Atalanta, Tim Biru-Hitam Terbaik Serie A Musim Ini

Foto: Atalanta.it

Pekan terakhir Serie-A 2018/2019 menyajikan balapan saling tikung-menikung pada persaingan perebutan tiket Liga Champions. Ketika Juventus telah memastikan juara pada enam laga sebelum kompetisi usai, Napoli selamanya menguntit seperti biasa, perebutan posisi ketiga dan keempat masih menyisakan ketegangan.

Inter Milan yang sepanjang musim ajeg di posisi ketiga posisinya tergoyang sensasi biru-hitam lain, Atalanta. Rival kota, AC Milan menekan gas dalam-dalam sepanjang tiga pertandingan terakhir, menghidupkan asa kembali ke habitat mereka di Eropa. Sementara AS Roma yang berselisih tiga angka dari Inter dan Atalanta butuh beberapa syarat rumit untuk lolos.

Alhasil, laga Roma versus Parma lebih banyak menyoal perpisahan kapten loyal Daniele De Rossi ketimbang membangun imajinasi bisa mengalahkan Barcelona musim depan. Kesengitan berlangsung di kota Milan, Reggio-Emilia, dan Ferrara. Salip-menyalip di papan klasemen berlangsung sedari babak pertama usai. Ketiganya mengisi ruang ketiga dan keempat secara bergantian, kelengahan sedikit membuat mereka terlempar.

AC Milan sempat di atas angin, karena satu-satunya tim yang unggul di babak pertama. Sampai akhir laga, tim asuhan Gennaro Gattuso mampu menjaga kemenangan. Kemudian Atalanta mengendalikan situasi lewat dua gol krusial dalam 20 menit awal babak kedua. Sempat diwarnai ribut-ribut menjelang turun minum, tim asal Bergamo mengunci kemenangan 3-1 atas Sassuolo yang bertamu di stadionnya sendiri, Stadion Mapei.

Sedangkan Inter menjadi Inter pasca treble winners 2010, asyik menyusahkan diri sendiri. Menghadapi tim yang berjuang menghindari degradasi, Inter gagal menyelesaikan peluang sampai pemain pengganti Keita Balde Diao hanya butuh 10 menit memecah kebuntuan. Mauro Icardi menjadi Mauro Icardi musim ini, acap kali mengecewakan di waktu penting. Dia gagal menuntaskan penalti di menit ke-61 yang kemungkinan besar menuntaskan laga.

Situasi runyam karena Empoli menyamakan kedudukan di menit ke-76, untung saja Radja Nainggolan menenangkan suasana lewat pemanfaatan bola pantul dari tiang gawang sepakan Matias Vecino. Sempat diwarnai adegan konyol di tambahan waktu tatkala kiper Empoli, Bartlomiej Dragowski maju ke depan menyambut sepak pojok, gagal, Inter menguasai bola, Brozovic menyepaknya dari tengah lapangan, perayaan gol… tapi semuanya batal. Akibat Keita Balde menghalangi langkah balik tunggang-langgang Dragowski dan diganjar kartu kuning kedua.

SPAL 2-3 AC Milan. Atalanta 3-1 Sassuolo. Inter 2-1 Empoli. Atalanta ketiga, Inter keempat, dan AC Milan menuju Europa League. Atalanta finis tertinggi di klasemen Serie A dalam sejarah mereka.

Elemen Penting

Begitu indah nasib Atalanta musim ini. Meski terhenti di fase kualifikasi Europa League yang mereka ikuti dua musim berturut-turut, Nerazzurri menembus final Coppa Italia sejak 1995/1996, dan untuk pertama kalinya main di Liga Champions sejak sekumpulan pelajar Swiss membentuk tim sepak bola ini pada 1907.

Banyak faktor yang membuat Atalanta akhirnya bisa menepuk dada. Salah dua yang mencolok, yakni produktivitas gol dan bintang baru dalam diri Alejandro ‘Papu’ Gomez. Produksi 77 gol Duvan Zapata, cs. menjadi yang tertinggi di liga. Unggul tiga gol dari Napoli yang konsisten memeragakan sepak bola konsisten memeragakan sepak bola banjir gol. Unggul tujuh gol dari Juventus sang juara lengkap dengan Cristiano Ronaldo-nya.

Zapata menjadi tumpuan produktivitas lewat sumbangan 23 gol. Penyerang Kolombia pindahan dari Sampdoria musim ini mendapati musim terbaik sepanjang karier mengacu jumlah gol dan asis (11). Dia mengekor penyerang veteran Fabio Quagliarela yang menjadi capocannonieri melalui lesatan 26 gol. Berhubung Serie-A acap kali memiliki tren top skor gaek, Zapata yang berusia 28 tahun bisa saja menggondol penghargaan tersebut di waktu dekat.

Di bawah Zapata, ada Josip Ilicic melalui sumbangan 12 gol dan 7 asis, serta Papu Gomez dengan torehan 7 gol dan 11 asis. Ilicic yang baru dua musim membela La Dea, julukan Atalanta, langsung nyetel dan lambat laun menjadi faktor integral terus signifikannya peningkatan permainan tim. Seperti Zapata, Ilicic meraih status top skor tim di musim pertama. Perekrutan Zapata dan Ilicic dari sesama tim papan tengah Serie A menjadi bukti nyata kecerdikan Atalanta di bursa transfer untuk meninggalkan kolega-kolega medioker mereka.

