Cara Brilian Norwich “Menukar” Maddison dengan Trofi Championship

Foto: Talksport

Sang Kenari dari East Anglia memastikan akan berlaga di kompetisi Premier League musim depan. Sejak 2009 lalu, Norwich City memang tak mengalami kesatabilan untuk berlaga di divisi teratas. Tercatat, klub yang dimiliki pengusaha Delia Smith dan Michael Wynn-Jones ini dua kali mondar-mandir Championship dan Premier League.

Sebagai satu-satunya kesebelasan profesional di area Norfolk, tentu reputasi Norwich tak sebesar nama-nama lain yang lebih memiliki sejarah dan juga fanbase yang besar di Championship. Musim lalu ada nama klub yang terlihat memiliki ambisi besarseperti Derby County yang dilatih Frank Lampard, Leeds United – kesebelasan dengan sejarah besar dan kini dilatih Bielsa – , ada Aston Villa dengan rekam jejaknya yang besar di divisi teratas, serta Sheffield United yang bertransformasi dibawah arahan Chris Wilder.

Bila digambarkan, di antara kesenyapan Norwich tiba-tiba muncul bak burung kenari yang tak ditakuti, namun justru terbang paling tinggi. Tim kuning-hijau yang juga merupakan tim “yoyo” di Liga Inggris, disinyalir tampil lebih menjanjikan ketimbang sebelumnya.

Uang penjualan Maddison yang dibelanjakan tepat guna

Di balik kesuksesan Norwich kembali ke Premier League, ada “kontribusi” gelandang masa depan Inggris yang kini merumput bersama Leicester City, James Maddison. Musim lalu, gelandang bernomor punggung 10 ini dijual dengan banderol 20 juta paun oleh Norwich. Rupanya, penjualan Maddison lah yang menjadi tulang punggung keberhasilan mereka menjuarai divisi kedua sepakbola Inggris.

Berkat Webber sang jenderal transfer, Norwich bisa dibilang  melakukan transfer paling efektif dibanding klub-klub lain di Championship. Hampir semua pemain rekrutan mereka awal musim 2017/2018 menyumbangkan andil penting.

Emi Buendia, gelandang Norwich asal Argentina ini memiliki peran vital atas keberhasilan timnya menjuarai liga. Dengan kreatifitas dan permainan dinamisnya, catatan 8 gol dan 12 asis sepanjang kompetisi, Buendia adalah rekrutan sukses. Apalagi mengingat mahar yang dibayarkan hanya 1,5 juta euro.

Soilidnya lini pertahanan Norwich tak bisa hadir kalau tak ada garansi dari kiper sekalas Tim Krul. Kiper timnas Belanda tersebut dihadirkan Norwich dari Brighton dengan nilai bebas transfer.

Norwich juga tajam di lini depan. Siapa lagi kalau bukan Teemu Pukki yang menjadi andalan mereka untuk urusan mencetak gol. Musim lalu sebanyak 29 gol dan 10 asis dari 43 penampilan. Striker timnas Finlandia ini juga berhasil direkrut secara gratis oleh Norwich City.

Stuart Webber, Sang Director of Football jenius

Banyak yang mengira bahwa Daniel Farke, sang pelatih kepala yang membawa angin perubahan di tubuh Norwich City. Tak salah memang, tapi itu juga tak sepenuhnya benar. Salah satu aktor yang dianggap luput dari sorotan adalah sang Director of Football, Stuart Webber.

Webber sebenarnya bukan nama asing bagi penggemar sepakbola Inggris. Reputasinya melonjak saat berhasil mengawal klub asal Yorkshire, Huddersfield Town promosi ke Premier League setahun sebelumnya.

Dengan keberhasilannya bersama Huddersfield, ia melakukan hal yang sama di Norwich. Webber merekrut Daniel Farke, pelatih kepala Borussia Dortmund II. Sebelumnya, Webber juga merekrut Wagner dari klub reserves Dortmund dan berbuah promosi.

Keberhasilan Stuart Webber dalam mengawal Norwich ke Premier League juga dipuji oleh Delia Smith, sang pemilik klub. “Saya akan mendeskripsikan Stuart Webber dengan hanya satu kata: jenius,” ujar Delia seperti mengutip BBC.

