Liga Champions Hanya untuk Kesebelasan Kaya?

Manajer Celtic, Brendan Rodgers, menyebut bahwa Liga Champions terbagi menjadi dua lapisan, yakni antara kesebelasan yang punya duit dan yang tidak. Timnya, Celtic, dianggap Rodgers tidak akan bisa bersaing dengan kesebelasan elit lain di Liga Champions.

Buat Rodgers, ucapan tersebut dirasa masuk akal. Kekalahan lima gol tanpa balas atas Paris Saint-Germain seolah menjadi bukti hal tersebut. Lebih parah lagi, kekalahan besar tersebut terjadi di kandang Celtic FC sendiri pada 13 September yang lalu.

“Bagi saya, apa yang menarik adalah ketika kamu melihat apa yang dahulu klub punya. Misal seperti satu atau dua pemain top, dengan sokongan dari beberapa pemain yang bagus. Tapi coba kamu lihat PSG saat ini dan apa yang mereka punya di setiap lini. Para pemain yang tak bisa kau bayangkan, Veratti, Thiago Motta, dan juga Thiago Silva,” jelas eks manajer Liverpool tersebut.

Rodgers menilai dengan kapasitas yang dimiliki timnya, seharusnya Celtic berada di pot ketiga (saat pengocokkan grup). Meski begitu, Rodgers mengakui kesulitan yang dihadapi timnya saat ini memang perlu dijalani sebagai proses belajar Celtic FC.

“Seperti Borussia Monchengladbach pada tahun lalu ada di atas kami jauh sekali. Memang ini sangat sulit, tetapi inilah posisi yang kamu inginkan sebenarnya. Di tahap ini proses belajar dan pengembangan terjadi untuk para pemain kami. Meskipun kamu tahu realitanya tidak akan menjadi juara Champions League.”

“Setiap tahun makin jauh dan semakin jauh saja dengan uang dari kompetisi ini. Orang-orang boleh suka atau tidak, tetapi kami tetap ingin berada di sini,” lanjut Rodgers.

Ketika ditanyakan oleh wartawan mengenai kini sepakbola masuk ke dalam era pemain dengan banderol 50 juta euro sebagai cadangan, Rodgers setuju dengan pernyataan tersebut.

“Jelas di atas dari itu. Coba lihat Julian Draxler, mungkin dia adalah salah satu pemain terbaik Jerman saat ini. Namun sekarang dia berada di bangku cadangan PSG. Seperti saat ini ada beberapa pemain dengan honor 300 ribu paun per pekan di Premier League, di mana di antaranya masih sangat muda.”

Menurutnya efek dari harga tinggi seorang pemain akan berdampak pada honor yang harus diberikan kepada pemain tersebut. Dimana tentunya harga tinggi akan diikuti dengan honor yang tinggi pula.

“Hanya ada satu jalan di pasar seperti itu. Jika kamu membayar lebih untuk seorang pemain maka honornya akan semakin naik pula. Ini seperti bermata dua. Uang yang kami dapat dari Champions League tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan para klub ini.”

“Sehingga semakin sulit untuk klub-klub seperti kami dari negara seperti kami pula. Dimana klub seperti kami harus bermain pertandingan ekstra untuk bisa sampai di posisi itu,” kata Rodgers.

Komplain yang disampaikan oleh Rodgers ini sebenarnya kontras dengan apa yang terjadi di kampung halaman klubnya sendiri. Di mana tidak ada klub lain termasuk Rangers yang mampu menyaingi pemasukan dari pemegang titel Liga Skotlandia tersebut, apalagi dengan partisipasi mereka di Champions League. Artinya, jurang besar Celtic dengan klub lain di Liga Skotlandia juga terjadi.

Perbedaan besar antara Celtic dengan rival lokal mereka bisa ditunjukkan dengan rekor 55 pertandingan tak terkalahkan di semua kompetisi. Di mana tim asuhan Rodgers pada pertandingan terakhir berhasil mengalahkan Ross County dengan skor 4-0, Sabtu (16/9) lalu.

Kekuatan Celtic di Liga Skotlandia juga semakin bertambah, setelah penunjukkan eks pemainnya, Kolo Toure, sebagai salah satu pelatih di klub tersebut. Pria berusia 36 tahun tersebut pernah bermain untuk Arsenal, Liverpool, dan juga Manchester City.

“Bagi saya tidak akan ada perubahan besar yang terjadi untuk apa yang akan saya lakukan. Saya selalu menjadi tipe pemain yang selalu mencoba membantu orang-orang di sekeliling saya. Sekarang saya mencoba untuk memberikan saran, membantu para pemain muda, dan membimbing mereka melewati segala pengalaman yang telah saya alami di karir saya,” kata Toure

Kemampuan finansial yang tinggi memang dapat mendongkrak performa sebuah klub sepakbola. Namun tampaknya tidak semua fans sepakbola mencintai sebuah klub lantaran karena keuangannya yang fantastis. Tentu ada nilai-nilai tersendiri yang tertanam di sebuah klub yang membuatnya menjadi pendukung klub tersebut, begitu juga dengan Celtic FC.

Bagaimana menurut Anda?

Sumber: Telegraph.co.uk