Satu sosok yang identik dengan Atalanta era kontemporer tentu saja, Papu Gomez. Pemain Argentina ini alami prominen karier sepak bolanya di Bergamo meski sempat terdampar di Kharkiv, Ukraina. Sosoknya eksentrik lewat desain ban kapten yang dipersonalisasi, mulai dari gambar animasi Frozen sampai Uskup Paus. Sayang, para pembuat aturan yang membosankan melarang ban kapten semacam itu mulai musim ini.

Untung tidak ada larang untuk kegigihan mental dan semangat Gomez di lapangan. Gomez yang sebelum kedatangan Ilicic dan Zapata dua musim beruntun menjadi top skor tim, perannya agak digeser menjadi orkestrator permainan. Musim ini, dia secara brilian mengkreasi 112 peluang, jumlah tertinggi di lima liga top Eropa.

Akhirnya, sepak bola menyerang mereka membuahkan hasil indah. Kelak, ada malam terang Liga Champions di Stadion Atleti Azzurr d’Italia yang mesti tepat waktu tuntas dipugar.

“Liga Champions untuk Atalanta ialah suatu tujuan yang tidak pernah kami teklukan dalam hidup. Itu datang dengan cara yang sangat mulia. Kami akan tampil sebaik mungkin,” kata pelatih Gian Piero Gasperini dikutip calciomercato.

Biru-Hitam Gasperini yang Terbaik

Skenario sepak bola menyerang Atalanta sepenuhnya ada di bawah arahan pelatih Gian Piero Gasperini. Gasperini mungkin berbeda dengan Gomez yang prominen bersama Atalanta, karena tim besar yang pernah dia tukangi, yakni Inter Milan. Gasperini bikin Inter kesengsem karena mampu membawa Genoa finis di peringkat ke-5 di musim 2008/2009 dan membawa Il Grifone mentas di Europa Lague lagi setelah 19 tahun absen. Pelatih Inter, Jose Mourinho menyebut tim asuhan Gasperini yang tersulit dia hadapi.

Sial tidak dapat ditolak, Menggantikan Leonardo di awal musim 2011/2012, Gasperini hanya bertahan dalam lima laga tanpa menang. Berhias kekalahan 3-4 dari Palermo tanpa pelatih dan tumbang 3-1 dari tim promosi Novara. Juga keok 2-1 atas AC Milan di ajang Supercoppa dan tersungkur 0-1 dari klub gurem, Trabzonspor di kandang sendiri pada laga pertama Liga Champions.

Kisah sebentarnya dengan La Beneamata, diwarnai kengototannya atas kritik memakai taktik tiga bek (padahal menjadi tren sukses beberapa tahun kemudian), tidak sungkan beradu argumen kepada pemain di atas lapangan yang mempertanyakan taktiknya, dan berjarak presiden Massimo Moratti setelah meminta Wesley Sneijder dijual untuk digantikan pemain yang sesuai taktiknya. Dalam dekade Inter gonta-ganti pelatih pasca era Mourinho, Gasperini tercatat yang terburuk.

Pada masa awal Gasperini menukangi Atalanta juga berkisah serupa. Ada lima laga tanpa menang, tapi bedanya Atalanta sepenuhnya taruh rasa percaya. Berbeda dengan Moratti yang gegabah karena memang hal semacam itu tidak diampuni bagi tim sebesar Inter, pemilik tim Antonio Percassi masih memberi dukungan. Percassi berbicara di hadapan para pemain muda yang di gim, kalau mereka masih yakin dengan kemampuan Gasperini.

Lambat laun, filosofi Gasperini sukses diterapkan Gli Orobici. Pada musim pertamanya, Atalanta merangsek ke peringkat keempat. Sayang, saat itu jatah Serie-A untuk Liga Champions masih terpotong untuk tiga tim saja. Tentu tetap patut dikagumi, terlebih muncul bintang muda lokal Bergamo dan sekitarnya yang bermekaran. Roberto Gagliardini, Mattia Caldara, dan Andrea Conti mencuri perhatian sebelum berseragam dua tim Milan. Kini Caldara, Conti, plus Frank Kessie mesti dikangkangi tim lama yang mengasah kualitas mereka saat masih hijau.

Apa yang Gasperini lakukan buat Atalanta tiga musim terakhir tidak lepas dari sikap saling percaya. Mendapati capaian-capaian besar secara perlahan ibarat rutinitas bagi Gasperini. Menengok belum kunjung stabilnya Inter kembali ke perburuan gelar sekalipun sering berganti pelatih-dan suksesnya Atalanta berada di posisi ketiga barang kali cukup menunjukkan siapa yang layak tertawa di akhir

Filosofi sepak bola Gasperini perlu satu fondasi berupa kepercayaan. Lantas, dia memberi balik kepercayaan itu dengan menjadikan Atalanta sebagai tim biru-hitam terbaik di Serie A musim ini. Atalanta, bukan yang lain.

Sumber: theguardian/squawka/calciomercato