Sebuah klub kecil dari Inggris bernama Mansfield Town adalah satu dari tiga kesebelasan yang mempunyai seorang perempuan di direksi eksekutif klub. Namun meski mempunyai sejarah panjang sejak 1992, perempuan tersebut masih sering merasa terdiskriminasi.
Nama perempuan tersebut adalah Carolyn Radford. Kehadirannya di dunia sepakbola Inggris adalah sebagai contoh bahwa minimnya peran perempuan di dalam dunia sepakbola. Klubnya bernaung adalah salah satu contohnya. Selain Radford hanya ada satu nama Lizzie Read sebagai terapis klub yang adalah perempuan. Sedangkan total staf sekaligus pemain Mansfield berjumlah 60 orang.
“Itulah isunya, tidak ada manajer perempuan, maupun asisten manajer, dan juga pelatih kiper,” jelas Radford.
Pada 2011, ketika Radford ditunjuk sebagai direktur eksekutif klub, sejumlah orang menilai keputusan tersebut hanyalah untuk pencitraan semata. Ini yang membuatnya harus menanggung perkataan yang bernada sexist baik ketika hadir di lapangan maupun di dalam direksi. Kemudian sejumlah orang lainnya menganggap Radford tak mampu melakukan pekerjaannya.
“Saya punya gelar dari Universitas Durham, salah satu yang terbaik di negara ini. Kemudian saya juga seorang pengacara yang terlatih. Jika kamu lihat direktur eksekutif yang lainnya dan juga latar belakangnya, saya menjamin CV saya bisa lebih baik dari beberapa orang tersebut,” jelas Radford.
Meskipun demikian, enam tahun lalu, ia mengakui kalau dirinya tidak benar-benar memahami dunia yang akan ia akan jalani.
“Sangat kewalahan pada saat itu. Di saat masih muda, relatif masih atraktif dan juga seorang perempuan. Semuanya itu yang seakan melawan diri saya. Saya seakan menjadi karikatur dan menjalani hal-hal terburuk yang bisa terjadi kepada seorang perempuan. Orang-orang memanggil saya seorang wanita dengan modal tampang saja.”
“Jika saja saya tahu bahwa saya akan mendapat perlakuan buruk seperti itu maka saya tidak akan terjun ke dunia ini. Namun kamu hanya perlu menundukkan kepala saja dan melanjutkan yang kamu bisa,” tutur Radford.
Carolyn Radford yang kini adalah seorang Ibu dari Hugo berusia 3 tahun dan anak kembar berumur 2 tahun, harus menyeimbangkan dua peran tersebut. Di mana ia harus mengurus anak-anaknya pada pagi hari. Meski berat, Radford mengatakan dirinya bangga atas apa yang ia kerjakan di Mansfield.
Kini setelah penantian 35 tahun, Mansfield berhasil kembali berlaga di Football League. Pada minggu ini saja mereka sudah berada di posisi kedelapan kompetisi League Two. Ditambah lagi Mansfield berhasil merengkuh profit setelah sekian lama.
“Ketika kami datang, Stadion Mansfield seperti kuburan kecuali menjelang pertandingan. Sekarang kami punya lapangan 3G yang bisa dipakai oleh masyarakat di sini dan juga sports bar yang buka 24 jam. Kemudian juga kami pernah mengadakan tribute concert untuk David Bowie. Aktivitas-aktivitas ini tentu bagus secara bisnis.”
“Kota Mansfield itu hampir terlupakan, terletak jauh dari Nottingham. Di mana jalur kereta tak cukup baik dan perlu mengandalkan kaki Anda. Sehingga kami mencoba untuk kembali memasukkan kota ini kedalam peta melalui sepakbola,” kata Radford.
Selain itu Carolyn Radford juga berjasa dalam hal pembentukan kembali tim sepakbola perempuan Mansfield. Di mana sebelumnya tim perempuan dibubarkan direksi Mansfield sebelumnya.
“Sangat penting bagi para tim perempuan untuk bisa menggunakan fasilitas yang sama seperti pemain laki-laki. Pesepakbola perempuan di klub lain tak diperbolehkan menggunakan fasilitas ruang ganti yang sama. Namun di sini kami pastikan mereka mendapat akses ke lapangan dan fasilitas kapanpun mereka butuhkan,” kata Radford.
Selain Carolyn Radford ada lima perempuan lainnya yang menjabat di posisi eksekutif dari total 92 klub yang berlaga di empat level Liga Inggris. Nama-nama lainnya adalah Karren Brady, wakil direksi West Ham United, Direktur Eksekutif Leicester City Susan Whelan, Direktur Eksekutif Forest Green Rovers Helen Taylor dan Katrien Meire, Direktur Eksekutif Charlton Athletic.
Radford menilai sudah menjadi salah satu dari tanggung jawabnya untuk membicarakan permasalahan diskriminasi perempuan di industri sepakbola. Perjuangan Radford tidak berhenti di Mansfield saja, bahkan dilansir dari The Guardian, Radford berencana pada tahun ini untuk mengincar posisi di Dewan Asosiasi Sepakbola Inggris.
“FA adalah klub yang berisi laki-laki tua, sehingga saya ingin lebih ada representasi perempuan di dalamnya,” kata Radford.
Sumber: The Guardian