Carlos Alberto Parreira, Pelatih yang Enam Kali ke Piala Dunia

Jose Mourinho dianggap sebagai contoh terbaik dari pelatih yang bukan berasal dari pemain profesional yang sukses. Contoh tersebut tidak salah, tapi kalau ada pelatih yang bukan pesepakbola pro dan sukses, dia adalah Carlos Alberto Parreira.

Sejak usia 25 tahun Parreira sudah melatih timnas Ghana. Ia bukan cuma melatih, tapi juga memodernkan sepakbola di negara asal Gyan Asamoah tersebut. Namun, satu hal yang membuat namanya meroket adalah capaiannya membawa Kuwait ke Piala Dunia 1982.

Ketika itu, tentu sulit membayangkan kalau negara seperti Kuwait akan lolos ke Piala Dunia. Jangankan Piala Dunia, bersaing di Asia saja tampaknya akan kewalahan.

Untuk lolos ke Piala Dunia dari Zona Asia amatlah sulit. Ada tiga fase grup, ditambah dengan dua fase gugur. Selain itu, hanya tersedia dua slot untuk zona Asia yang digabung dengan Oseania.

Ini yang membuat lolosnya Kuwait ke Piala Dunia amat mengejutkan. Meski tak mendapatkan hasil yang menyenangkan di Piala Dunia 1982, akan tetapi Parreira akan selalu dikenang sebagai pelatih tersukses Kuwait hingga saat ini.

Selepas dari Kuwait, Parreira sempat sebentar menangani Brasil. Ia kembali ke Timur Tengah dengan menangani Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

Jelang Piala Dunia 1990, Parreira kembali ditunjuk untuk menangani Uni Emirat Arab yang saat itu mewakili Asia bersama dengan Korea Selatan. Namun, hasil undian menempatkan mereka di grup mengerikan bersama Jerman Barat, Yugoslavia, dan Kolombia.

Hasilnya sudah bisa ditebak. Uni Emirat Arab berada di juru kunci dengan catatan kekalahan di semua pertandingan. Mereka kebobolan 11 kali dan hanya mencetak satu gol.

Pada 1991, Parreira ditunjuk menangani negaranya sendiri, Brasil. Tentu, dengan skuat yang lebih mumpuni, Brasil bukan cuma diharapkan bermain bagus, tapi juga bisa menjuarai Piala Dunia untuk keempat kalinya di Piala Dunia 1994.

Hal tersebut benar terbukti. Dari tujuh pertandingan, Brasil hanya ditahan imbang dua kali di waktu normal, sementara sisanya meraih kemenangan. Di final, hingga perpanjangan waktu, skor masih 0-0. Namun, Brasil akhirnya keluar sebagai juara usai mengalahkan Italia lewat babak adu penalti.

Setelah gelar juara tersebut, Parreira sempat mundur dari jabatan pelatih timnas. Empat musim selanjutnya, ia memilih melatih klub yakni Valencia, Fenerbahce, Sao Paulo, dan Metro Stars.

Jelang Piala Dunia 1998, Parreira kembali melatih Arab Saudi dan menampingi Sami Abdullah Al-Jaber dan kolega ke Prancis. Akan tetapi, hasil buruk menaungi Saudi di dua pertandingan pertama. Mereka kalah 0-2 dari Denmark, serta 0-4 dari tuan rumah Prancis. Kekalahan ini membuat Parreira dipecat dari jabatannya di tengah turnamen yang masih berlangsung.

Setelah turnamen yang berakhir dengan buruk tersebut Parrerira pulang ke Brasil. Ia melatih Fluminense, Atletico Mineiro, Santos, International, dan Corinthians. Lantas, pada 2003, ia ditunjuk sebagai pelatih timnas Brasil untuk persiapan ke Piala Dunia 2006.

Di bawah arahannya, timnas Brasil sempat menjuarai Copa America 2004. Ketika itu, ia punya skuad mumpuni dari kiper sampai penyerang, dari Julio Cesar sampai Adriano.

Di babak kualifikasi Piala Dunia 2006, Brasil menjadi juara babak kualifikasi Zona Amerika Selatan. Di era ini, skuad Brasil jauh lebih menakutkan. Bayangkan saja: Dida, Cafu, Emerson, Roberto Carlos, Adriano, Kaka, Ronaldo, Ronaldinho, serta pemain muda yang membela Real Madrid: Robinho.

Brasil berada di peringkat teratas Grup F dengan mengalahkan Australia, Kroasia, dan Jepang. Di babak 16 besar pun, Brasil dengan mudah mengandaskan Ghana.

Sialnya, Brasil harus bertemu salah satu antara Spanyol dan Prancis di babak perempatfinal. Dalam laga yang digelar di Frankfurt tersebut, Brasil kalah lewat satu gol Thierry Henry pada menit ke-57.

Setelah kekalahan di perempatfinal tersebut, Parreira mendapatkan kritik tajam dari media dan publik sepakbola Brasil. Ia dianggap memainkan sepakbola usang dengan pemain yang tak sesuai dengan gaya mainnya.

Parreira pun mundur pada 19 Juli 2006 dari jabatan pelatih timnas Brasil. Pada 22 Oktober 2009, Parreira kembali sebagai pelatih kepala Afrika Selatan untuk Piala Dunia 2010. Bersama Afrika Selatan inilah, Parreira mendapatkan poin tertinggi di Piala Dunia, di luar saat ia melatih Brasil.

Dari tiga pertandingan, Afrika Selatan ditahan imbang Meksiko 1-1, kalah 0-3 dari Uruguay, tapi menang 2-1 dari tim unggulan, Prancis. Sayangnya, mereka hanya berada di peringkat ketiga Grup A. Korea Selatan kalah selisih gol dari Meksiko di peringkat kedua dengan poin sama, empat.

Pada 25 Juni 2010, ia mengumumkan pensiun sebagai pelatih sepakbola, sekaligus mengakhiri perjalanannya sebagai pelatih yang enam kali melatih di Piala Dunia.