Strategi transfer terbatas a la Norwich

Dengan pemasukan yang besar dari hak siar dan lainnya, klub-klub promosi yang berlaga di Premier League memiliki kecenderungan untuk belanja foya-foya. Masih lekat pada ingatan, Fulham yang musim lalu berbelanja lebih dari 100 juta paun namun tak sebanding dengan ekspektasi.

Norwich dalam hal ini memilih pendekatan yang berbeda. Melalui Head of Recruitment, Kieran Scott, mereka menegaskan untuk membatasi angaran belanja pemain baru berikut gajinya sebesar 20 juta paun di tiap musimnya.

Hal ini menegaskan kalau Norwich memilih untuk membangun tim secara bertahap, mengincar waktu jagka panjang, terlabih terhindar dari masalah keuangan seperti Financial Fair-Play ataupun pailit. Saat ini di Inggris sedang marak klub dengan kesulitan keuangan seperti yang tengah dialami oleh Bolton Wanderers dan Bury di League One.

Dengan memiliki mayoritas pemain yang musim lalu berlaga di Championship, Norwich sepertinya tak akan mengalami peningkatan pengeluaran rutin diluar dari klausul penambahan nilai kontrak.

Sejauh ini pun, Norwich melakukan belanja hemat nan berkualitas dengan memboyong striker Josif Drmic dari Moenchengladbach dengan free transfer serta merekrut bek kanan muda, Sam Byram, yang dibuang West Ham dengan nilai transfer 750 ribu paun saja.

Optimisme pemain muda menjadi kunci keberhasilan Norwich

“We’ve climbed Mount Everest, and right now we have to go back and try to climb it again.”

Begitulah penggalan kata-kata motivasi dari Stuart Webber usai Norwich dipastikan menjadi juara dan promosi ke Premier League musim 2019/2020. Memang agak sulit untuk dipercaya, Norwich yang pada tahun pertama dilatih oleh Farke duduk di posisi ke-14 klasemen, di musim ini menjuarai Championship.

Kebiasaan sebuah klub untuk promosi untuk merekrut pemain-pemain berpengalaman (baca: tua) tak digunakan oleh Norwich. Menurut Webber, ada sesuatu yang tak bisa diberikan oleh pemain-pemain berpengalaman, yaitu optimisme dari pemain muda yang masih menggebu-gebu.

Hal tersebut tercermin kala Norwich malah meminjamkan pemain-pemain seniornya seperti Ben Marshall, James Husband, Matt Jarvis, Yanic Wildschut, serta Steven Naismith yang sebelumnya memecahkan nilai rekor transfer mereka.

Bahkan, mereka rela menjual pemain yang beranjak dari pemain muda menjadi pemain matang untuk memuluskan ambisi mereka kembali berlaga di divisi teratas. Banyak yang mencibir ketika mereka menjual pemain potensial seperti James Maddison, Josh Murphy, serta Alex Pritchard, namun rupanya itu adalah bagian dari strategi keberhasilan mereka.

Nama-nama muda seperti Jamal Lewis (21), Ben Godfrey (21), Max Aarons (19), serta Todd Cantwell (21) bermain secara reguler untuk Norwich dibawah asuhan Farke. Hal ini juga tak terlepas dari komitmen Webber dan Farke untuk berdedikasi mengembangkan pemain muda binaan akademi.

Musim ini pun Norwich lebih banyak merekrut pemain muda potensial di bursa transfer. Dua pemain potensial asal Belgia, Rocky Bushiri dan Rob Nizet mereka datangkan. Lima pemain muda Inggris dan Skotlandia yaitu Daniel Aidshead, Archie Mair, Aidan Fitzpatrick, Charlie Gilmour, serta Reece McAclear  juga menghiasi daftar belanja mereka musim panas ini.

Dibawah asuhan Daniel Farke, Norwich City tak hanya mampu untuk menghemat uang belanja, tapi sekaligus mengorbitkan nama-nama pemain muda baru dari akademi mereka sendiri. The Canaries kini menjadi kesebelasan baru yang kiprahnya layak dinantikan penggemar Liga Inggris di musim depan dengan nilai-nilai berbeda yang mereka bawa.