Musim 2009/2010 menjadi musim yang menyulitkan bagi Manchester United. Pada saat itu, skuad Sir Alex Ferguson harus kehilangan dua pemain bintang mereka yaitu Cristiano Ronaldo dan Carlos Tevez. Dua pemain ini adalah pilar penting keberhasilan United meraih double winners pada 2008 dan gelar Premier League ketiga semusim kemudian.
Namun, kedua pemain ini memutuskan hengkang setelah sukses memberikan gelar. CR7 pergi untuk memenuhi impiannya bermain bersama Real Madrid, sedangkan Tevez hijrah ke Manchester City. Hijrahnya Ronaldo sempat menghadirkan polemik perkara pendekatan Real Madrid yang dianggap Fergie tidak memiliki etika. Namun, kepergian CR tidak terlalu dipermasalahkan sebagian besar pendukungnya mengingat ia sudah memberikan segalanya di Manchester.
Beda dengan Tevez. Penggawa Argentina ini pindah dengan membawa kebencian dari suporter United. Yang pertama sudah pasti karena ia memilih Manchester City sebagai pelabuhan baru. Alih-alih menjadi klub yang ia perkuat untuk waktu yang lama, Tevez justru menjadikan United sebagia batu loncatan untuk pindah ke City. Hal ini tidak lepas dari pengaruh Kia Joorabchian sebagai pemilik Tevez, bukan klub.
Yang kedua adalah soal billboard. Masalah ini yang disebut-sebut memperuncing rivalitas antara City dengan United. Sekilas, billboard yang dirilis pada 14 Juli 2009 tersebut hanya berisi penyambutan Carlitos, sapaan akrab Tevez, oleh Manchester City. Namun yang membuat United kesal adalah tulisannya. Pada billboard yang terpasang di Deansgate tersebut, wajah Tevez dihiasi dengan ucapan” Welcome to Manchester”.
Kesan City yang mengejek United terlihat jelas dari billboard tersebut. Welcome to Manchester, seakan-akan menyebut kalau United bukanlah klub dari Manchester. Yang kedua adalah soal posisi papan tersebut yang diarahkan ke Salford, wilayah markas United yaitu Old Trafford berada. Berkaca dari geografis, markas City memang letaknya di pusat kota Manchester. Di sisi lain, markas United lebih berada di pinggiran kota. Inilah yang membuat City mendapat julukan The Citizens karena mereka merasa penduduk asli dari kota Manchester.
Balik lagi ke soal billboard, penggemar United begitu kesal dengan apa yang dilakukan oleh rivalnya tersebut. Bahkan Sir Alex Ferguson pun ikut bicara. Ia menyebut City sebagai klub dengan mental yang kerdil setelah ia juga pernah menyebut City sebagai tetangga yang berisik.
“Mereka adalah kesebelasan kecil dengan mentalitas yang kerdil,” kata Ferguson lebih dari sedekade lalu. “Yang bisa mereka bicarakan adalah United karena mereka tidak bisa melepaskan diri. Mereka berpikir kalau membawa Tevez adalah sebuah kemenangan. Itu adalah hal yang buruk,” ujarnya.
Bagi City, tanggapan Ferguson tersebut jelas membuat mereka gembira. Bagi mereka, Fergie yang memakan umpan mereka lewat billboard sindirannya tersebut menandakan kalau ia mulai memandang mereka sebagai tim yang diperhitungkan.
“Kampanye billboard tersebut membuat penggemar kami senang. Sama kan dengan di Old Trafford yang selalu menghitung rentang waktu terakhir kami sejak memenangi trofi?” kata Mark Hughes, manajer City saat itu.
Ucapan Hughes tersebut kemudian diiyakan oleh kepala eksekutif pemasaran City, David Pullan. Dialah orang dibalik munculnya billboard Tevez saat itu. Baginya, promosi tersebut bukan bermaksud menggoda Fergie tapi sebagai bentuk kalau City bukan lagi kesebelasan yang diremehkan seperti sebelumnya.
“Kami tidak bermaksud menggoda Alex Ferguson. Tapi faktanya, dia jengkel dengan hal-hal yang sifatnya kecil,” ujarnya kepada The Athletic. “Poster itu menggambarkan seberapa seringnya City dibicarakan ketimbang 12 bulan lalu, tetapi liputannya hadir berkat komentar Ferguson,” ujarnya.
Saling adu komentar tersebut membuat konflik semakin panjang yang membuat keduanya menjalani persaingan ketat. Apalagi Ferguson sempat sesumbar kalau City baru akan menggantikan United sebagai penguasa kota Manchester setelah ia meninggal dunia.
Sejak saat itu, keduanya saling menunjukkan siapa yang lebih baik. Tevez sempat menjadi aktor kemenangan City 2-1 atas United pada semifinal Piala Liga. Akan tetapi, ia tidak bisa membawa timnya menang dalam tiga laga berikutnya. Semusim kemudian, United meraih gelar juara Liga Inggris ke-19 sedangkan City hanya sanggup meraih Piala FA.
Puncaknya sudah pasti ketika Manchester City menjadi juara Premier League 2011/2012. Saat itu, mereka berhasil mengalahkan Setan Merah hanya dengan keunggulan selisih gol yang terjadi pada menit-menit terakhir pertandingan. Setahun kemudian, United mengambil gelar yang lepas tersebut.
Gelar ke-20 tersebut menjadi kejayaan terakhir United di Premier League. Sejak saat itu, mereka tidak bisa lagi menjadi juara. Sebaliknya, City berhasil meraih tiga gelar Premier League dalam tujuh musim terakhir.