Real Madrid dikenal karena skuadnya yang bertabur bintang. Tidak salah kalau mereka dijuluki sebagai “Los Galacticos”. Di era setelah disiarkan televisi, era Galacticos dikenal sejak kepeminpinan Presiden Florentino Perez. Padahal, Madrid sudah royal membeli pemain sejak jaman dulu!
Los Galacticos Madrid di Era Perez
Los Galacticos-nya Madrid disebut-sebut terdiri dari dua jilid yang dimulai saat Florentino Perez terpilih menjadi presiden. Los Galacticos sendiri mengacu pada kebijakan transfer Perez yang mendatangkan para pemain bintang yang identik dengan nilai transfer selangit.
Los Galacticos jilid pertama diawali dengan kehadiran Luis Figo pada 2000. Figo, yang kala itu bermain untuk Barcelona, pindah dengan nilai transfer 38,7 juta pounds. Lembar terakhir Los Galacticos diisi dengan kepindahan David Beckham pada 2007 ke LA Galaxy.
Los Galacticos jilid kedua hadir pada 2008 saat Madrid merekrut Kaka pada 2009. Setelahnya, didatangkan pula Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, sampai James Rodriguez. Di era itu, pembelian pemain mahal lebih jarang dilakukan oleh klub lain. Sehingga, mahar puluhan juta paun dianggap sangatlah mahal.
Tidak mengejutkan jika ada penggemar yang terstigma bahwa era mewahnya Real Madrid diawali saat era Luis Figo. Pemikiran tersebut tidak bisa disalahkan karena Figo datang ke Santiago Bernabeu dengan mahar yang kelewat besar untuk saat itu; sekaligus mengawali era kepeminpinan Florentino Perez.
Faktor Santiago Bernabeu
Seperti yang diungkapkan dalam paragraf sebelumnya, andai nilai transfer sudah menjadi hal yang lumrah sejak berakhirnya Perang Dunia II, sejarah akan mencatat Real Madrid era 1950-an sebagai fase pertama Real Madrid menghadirkan bintang-bintang dari penjuru dunia.
Nama stadion Real Madrid, Santiago Bernabeu, diambil dari presiden Real Madrid kala itu, Santiago Bernabeu Yeste. Ia amat berjasa membangun fondasi Real Madrid selama lebih dari tiga dekade.
Semua orang tahu kalau Santiago amat berdedikasi. Ia telah menjadi bagian dari Real Madrid sejak 1911 sebagai pemain. Santiago amat dihormati. Satu hal yang membuat ia melepaskan jabatan dan dedikasinya terhadap Madrid hanya karena ia tak bisa bernafas lagi. Ya, jabatan Santiago sebagai Presiden Real Madrid berakhir setelah ia wafat.
Santiago amat berjasa dalam menghadirkan para pemain top di era 1950-an. Pada era 1955-1960, dari 11 pemain terbaik yang mengisi line up, enam di antaranya merupakan pemain asing. Mayoritas dari mereka memiliki reputasi sebagai pemain top di zamannya.
Di pos gelandang, ada nama Jose Maria Zarraga yang berasal dari kesebelasan Real Madrid Castilla (saat itu bernama Plus Ultra). Ia naik ke tim utama pada 1951. Dua tahun berselang, Real Madrid mendatangkan bintang Argentina, Alfredo Di Stefano, serta pemain sayap yang membela Racing Santander, Francisco Gento.
Setahun berselang, Real Madrid kembali mendatangkan pemain Santander, Marcos Alonso Imaz (Marquitos) yang berposisi sebagai pemain belakang. Kehadiran Marquitos juga dilengkapi dengan penyerang Argentina, Hector Rial.
Setelah menjuarai Liga Champions jilid pertama pada 1955/1956, selama tiga musim berturut-turut sejak 1956, Real Madrid menghadirkan Juan Santisteban, Raymond Kopa, Jose Santamaria, Rogelio Dominguez, Ferenc Puskas, dan Luis del Sol. Bagi kesebelasan lain, dengan kualitas skuat seperti itu, bertemu Real Madrid adalah mimpi buruk.
Menjadi yang Terbaik
“Kami tidak beruntung menghadapi skuat Real Madrid yang luar biasa,”kenang kiper Stade de Reims, Dominique Colonna, pada 1959 setelah kekalahan mereka untuk kedua kalinya di Liga Champions.
Pada periode 1955-1960, Real Madrid memenangi semua 17 pertandingan kandang mereka di kancah Eropa.
Kiper Madrid, Raymond Kopa, juga mengakui kehebatan Madrid ini. “Kami memiliki para pemain terbaik: Di Stefano, Puskas, Gento, dan lainnya. Pertahanan kami kuat berasama Marquitos, Santamaria, Santisteban. Atmosfer pertandingan amat fantastis. Sebanyak 125 ribu penonton melaimbaikan sapu tangan. Kami tak punya sponsor, tak ada siaran televisi. Kami harus melakukan pertandingan friendlies ke seluruh dunia agar kesebelasan mendapat pemasukan. Kami amat berbeda kala itu,” kata Kopa.
Meskipun Real Madrid tidak memiliki kekayaan berlimpah seperti sekarang ini, tapi tetap saja para pemain top menjadikan Real Madrid sebagai pelabuhan mereka. Kehadiran pemain top tidak membuat Madrid menjadi berkubu-kubu. Justru permainan Real Madrid menjadi luar biasa menghibur.
“Mereka bermain seperti pertunjukkan kembang api yang fantastis, yang Anda lihat dalam jangka waktu yang lama,” tulis reporter Prancis, Jean Eskenazi.
Berdasarkan situs resmi UEFA, salah satu faktor yang membuat Real Madrid perkasa adalah para pemain bintang yang bergabung dalam kesebelasan tersebut. Mereka memiliki kekuatan saat menyerang dari segala penjuru. Mereka mencetak total 112 gol dari lima gelaran Liga Champions yang mereka ikut dan menangkan.
“Saat Anda memiliki talenta seperti Raymond Kopa, Ferenc Puskas, dan Alfredo di Stefano, Anda harus menempatkannya ke dalam tim yang membuat kami bermain amat menyerang. Kami punya banyak pemain hebat yang secara tak mengejutkan kami memenangkan banyak gelar Liga Champions,” tutur Francisco Gento yang kala itu bermain dalam formasi 3-2-5.
***
Melihat dari apa yang dilakukan Madrid pada era 1950-an, kita tahu kalau skuat mewah Real Madrid tidak dimulai sejak era Florentino Perez. Namun, karena pada masa tersebut uang belum bisa dijadikan patokan sebagai mahal atau tidaknya seorang pemain, bagaimana jika kita membandingkannya dengan raihan prestasi.
Madrid di era 1950-an, sejak musim 1953/1954 hingga 1959/1960 memeroleh lima gelar Liga Champions, dan empat gelar La Liga!
Maka sebenarnya bukan hal yang baru bagi Real Madrid untuk mengumpulkan para pemain terbaik demi meraih kejayaan yang mereka impikan. Ini bukan soal tabiat yang dimiliki Florentino Perez, melainkan Real Madrid sejak era Santiago Bernabeu, lebih dari 50 tahun yang lalu, mereka sudah menjadi kesebelasah mewah.
Lagipula, apa salahnya membeli 10 mobil Lamborghini jika memang kita mampu membelinya?