Bagi Warga Haiti, Sepakbola Lebih dari Sekadar Permainan

Gol adalah penentu hasil akhir pertandingan: kalah, imbang, atau menang. Gol Kevin De Bruyne memastikan Belgia ke semifinal setelah mengalahkan Brasil 2-1. Sekilas, hasil ini hanya berdampak pada dua kesebelasan. Namun, kenyataannya, dampaknya jauh lebih besar dari itu.

11 ribu kilometer jauhnya dari Rusia, Haiti dibuat kacau lewat kemenangan Belgia atas Brasil. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Perdana Menteri Haiti bahkan mengundurkan diri. Kekerasan terjadi di setiap sudut, memaksa keamanan bertindak keras untuk menghentikan kekacauan dan penjarahan yang terjadi di Haiti.

Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa hasil akhir pertandingan Belgia menghadapi Brasil mengakibatkan kekacuan bagi negara yang bahkan tidak lolos ke Piala Dunia?

Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Haiti

Foto: Washington Post

Haiti sama seperti Indonesia, digolongkan sebagai negara berkembang. Padahal, ketika masih dibawah jajahan Prancis, Haiti digolongkan sebagai negara koloni terkaya. Hasil emas mentah, bahan pangan hingga kopi dan coklat, menjadi komoditas Haiti. Sayangnya setelah kemerdekaan mereka dari Prancis, Haiti terjebak dalam kemiskinan, instabilitas ekonomi, dan kesenjangan sosial. Sepakbola-lah yang menjadi salah satu hiburan bagi warga Haiti.

Di Haiti sendiri, persepakbolaan mereka tidak terlalu buruk. Rangking FIFA Haiti adalah 104, tidak buruk bagi sebuah negara yang berkandang di Stade Sylvio Cator ini. Namun Haiti belum pernah lolos ke Piala Dunia. Sehingga warga lebih sering mendukung Brasil atau Argentina. Bahkan menurut Dan Burke, Jurnalis Onefootball.com, dukungan warga Haiti terhadap Brasil atau Argentina sangat luar biasa, seolah mereka adalah warga Brasil atau Argentina.

Secara otomatis warga Haiti juga mendukung Argentina atau Brasil di Piala Dunia kali ini. Gugurnya Argentina di babak 16 besar. Hanya menyisakan Brasil di Perempatfinal. Warga Haiti pun kompak mendukung Brasil. Nonton bareng digelar di seluruh penjuru Kota, tidak terkecuali di Port-au-Prince, Ibu Kota Haiti.

Satu minggu sebelum Brasil menghadapi Belgia di perempat final. Haiti mendapatkan tekanan dari IMF untuk memotong subsidi bahan bakar. Gunanya untuk memotong pengeluaran negara sekaligus memperbaiki neraca ekonomi Haiti.

Pemerintah Haiti menyetujui hal tersebut dan menaikkan harga bahan bakar sebanyak 40% untuk bensin, 38% untuk gas, 47% untuk diesel, dan 51% untuk kerosin. Namun, Pemerintah Haiti berencana mengumumkan kenaikan harga ketika Brasil menghadapi Belgia. Tujuannya untuk meredam amuk masa dan kekacauan. Memang, warga Haiti sangat antusias ketika Brasil bertanding, seolah melupakan segala permasalahan. Dan apabila Brasil menang, tentu saja suka cita tampak di berbagai sudut kota.

Kekalahan yang Berujung Kekacauan

10 menit sebelum pertandingan dimulai. pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar. Seperti yang sudah diprediksi, tidak ada yang terlalu memperhatikan. Fokus mereka hanya kepada pertandingan Brasil menghadapi Belgia. Tidak ada yang protes tentang kenaikan harga bahan bakar tersebut. Warga justru lebih antusias menantikan sepakmula.

Pertandingan pun dimulai. Warga Haiti sangat optimis Brasil akan melaju jauh di Piala Dunia kali ini. Tentu saja skuat Brasil pun sangat mumpuni untuk melaju hingga final. Petaka kemudian datang pada menit ke-13 ketika Fernandinho salah mengantisipasi sepak pojok Belgia dan mengarah ke gawang sendiri tanpa bisa dibendung Alisson. De Bruyne kemudian mencetak satu gol lagi yang menaikkan tensi warga Haiti. Ketegangan mulai tersulut.

Gol Renato Sanchez sempat sedikit meredakan ketegangan. Namun hanya menahan amuk massa untuk sesaat. Lima menit sebelum peluit akhir dibunyikan, keadaan menjadi kacau. Protes warga Haiti dimulai. Hampir di setiap sudut kota terjadi kekacauan yang luar biasa. Keamanan bekerja ekstra keras untuk meredam amarah warga yang protes karena kenaikan harga bahan bakar.

Kritik kemudian hadir dari Senator Haiti, Patrice Dumont, “Mereka pikir Brasil akan menang dan sementara orang turun ke jalan untuk merayakan. Anda akan memiliki beberapa protes atas minyak, tetapi tidak seperti ini.”

“[Presiden] Jovenel Moïse gagal mempertimbangkan bahwa di atas segalanya, politik bukanlah apa yang ada di rencana Anda namun apa yang terjadi, itulah yang telah Anda lakukan. Belum ada perbaikan dalam apa pun di Negara ini, mereka (Pemerintah) bertanggung jawab untuk itu.”

Puncaknya, Perdana Menteri Haiti, Jack Guy Lafontant, memutuskan pengunduran diri. Menyebabkan Haiti kini tidak memiliki kepala pemerintahan. Sementara Presiden mereka, Jovenel Moïse, memutuskan untuk merangkap jabatan sementara, sembari meredam amuk massa di seluruh Haiti.

Sementara kekacauan di Haiti berlangsung, Belgia suskes meraih peringkat ketiga di Piala Dunia kali ini, sedangkan Brazil untuk keempat kalinya gagal merengkuh gelar juara yang selama ini mereka idamidamkan.

Sepakbola memang hanya sebuah pertandingan berdurasi 2 kali 45 menit. Namun bagi mereka yang menikmatinya, sepakbola bisa lebih dari sebuah pertandingan. Sepakbola bisa menjadi penghibur bagi mereka yang sedang tertekan atau menjadi pelarian dari masalah yang mereka hadapi, tidak percaya? Tanyakan pada masyarakat Haiti.