Sepak Terjang Para Tamu Sopan Copa America

Foto: JFA.jp

Seluruh laga perdana Copa America 2019 tuntas seiring kemenangan telak juara bertahan Cile 4-0 atas Jepang, Selasa (18/06) WIB. Langkah bagus untuk Alexis Sanchez, dkk. yang berambisi melakukan three-peat juara dalam empat tahun terakhir. Namun kali ini bukan kiprah La Roja yang bakal dibahas.

Jelas agak ganjil bagaimana Cile mesti berhadapan dengan Jepang, negara Asia, pada turnamen antarnegara Amerika Selatan. Turnamen tertinggi bagi kontinen sepak bolanya yang dinaungi federasi CONMEBOL, bukan AFC. Jepang menjadi mungkin tampil di sana, karena statusnya sebagai tamu undangan.

Bersama Qatar, Tim Samurai Biru memenuhi kuota peserta tahun ini. Keduanya, juara dan runner-up Piala Asia 2019, mencari nasib terbaik sekali lagi di benua lain. Bertanding membawa nama Benua Kuning.

Tadinya, Copa America edisi ke-46 tahun ini ingin mengundang enam negara lain. Namun, berhubung juga tergelar Piala Emas Amerika Utara/Tengah, dan Karibia, negara langganan yang biasa diundang tidak bisa ikut serta. Begitupun negara Afrika, karena ada Piala Afrika yang dimulai selang satu minggu kemudian. Spanyol dan Portugal yang punya ikatan sejarah juga sempat diajak, tapi kesibukan di UEFA Nations League, kualifikasi Piala Eropa 2020, serta Piala Eropa U-21 kadung jadi prioritas.

Sejak edisi 1993, Copa America memang mengundang tim nasional dari kontinen lain. Terkesan, membingungkan dan aneh karena bisa menghilangkan keotentikan cita rasa Amerika Latin. Syukurlah, sejauh ini belum ada negara undangan yang sukses juara di Copa America. Mereka sadar status dan peran, sehingga memanfaatkan turnamen ini sebagai persiapan ajang yang lebih besar, laga uji coba kompetitif, dan pastinya meraup pundi uang.

Negara-negara tersebut tergolong tamu yang sopan. Sebab, tidak ada yang sampai jadi juara. Maklum, banyak negara Amerika Latin yang tergolong kekuatan utama sepak bola dunia. Sembilan dari 21 trofi Piala Dunia, dimiliki tiga negara Amerika Selatan. Hanya satu dari 10 negara di kawasan ini yang belum tampil di Piala Dunia.

Berikut daftar lengkap tamu yang pernah memenuhi undangan:

Meksiko

Meksiko tentu tamu undangan langganan. Sejak 1993 sampai Copa America Centenario, mereka tidak pernah absen di turnamen antarnegara paling tua ini.

Seringnya intensitas bertamu, membuat El Tri paham perilaku tuan rumah. Setelah tidak sekalipun menang di keikusertaan pertama, Meksiko berlaku ‘kurang ajar’ (dalam konotasi positif), dengan menyelonong sampai final pada edisi 1997 dan 2001. Entah mendadak tahu batas aturan tak tertulis atau tidak, mereka selalu kalah di final. Tunduk 2-1 atas Argentina lewat gelontoran Gabriel Batistuta pada 1997 dan kalah tipis 0-1 dari tuan rumah Kolombia empat tahun berselang.

Kemudian, Negeri Sombrero melenggang ke posisi ketiga pada Copa America 2007. Secara kultural, sejarah, kedekatan geografis, dan kecintaan kepada sepak bola, Meksiko memang punya kesamaan dengan para negeri jiran di selatan. Sayang, seiring sering bentroknya jadwal Copa America dengan Piala Emas, Javier Hernadez, cs. mesti absen kali ini.

Tidak seperti biasa dengan mengirim tim berbeda ke masing-masing turnamen. Piala Emas memang mesti diprioritaskan, karena Amerika Serikat yang punya jenis sepak bolanya sendiri justru merongrong Meksiko dengan hanya selisih satu gelar.

Amerika Serikat

Rival Meksiko, Amerika Serikat juga diundang pada kesempatan pertama tahun 1993. Uji kualitas bagi mereka yang bakal menggelar Piala Dunia setahun berselang. Hasilnya? Juru kunci di Grup A dengan hanya mengoleksi satu poin.

Pada Copa America 1995, Negeri Paman Sam mendapat capaian terbaik dengan menembus sampai semifinal. Mereka tidak ikut serta sampai edisi 2007, seiring meningkatnya popularitas MLS dan fokus di kejuaran lain.

Pada 2016, mereka justru yang dipercaya menjadi tuan rumah untuk edisi 100 tahun. Bukan lagi tamu, tapi justru pemilik hajatan. Menjadi latar tempat pengulangan sukses Cile yang membuktikan gelar pertama mereka setahun sebelumnya bukan kebetulan ataupun faktor tuan rumah saja.

Menjadi setting bagi Lionel Messi menangis lagi setelah kalah pada tiga final beruntun bersama Argentina, mengutuki nasib, dan pensiun dari timnas untuk sementara.

Air mata tangis Messi jatuh di Amerika. Sumber foto: foxsports.com.

