Cerita Terlupakan dari Carlos Kaiser, Penipu Terbesar dari Sepakbola

Selama lebih dari dua dekade, Carlos Kaiser adalah salah satu pesepakbola paling terkenal di Brasil, meskipun ia tidak pernah berniat menendang bola sama sekali. Tipu menipu adalah caranya dalam melonjakkan ‘karir palsu’ demi sebuah pamor fana yang diinginkannya.

Cerita Kaiser terdengar pada 1980-an sampai 1990-an. Pria dengan nama lengkap Carlos Henrique Raposo itu, dengan percaya diri menyebut dirinya sebagai “Kaiser”. Ceritanya terasa begitu mengherankan dan bahkan pada 2015, sebuah perusahaan Inggris membeli hak eksklusif untuk film dokumenter berdurasi panjang demi sebuah cerita “bersejarah” tersebut.

Film dokumenter itu termasuk wawancara dengan legenda sepakbola Brasil seperti Carlos Alberto, Zico, Júnior, Bebeto, Renato Gaúcho dan terutama, mempertontonkan kisah Kaiser. Unsur fantasi yang tak terbantahkan, ada dalam alur ceritanya. Dan saat mencoba menggali lebih dalam, satu hal menjadi sangat jelas jika ada banyak hal yang sudah benar-benar terjadi di dunia sepakbola Brasil.

Iklan Kaiser lebih besar daripada baliho Pantai Copacabana di Brasil kala itu. Trik utamanya adalah berteman dengan orang-orang paling berpengaruh di sepakbola Brasil. Ia berteman dengan tokoh-tokoh kuat di setiap klub, memberitahu mereka tentang CV mengesankan dari pengalaman sepakbolanya. Pun jika Kaiser sedang dalam mood tinggi, ia akan mendekati wartawan, pemain dan bahkan pemilik klub. Hal tersebut ditujukan guna membangun kepercayaan di atas kebohongannya.

Kala itu, jauh sebelum adanya internet, tidak ada yang lebih bijak dari seonggok informasi pembongkar kebohongan. Bahkan, jika memiliki kecenderungan untuk memeriksa adanya indikasi kebohongan di Brasil, mereka tidak akan menjadi sensitif tentang hal itu.

Maka dari itu, kebohongan Kaiser berlangsung setidaknya dalam satu dekade. Bahkan, Bebeto, striker Brazil pemenang Piala Dunia 1994, mengatakan, “Obrolannya sangat bagus sehingga jika Anda membiarkan dia membuka mulutnya, pasti akan berakhir begitu. Dia akan memikat Anda. Anda tidak bisa menghindarinya. Begitulah.”

Pada sesi latihan pertama Kaiser, biasanya ia akan mengeluarkan trik jitu guna membohongi pelatih dan staf kepelatihan. Ia akan berakting mengalami cedera otot dan seolah-olah membuatnya akan absen dalam waktu yang tidak dipastikan. Kaiser lalu akan terus berada di klub dengan mencantumkan namanya menjadi pesepakbola profesional ‘tidak resmi’.

“Dia menciptakan suasana hati yang menyenangkan, bahagia, dan ringan. Dia akan bercerita dan dia akan membuat pemain lain bermimpi. Saya pikir, itu sebabnya semua orang sangat menyukainya,” ungkap Alexandre Torres, mantan pemain internasional Brazil sekaligus anak dari Carlos Alberto yang membeberkan kemuslihatan Carlos Kaiser.

Pada beberapa kesempatan ketika berlatih, Kaiser memiliki kemampuan langka untuk menjadikan dirinya berada dalam kondisi maksimal. Masalahnya, kebohongan yang ia buat jauh lebih banyak ketimbang kemampuan yang ia tunjukan itu.

Secara teori, Kaiser adalah seorang striker. Dalam praktiknya sebagai seorang striker, ia benar-benar menerapkan dirinya bermain sebagai false nine. Dario Dubois, pesepakbola dengan wajah Argentina yang menjadi rekan setim Kaiser, sempat sangat frustrasi dengan cederanya yang mereka sebut sebagai kemalasan. Kaiser lalu memberitahunya jika ada beberapa hal yang bahkan tidak bisa disembuhkan oleh sihir hitam atas cedera yang dideritanya.

