Roberto Carlos Mario Gomez, kini pelatih Borneo FC, memiliki sebuah sistem unik dalam proses kepelatihannya. Sistem itu bernama 3-1-3-1.
Sebelumnya, perlu ditekankan bahwa sistem 3-1-3-1 ini bukanlah sebuah formasi dasar sepakbola. Jika semua angka itu dijumlahkan, akan tercipta angka 8. Jumlah itu belum menembus angka 11, yang merupakan jumlah pemain yang mesti dipasang dalam sebuah pertandingan.
Sistem 3-1-3-1 ini pertama kali diperkenalkan Gomez di Indonesia ketika ia melatih Persib Bandung. Dalam setiap sesi wawancara, baik itu selepas latihan ataupun ketika jumpa pers selepas laga, ia selalu berkata seperti ini.
“Yang penting, kami dapat tiga poin atau satu poin. Runutannya begini, tiap pertandingan, jadi tiga, satu, tiga, satu,” ungkapnya.
Nah, di Borneo FC, ia kembali menggunakan sistem ini. Lalu, seperti apa hasilnya? Dan, bagaimanakah sebenarnya sistem 3-1-3-1 tersebut?
***
Dalam sebuah kompetisi berformat liga, poin jadi salah satu hal krusial bagi sebuah tim. Jika ingin mendapatkan gelar di akhir kompetisi, maka sebuah tim mesti mendulang poin sebanyak-banyaknya.
Nah, merunut kepada aturan lazim yang berlaku dalam setiap liga, poin hanya didapat dalam dua kondisi, yakni ketika tim menang dan meraih hasil imbang. Saat menang, tim akan mendapat tiga poin. Ketika meraih hasil imbang, tim akan mendapat satu poin.
Gomez tampaknya paham betul akan hal tersebut.
Oleh karena itu, selama dua musim masa kepelatihannya di Indonesia, ia acap menggunakan sistem ini. Saat di Persib, ia menekankan bahwa meraih poin, entah itu imbang atau menang, adalah hal yang penting di setiap laga.
Alhasil, Maung Bandung mampu finis di urutan empat klasemen akhir Liga 1 2018. Mereka sebenarnya mampu menjadi juara paruh musim, namun inkonsistensi menghiasi langkah mereka di putaran kedua Liga 1 2018 sehingga mereka urung meraih gelar juara.
Hal yang sama Gomez terapkan lagi di Borneo FC. Namun, bedanya, kali ini ia dapat keleluasaan lebih. Di Persib, ia acap bersinggungan dengan beberapa pihak, sehingga pada akhirnya ia harus angkat kaki dari kota Bandung.
Di klub asal Kalimantan Timur tersebut, Gomez mampu membentuk tim sesuka hati. Tidak hanya itu, ia juga bisa menerapkan sistem 3-1-3-1 ini secara menyeluruh. Lalu, bagaimana hasilnya?
Hingga pekan ke-20 Liga 1 2019, Borneo bertengger di posisi keenam klasemen. Tidak hanya itu, mereka juga hanya mencatatkan tiga kekalahan saja dari 19 laga. Sisanya, mereka mampu menang tujuh kali dan meraih hasil imbang sembilan kali.
Sistem 3-1-3-1 Gomez benar-benar memberikan dampak positif bagi Borneo. Dengan meminimalisir kekalahan yang didapat, mereka mampu duduk di posisi 10 besar Liga 1 2019. Bahkan, posisi mereka bisa lebih naik lagi, apalagi Liga 1 2019 masih menyisakan 15 laga lagi bagi Borneo.
Pertanyaannya, mampukah Borneo meraih poin lebih banyak lagi dengan sistem 3-1-3-1 yang dianut Gomez ini?
***
Banyak sistem yang dianut seorang pelatih agar bisa meraih gelar di akhir kompetisi liga. Sir Alex Ferguson, eks pelatih Manchester United, mengaku lebih senang timnya menang dengan skor 1-0 tapi beruntun, dibandingkan menang dengan skor besar tapi hanya dalam satu laga.
Pun dengan Gomez. Tampaknya, sistem 3-1-3-1 ini juga yang membuat ia mampu berjaya saat melatih Johor Darul Takzim di Malaysia. Total, tiga gelar Malaysia Super League, satu gelar Piala Malaysia, dan satu gelar Piala FA Malaysia sukses ia sumbangkan bagi Johor.
Bukan cuma itu, ia juga mampu mengantarkan Johor meraih gelar Piala AFC pada 2015 silam. Namun, di Indonesia, sistem 3-1-3-1 ini belum menghadirkan kejayaan bagi tim yang ia asuh. Apa pasal?
Jika di Persib ia harus berhadapan dengan banyak orang, di Borneo, ia terlalu banyak meraih hasil imbang. Ada banyak momen ketika Borneo semestinya bisa meraih kemenangan, namun laga justru berakhir imbang. Hilanglah dua poin yang sebetulnya bisa didapatkan Borneo.
Nah, akankah di akhir musim nanti, sistem 3-1-3-1 yang ia anut ini akan membawa Borneo pada kejayaan? Atau justru, kekalahan-lah yang akan didapat oleh tim berjuluk ‘Pesut Etam’ tersebut?