Selama bertahun-tahun Real Zaragoza adalah klub kebanggan bagi Aragon. Belum ada klub dari Aragon yang menyaingi prestasi Real Zaragoza untuk berkancah di La Liga dan menjadi salah satu klub besar di Spanyol. Kini Zaragoza berkompetisi di Segunda Division dan mengincar promosi ke La Liga. Sejauh ini Real Zaragoza terpaku di posisi kelima klasemen sementara. Secara tak teduga di atas Real Zaragoza bertengger kesebelasan lainnya dari Aragon, SD Huesca, yang duduk di peringkat kedua klasemen sementara.
SD Huesca merupakan kesebelasan kecil. Mereka bahkan hanya menghabiskan budget 400.000 euro untuk mendatangkan total 15 pemain. Biaya operasional pun tak kalah irit. Semusim, Huesca hanya memerlukan 2,4 juta euro! Angka ini sekaligus menasbihkan Huesca sebagai kesebelasan dengan pengeluaran terkecil di Segunda Division baik di bursa transfer maupun operasional klub.
Dengan dana belanja sekecil itu, Huesca mampu berbicara banyak musim ini. Mereka bahkan sempat memuncaki klasemen sementara Segunda Division dalam beberapa pekan, sebelum digusur Rayo Vallecano.
Strategi Klub Kecil dari Barcelona
SD Huesca sendiri merupakan klub kecil. Mereka rutin mondar-mandir di Tercera Division (Divisi 4) dan Segunda B (Divisi 3). Mereka baru promosi ke Segunda pada musim 2008-2009.
Tentu saja tidak ada dana besar dalam operasional klub. Strategi klub untuk mengurangi operasional adalah dengan meminjam atau mencari pemain klub-klub Eropa yang dilepas secara gratis.
Umumnya, pemain yang didatangkan sudah meredup performanya. Jair Amador misalnya. Pemain belakang kokoh milik Huesca ini merupakan pemain dari tim B Levante. Amador kemudian kesulitan untuk menembus tim utama Levante. Ini yang menjadi sebab debut profesionalnya baru terjadi di usia 26 tahun. Setelahnya, pada musim 2016/2017 Amador memutuskan untuk bergabung dengan Huesca. Ia kini menjadi sosok yang tidak tergantikan di lini pertahanan.
Lain lagi dengan David Ferreiro, pemain berusia 30 tahun ini awalnya dianggap punya prospek menjanjikan. Namun kemudian kariernya sedikit meredup ketika memperkuat CD Lugo. Sejak dua musim lalu dirinya bangkit dan menjadi pemain kunci Huesca di sayap kanan.
Kesebelasan yang berdiri pada tahun 1922 ini didirikan oleh Lorenzo Lera. Sosoknya merupakan suporter fanatik Barcelona. Ini yang menjadi faktor mengapa Huesca punya corak yang mirip dengan El Barca dengan merah-biru vertikal.
Selain corak, gaya permainan mereka juga terbilang mirip. Manolo Marquez, mantan manajer Las Palmas, sudah mengamati Huesca sejak musim lalu. Pada musim itu, SD Huesca secara fenomenal menempati peringkat keenam. Mereka bahkan nyaris promosi andai tak dikalahkan Getafe di babak playoff.
“Huesca menggunakan pemain muda. Rubi (Manajer Huesca) membuat Huesca menggunakan formasi 4-3-3 dinamis, mirip dengan apa yang digunakan Barcelona dulu. Gelandang berpengalaman mereka (Juan) Aguilra bermain mirip dengan peran Sergio Busquets,” ujar Marquez di heraldo.es,
Permainan SD Huesca yang mirip dengan Barcelona, disebabkan oleh sosok Rubi sang Manajer. Sosok berusia 48 tahun ini dahulu sukses membawa Girona finish di posisi keempat klasemen akhir Segunda musim 2012/2013. Prestasi tersebut sempat membawanya menjadi asisten Tito Vilanova meski hanya bertahan selama 1 musim. Rubi juga pernah menjadi manajer Levante dan Sporting Gijon sebelum berlabuh bersama Huesca.
Menatap Promosi dan Melanjutkan Mimpi
SD Huesca hanya butuh 5 poin dari 3 laga tersisa untuk memastikan promosi ke La Liga. SD Huesca yang dahulu dianggap sebagai klub semenjana di Aragon kini berubah menjadi klub yang bergengsi. Apabila sebelumnya Huesca dianggap hanya pantas menghadapi Real Zaragoza B, kini pertandingan Real Zaragoza menghadapi Huesca pun dianggap sebagai derby yang cukup bergengsi.
Bersamaan dengan adanya peluang tentu ada tekanan. “Bahkan kini ketika saya di rumah, tekanan itu masih ada. Ketika Anda di posisi atas dengan adanya tujuan tertentu, beban akan bertambah ke pundak Anda,” ungkap Rubi di sporthuesca.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Olahraga Huesca, Emilio Vega, “Kami menjadi lebih baik, itu tujuan kami. Tentu tidak mudah dengan tekanan untuk lolos ke liga tertinggi. Kami mendengar beberapa pemain kami mendapatkan tawaran dari klub lain bahkan beberapa dari luar negeri. Tapi tiap hari ketika latihan saya masih melihat senyuman dan keseriusan untuk mengejar mimpi kami.”
Vega juga menjelaskan menggunakan dana belanja tidak akan meningkat secara masif apabila mereka promosi ke La Liga. “Kami akan tetap menyesuaikan kebutuhan, semangat lokal kami akan menjadi kunci kesuksesan kami. Kekuatan ekonomi bukan jawaban untuk mendapatkan apa yang Anda mau,” ujarnya.
Apabila nanti Huesca akhirnya sukses menembus La Liga, mereka akan menjadi klub dengan stadion terkecil. Kandang mereka, El Alcoraz hanya berkapasitas 5.500 penonton. Bahkan jauh lebih kecil dari kandang Eibar dengan 7600 kursi.
Takdir Huesca kini ada di tangan mereka sendiri. Secara matematis, peluang mereka untuk promosi amatlah tinggi. Sebagai klub kecil dari Aragon, kini Huesca sedang merjaut mimpi untuk menyamai prestasi Real Zaragoza, atau bahkan melampauinya. Mereka bisa menjadi penantang serius guru mereka: FC Barcelona.