Hal yang sama pun akan dilakukannya guna menghindari dirinya dari bermain sepakbola di atas lapangan. Kaiser sempat membayar pemain tim muda untuk membantunya berakting cedera dalam latihan, sehingga bisa membuatnya seolah-olah dilanggar pelanggaran palsu. Kaiser juga mengatakan bahwa ia memiliki beberapa bakat dan memilih untuk tidak menggunakannya. Beberapa orang yang mendengar hal itu, termasuk Jair Pereira (mantan pelatih Atlético Madrid yang memenangkan lebih dari 20 trofi dalam karirnya), tertawa mendengar pernyataan Kaiser tersebut.

Dalam sesi latihan, Kaiser sering bermain di tengah, dan terus menerus keluar dari posisinya yang sebagai striker. “Dia benar-benar keluar dari kedalamannya,” tutur Bebeto.

“Dia akan berlari dari satu ujung ke ujung yang lain. Berkeringat banyak! Dia lelah sebelum latihan dimulai! Suatu hari kala itu, kami sempat berfikir akan berkata: ‘Keluar, Kaiser! Kalau tidak, kita akan membunuhmu!”

Penipuan Kaiser yang paling terkenal, dan mungkin bisa disebut paling berbahaya, terjadi di Bangu, sebuah klub kecil di zona barat Brasil. Bangu adalah klub yang berada di kompetisi paling berbeda dalam menyelenggarakan pertandingan sepakbola di Brasil.

Pada 1985, Bangu menang lewat adu penalti dan meraih trofi Campeonato Carioca, sebuah ajang prestasi tertinggi di wilayah tersebut. Pada saat itu, klub tersebut berstatus resmi milik sesorang bernama Castor de Andrade, (pria yang mengoperasikan permainan perjudian ilegal), yang secara rutin digambarkan sebagai orang paling berbahaya di Brasil dan juga berteman baik dengan presiden FIFA kala itu, João Havelange.

Castor bukanlah orang yang baik apalagi adil dalam segala hal. Ia adalah seorang pria yang arogan. Bahkan, ia pernah mengejar seorang wasit di lapangan dengan diiringi sebuah pistol mengepak di saku belakang pria arogan tersebut, saat ia berusaha melibatkan wasit guna mengatur skor untuk klubnya, Bangu.

Castor lalu mendatangkan Kaiser dengan diiringi sebuah berita utama di surat kabar, “Bangu Telah Memiliki Rajanya”. Judul berita tersebut menjadi terkenal karena Kaiser sempat menunjukkan ‘taji palsu’ kepada semua orang pada setiap kesempatan.

Ketika sampai di Bangu, ia mengalami masalah cedera ‘yang biasa terjadi’ di klub sebelumnya. Namun, Castor terus mencintainya, karena ‘kharisma’ dan akses dunia hiburan yang tampaknya ditunjukan Kaiser kepadanya. Castor sangat mencintai kepribadian Kaiser sehingga ia ingin melihat manifestasinya di lapangan.

Pada suatu akhir pekan, Kaiser dengan tekun melanjutkan rehabnya pada pukul 4 pagi di klub malam Caligula. Kabar tersebut lalu berhasil sampai kepada Castor. Pria pengelola judi ilegal itu kemudian mengirim pesan perintah agar Kaiser berada di bangku cadangan untuk keesokan harinya. Kaiser yang mendengar pesan tersebut panik, sebelum diyakinkan oleh pelatih bahwa ia akan tetap dimainkan sebagai pengganti.

Entah apakah Kaiser selalu terbantu oleh situasi atau tidak, yang jelas saat pemanasan, Kaiser mendengar seorang penggemar tim lawan memanggilnya “seekor homo berambut panjang”. Ia lalu menggunakan kesempatan itu sebagai alasan untuk memulai perkelahian dengan para penggemar tersebut.

Kaiser, sekali lagi, berhasil kembali berada di atas kebongan yang telah dibuatnya. Pria yang saat ini berusia 54 tahun itu terus hidup dalam naluri kebohongan sampai saat ini.

Ia tidak hidup untuk hari esok. Ia bahkan juga tidak ingin hidup untuk hari ini. Hidupnya telah menjadi hasrat tak henti-henti pada serangkaian penipuan kecil. Pun dengan naluri Kaiser yang merupakan akar dari satu penipuan besar yang dibuatnya. Maka hal itulah yang menjadi bukti, mengapa begitu banyak orang membencinya.