Premier League merupakan kompetisi dengan jadwal yang hampir mustahil untuk berubah. Liverpool pernah menjadi korbannya saat mengikuti Piala Dunia Antarklub 2019. Premier League tak memberi keringanan dengan menggeser jadwal Liverpool yang bentrok di liga. Alhasil, The Reds harus tampil dengan pemain pelapis di beberapa pertandingan.
Salah satu alasannya adalah karena jadwal Premier League sudah disusun dengan mempertimbangkan banyak sekali faktor. Ini membuat Premier League sulit untuk memindahkan jadwal pertandingan di tengah-tengah musim.
Kalaupun bisa, ini akan berdampak pada jadwal klub yang menjadi sangat padat. Ini yang dialami Manchester United ketika laga menghadapi Liverpool harus ditunda di akhir musim lalu. Dampaknya, United mendapatkan jadwal padat sebelum laga final Europa League.
Salah satu penyusun jadwal Premier League adalah Glenn Thompson dari Atos. Dikutip dari situs resmi Premier League, Thompson menjelaskan bagaimana jadwal liga disusun.
Jadwal liga tak bisa benar-benar dipastikan sampai tim di setiap divisi diketahui kejelasannya. Artinya, jadwal baru bisa dipastikan setelah play-off EFL berakhir, dan menghasilkan tim yang promosi.
Meski demikian, jadwal sudah disiapkan secara kasar sejak Januari. Thompson akan mendapatkan jadwal pertandingan internasional dari FIFA, pertandingan antarklub di Eropa dari UEFA, serta jadwal kompetisi “cup” seperti Piala FA dan Piala Liga dari FA. Tanggal ini penting untuk diperhatikan karena pada tanggal tersebut, liga tak bisa digelar.
Menggunakan Sequencing
Sequencing merupakan metodologi yang digunakan tim penyusun jadwal untuk memecahkan satu musim ke dalam beberapa bagian yang disebut sebagai set. Mereka membaginya ke dalam lima set yang kemudian diputar di paruh kedua musim tersebut.
Ada “Golden Rules” dalam melakukan sequencing yaitu dalam setiap lima pertandingan harus ada pembagian tiga pertandingan kandang dan dua tandang, atau sebaliknya. Sebisa mungkin klub tak boleh bermain lebih dua kali di kandang atau tandang secara beruntun.
Setiap klub juga dicegah untuk menggelar dua pertandingan kandang atau tandang secara beruntun di awal dan akhir musim. “Karena jadi tidak adil buat sebuah tim untuk mengakhiri musim dengan dua pertandingan tandang, terutama kalau mereka tengah mencari poin,” kata Thompson.
Aturan lain juga menyangkut periode Natal. Saat tim menggelar kandang di Boxing Day, maka tim tersebut akan away saat Tahun Baru, dan sebaliknya.
Klub dari satu kota juga tak akan menggelar pertandingan kandang di hari yang sama. Misalnya Manchester United dan Manchester City serta Liverpool dengan Everton. “Dan ketika Anda memasukkan London, hal itu jadi lebih kompleks dan tak begitu jelas,” ucap Thompson.
Pria yang sudah menyusun 60 ribu lebih jadwal sejak 1992 ini mengatakan, bahwa ia biasanya memasukkan jadwal kandang klub beserta tanggalnya. Komputer kemudian mengundi jadwal ini untuk menentukan pertandingan apa digelar pada hari kapan.
Masalah bisa saja muncul. Kalau ini terjadi, jadwal baru akan disusun kembali, dan tugas Thompson adalah meninjau jadwal tersebut untuk memastikan syarat-syaratnya sudah terpenuhi.
“Pada musim 2012/2013, sebagai contoh, ada persyaratan dari Metropolitan Police untuk tidak memainkan pertandingan penting sampai 8 September karena digelarnya Olimpiade dan Paralimpik,” kata Thompson.
Ada pertemuan dengan perwakilan semua klub di liga, FA, juga perwakilan para suporter dari Football Supporters’ Federation pada Maret atau sebelum jadwal dibuat. Pertemuan kembali digelar untuk meninjau tanggal-tanggal penting seperti pertandingan pembuka dan jadwal Natal.
Di pertemuan ini, Premier League mengirimkan form yang meminta klub mengisi tiga hal: (1) Adakah tanggal di mana Anda tak ingin menggelar pertandingan kandang? (2) Klub mana yang ingin dipasangkan? (3) Adakah tim yang tak ingin dihadapi di kandang pada Boxing Day?
Pertemuan ini diharapkan bisa memenuhi keinginan dan persyaratan pihak-pihak terkait. Jadwal juga dikirimkan pada pihak kepolisian dan perwakilan Dinas Perhubungan Britania.
Jadwal juga memerhatikan waktu berpergian suporter dari satu kota. Tujuannya adalah untuk menghindari bertemunya kedua suporter tersebut di jaringan jalan raya maupun kereta api.
Dengan komputer canggih yang mereka miliki, penyusun jadwal juga bisa menerapkan filter seperti meminimalisasi perjalanan pada Boxing Day dan malam Tahun Baru. Ini membuat pertandingan pada hari tersebut akan melibatkan kesebelasan dengan jarak yang tak kelewat dekat.
Meski telah mempertemukan semua pihak yang terlibat, tapi Thompson tak menampik kalau pembuatan jadwal tak bisa menyenangkan semua orang. Semuanya berbasiskan kompromi, tidak ada satu klub yang lebih diuntungkan ketimbang klub lain.
“Terdapat 2036 pertandingan di Premier League dan EFL selama periode sembilan bulan dan solusi idealnya adalah memastikan bahwa pertandingan itu bisa dimainkan sesuai jadwal,” kata Thompson.
Sumber: Premier League