Kali terakhir Serie A dianggap sebagai salah satu liga paling kompetitif di Eropa ialah saat Jose Mourinho mengasuh Inter Milan dan membawa sejumlah trofi dalam satu musim. Namun setelah pelatih asal Portugal itu hengkang ke Chelsea, Juventus merajai kompetisi dan membuat ajang tersebut kurang bisa dinikmati sebagai wadah untuk bersaing.
Tahun ini, Serie A kembali menunjukkan bahwa liga tersebut patut untuk mendapat perhatian publik dengan menghadirkan sejumlah indikator. Apa saja? Berikut ulasannya.
Napoli yang bertambah kuat
Juventus, Inter Milan, AC Milan dan Roma merupakan tim-tim besar yang selalu dianggap sebagai calon juara di setiap musimnya. Namun, saat ini kondisi berubah; Napoli dengan kekuatannya yang semakin bertambah dari tahun ke tahun menjadikannya sebagai salah satu kompetitor dalam merebut gelar. Dari 13 laga, 11 di antaranya dimenangkan oleh tim asal Naples, dan hal ini menjadikan mereka di posisi kedua klasemen di atas Inter Milan.
Bukan hanya dari statistik, komposisi tim juga mumpuni untuk membuat Juventus khawatir akan gelar musim ini. Di lini depan, nama-nama kondang seperti Dries Mertens, Lorenzo Insigne, dan Jose Callejon, membuat pertahanan musuh harus waspada pada tingkat tertinggi. Hal ini juga sepertinya akan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya mengingat pemuda-pemuda seperti Amadou Diawara dan Piotr Zielinski akan meneruskan momok menakutkan bagi para lawan.
Putaran Euro yang meningkat
Salah satu indikasi yang menyatakan bahwa sebuah liga bisa dianggap ternama ialah fakta uang. Putaran uang dalam jual beli dan gaji pemain yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya membuat Liga Italia bisa dilihat sebagai liga yang kompetitif.
Berdasarkan Transfermarkt, pada 2014 empat klub besar di Italia memiliki nilai £1,08 milyar namun pada musim ini angka tersebut meningkat hingga £1,405. Dilihat dari belanja musim panas, AC Milan telah menghabiskan £175 juta untuk membangkitkan kekuatannya di kancah nasional dan internasional.
Tak hanya klub besar saja, tim-tim berukuran sedang seperti Atalanta dan Sampdoria sudah berani menghabiskan sampai £35 juta hanya untuk belanja pemain. Kekuatan finansial dari Serie A ini juga membuat pemain-pemain top dunia seperti Leonardo Bonucci dan Gonzalo Higuain bertahan. Selain itu, faktor keuangan yang menggiurkan juga menarik talenta-talenta muda seperti Andre Silva dan Hakan Calhanoglu datang mengadu nasib di Italia.
Strategi yang semakin kompleks
Secara umum, semua klub bisa menang dari siapapun di Serie A. Sampdoria mengalahkan Juventus dengan skor 3-2, padahal sebelumnya mereka dibantai oleh Udinese 0-4; sementara pembantai tersebut pernah kalah oleh tim promosi SPAL dengan skor 3-2.
Dari sini bisa dilihat bahwa ada strategi kompleks yang diterapkan para manajer untuk mengalahkan lawan-lawannya. Liga Italia saat ini diisi oleh para pemikir-pemikir keras seperti Maurizio Sarri pelatih Napoli yang dianggap sekelas dengan Pep Guardiola, Massimiliano Allegri manajer Juventus, Simone Inzaghi pengasuh Lazio, Luciano Spalletti pendidik Inter Milan dan Eusebio Francesco bos dari AS Roma. Nama-nama tersebut jelas akan meramaikan kompetisi sepak bola Italia mengingat pertandingan sengit akan tersaji di setiap minggunya.
Jawara yang sulit diprediksi
Saat ini, sejumlah liga akbar di tanah Eropa sudah mulai menunjukkan calon-calon juara. Barcelona memimpin jauh di La Liga dengan jarak empat poin dari peringkat kedua, Valencia. Sementara itu, Real Madrid tertinggal 10 poin dari sang pemuncak klasemen. Bila performa mereka konsisten, El Barca-lah yang paling berpotensi untuk mengangkat trofi.
Hal ini juga terjadi di Liga Premier dengan Manchester City yang memimpin delapan angka dari Manchester United dengan laga-laga tanpa kekalahan. Dengan kekuatan Manchester Biru yang sulit ditandingi, tropi akan kembali menjadi milik City musim ini.
Sementara itu, Bundesliga dan Ligue 1 lebih mudah lagi untuk diprediksi. Bayern Munich dan PSG hampir pasti akan mengangkat tropi mereka musim ini dengan komposisi tim yang luar biasa serta lapisan kedua yang juga patut diacungi dua jempol.
Lain dalam Serie A, pemuncak klasemen dengan peringkat keempat memiliki jarak empat poin saja, siapapun bisa tergelncir dan siapaun bisa melompat tinggi di setiap minggunya.