukannya dengan benar. Dia mungkin tampak seperti bakat alami, tapi dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyempurnakan keahliannya,” ujar Norheim.
“Dia adalah salah satu yang terbaik dalam sepak bola saat ini, dan dia akan terus berkembang,” tambah pemain berposisi bek itu.
“Mentalitas kemenangan dan kecintaannya untuk mencetak gol langsung menonjol,” kenang rekan Haaland di akademi, Adrian Bernsten pula.
“Saat kami main di tim kedua Bryne, kami memenangkan hampir setiap laga. Dia tergila-gila mencetak lebih banyak gol setiap laga,” katanya.
Haaland mungkin tak mampu mencetak gol di Bryne, tapi kini dia sudah lebih dari sekadar menebus kegagalannya itu.
Sumber: Dreamteam FC, Wikipedia, Transfermarkt.