Kosta Rika

Tamu undangan memang sering berasal dari kontinen dekat, Amerika Tengah. Kosta Rika sebagai kekuatan ketiga dari CONCACAF dan sering tembus Piala Dunia, ikut serta di Copa America tahun 1997. Pada edisi 2001, Paulo Wanchope, dkk. menjuarai Grup C dan terhenti di perempat final.

Langkah jauh sampai perempat final itu mereka ulangi pada turnamen berikutnya. Sedangkan tidak ada yang perlu diceritakan dari kiprah tahun 2011.

Negera Keylor Navas ini berpartisipasi lagi pada Copa America Centenario yang memang mengundang enam tim tambahan dari zona CONCACAF. Hasilnya tidak sehebat yang mereka buat di Piala Dunia 2014.

Kanada/Honduras

Garis miring di atas bukan berarti Kanada bisa juga disebut Honduras, Honduras bagian dari Kanada, atau apapun yang tidak relevan. Mereka dua negara berbeda dari kawasan berbeda. Namun, untuk narasi Copa America keduanya punya jalinan benang merah.

Semestinya Kanada tampil di Copa America 2001. Namun berhubung situasi keamanan Kolombia selaku tuan rumah tidak memungkinkan, turnamen batal hanya kurang dari sehari pelaksanaan. Ketika itu, negeri yang gandrung hoki tersebut segera menarik diri dan memulangkan pemain ke klub. Setelah adanya jaminan keamanan, Copa America 2001 akhirnya terselenggara. Terselenggara tanpa Kanada.

Negara penggantinya? Honduras. Kondisi semakin sureal bak karya sastra Gabriel Garcia Marquez. Campur baur fiksi dengan realitas khas Amerika Latin kadung menguat pada situasi berikutnya setelah mereka bergabung. Honduras yang pertama kali tampil dadakan dan tanpa persiapan, datang dengan diangkut kendaraan militer angkatan udara Kolombia. Mereka yang jelas bukan tim raksasa sukses finis di peringkat ketiga.

Dalam perjalanannya, mereka mengangkangi kekuatan tradisional Brasil. Tidak sedikit pemain Brasil yang mereka tundukan itu setahun berselang juara Piala Dunia Korea-Jepang. Skuat Honduras yang kebanyakan dihuni para pemain lokal, tampil tanpa beban. Ternyata kenyataan memihak mereka.

Uruguay dua kali ditundukkan, yakni saat babak grup dan perebutan tempat ketiga. Seandainya di semifinal tidak keok dari tuan rumah Kolombia (sulit tidak teringat nama Escobar), mungkin saja Honduras bisa meraih prestasi maksimal. Pada akhir turnamen, pemain kunci mereka, Amado Guevara keluar sebagai Pemain Terbaik.

Tahu apa yang konyol lagi? Honduras hanya sekali itu saja ikut Copa America. Meskipun sempat tembus Piala Dunia 2010 dan 2014. Meskipun Copa America Centenario menyiapkan banyak tempat untuk tamu undangan.

Mungkin nanti, mereka bisa tampil saat Copa America tergelar di Kolombia lagi. Tempat bagi realisme magis bergerak luwes memanjakan imajinasi penggemar sastra juga sepak bola. Tempat di mana fakta dan fiksi kawin mawin sampai sulit dibedakan oleh isi kepala yang terheran-heran.

Jepang

Ide mengundang Jepang ke Copa America 1999 di Paraguay terasa absurd sedari awal. Namun bukankah absurditas justru benang merah bagi dalam kisah-kisah dari Amerika Latin dan Jepang? Ah, jangan sinnggung industri film birunya.

Jepang yang saat itu dibela pemain naturalisasi asal Brasil, Wagner Lopes finis di posisi buncit Grup A. Sempat pula dilibas tuan rumah empat gol tanpa balas.

Kekalahan telak serupa terulang 21 tahun kemudian saat mereka kembali berpartisipasi di Copa America 2019.

Negara Lain

Sebagai debutan, Qatar jelas mendapat hasil lumayan dengan imbang 2-2 versus Paraguay. Ajang Copa America kali ini jelas batu tapak berikutnya untuk mereka sebelum menjalani Piala Dunia 2022 di tanah sendiri.

Jika dapat hasil gemilang, tren mereka jelas menanjak mengingat Piala Asia 2019 pun mereka juarai. Tahun depan, saat Copa America kembali digelar untuk menormalisasi perhitungan tahun, Qatar juga bakal berpartisipasi.

Jamaika (2015,2016), Haiti (2016), dan Panama (2016) ikut serta tanpa banyak bicara. Pada edisi Copa America, ada tamu berikutnya yang bisa membuat Copa America semakin membingungkan dari segi lokasi kepesertaan: Australia.

Mereka dari kawasan Australia & Oseania, tapi tergabung di zona sepak bola Asia. Namun, zona Asia mana? Mengaku Asia Tenggara tapi tidak berpartisipasi di Piala AFF. Justru malah pasti tampil di Copa America. Ah, makin memusingkan saja!

Satu yang pasti sejauh ini, para tamu tahu mereka diundang bukan untuk keluar sebagai pemenang.

sumber: theguardian/bigsoccer/foxsport