Saan Robert Jarni Pindah ke Coventry City Demi Direkrut Real Madrid

Nama Robert Jarni mungkin tak terlalu dikenal fans. Namun, pada akhir 1990-an dia sempat menarik perhatian banyak klub raksasa, termasuk Real Madrid, setelah jadi salah satu bek kiri terbaik Eropa. Tapi anehnya, setelah tiga musim mengesankan bersama Real Betis dan tampil apik di Piala Dunia 1998, pemain Kroasia itu malah pindah ke Coventry City, nama lainnya yang juga jarang terdengar.

Namun, yang terjadi beberapa hari setelahnya ternyata benar-benar jauh di luar dugaan. Rupanya Coventry hanya tempat peralihan saja, ketika dia pergi dari Betis menuju pelabuhan tujuan yang sebenarnya, Madrid. Lalu, bagaimana ceritanya Coventry masuk dalam drama perselingkuhan Jarni dan Los Merengues tersebut? Berikut kisahnya dirangkum Redaksi LigaLaga dari berbagai sumber.

Jarni Bersama Real Betis

Jarni baru saja menjadi pahlawan di tanah airnya setelah membawa Kroasia tampil mengejutkan dan finish ketiga di Piala Dunia 1998. Bahkan, dia sempat menguatkan kenangan fans di masa itu dengan sosoknya melalui gol pembuka yang luar biasa dalam kemenangan 3-0 atas Jerman di perempat final. Itulah momen terpenting yang membuatnya semakin dikejar-kejar oleh tim-tim besar Eropa saat itu.

Namun, itu hanyalah puncak dari rentetan penampilan impresif Jarni bersama Betis. Dia pindah ke klub berjuluk Los Verdiblancos itu pada 1995, setelah berpetualang dari tim pertamanya, Hajduk Split di Kroasia, lalu pindah ke Italia bersama Bari, Torino dan Juventus. 98 penampilannya dengan 18 gol selama tiga musim di La Liga membuatnya jadi properti panas meski sudah usia memasuki 30 tahun.

Barcelona dan Madrid termasuk di antara klub yang gawangnya pernah dibobol Jarni di Spanyol. Dan kemudian, El Real menjadi salah satu tim yang tertarik pada kemampuannya, bahkan paling ngebet mendapatkan tanda tangannya saat itu. Hanya saja Betis malah tak mau melepas pemain andalannya ke salah satu pesaing di liga domestik, sehingga tak akan pernah ada kesepakatan antara kedua klub.

Pindah Mengejutkan ke Coventry City

Yang terjadi kemudian, musim panas 1998 yang menjadi tahun terbaik dalam karier Jarni itu ditandai dengan kepindahannya ke salah satu klub kecil Inggris, Coventry. Pastinya banyak yang tidak percaya ketika itu, karena tim berjuluk Sky Blues tersebut baru saja finish ke-11 di Premier League Inggris, setelah musim sebelumnya mereka bisa lolos secara ajaib dari jurang degradasi pada hari terakhir.

Highfield Road sangat jelas menjadi tujuan yang tidak mungkin bagi salah satu bek kiri yang paling dicari di Eropa tersebut. Pasukan Gordon Strachan memang punya banyak pemain Inggris yang cup bagus di masa itu, tetapi mereka bukanlah barisan talenta bertabur bintang. Makanya, fans Coventry sulit mempercayai keberuntungan itu, karena sesuatu yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Tetapi, di sanalah Jarni berada, ketika pada 7 Agustus 1998 dia resmi menjadi bagian Coventry. Dia dikontrak dengan bayaran 2,6 juta paun, di mana pada saat itu biaya transfer rekor dunia adalah 19,5 juta paun. Tak lama kemudian, sosoknya terlihat berada di tribun stadion menyaksikan pertandingan persahabatan pramusim melawan Espanyol setelah menyelesaikan kepindahan menghebohkan itu.

Seluruh media kaget, bahkan mengklaim Madrid telah kebobolan saat tidur siang. Tapi klaim itu salah besar; kejutan dari Jarni rupanya belum selesai. Hanya kurang empat hari, dia diumumkan sebagai pemain baru Madrid dengan bayaran 3,4 juta paun. Dengan begitu, Coventry menerima laba hampir 1 juta paun dalam beberapa hari, sedang fans hanya mendapat nama sang bintang di kaos mereka.

Tiba-Tiba ke Real Madrid

Para ahli konspirasi mulai berspekulasi ketika Jarni pindah ke Coventry, dan lalu menerima tawaran Madrid hanya dalam empat hari, setelah Betis pernah menolaknya. Banyak yang mempertanyakan apakah ini semua adalah bagian dari rencana antara kedua klub, dengan Madrid bisa mendapatkan pemain yang diinginkannya dan Coventry menerima keuntungan atas perannya dalam saga tersebut.

Tapi Jarni membantahnya. Dia menegaskan kepindahan ke Coventry bukanlah main-main. “Strachan ingin saya bergabung dengan Coventry,” katanya pada Herald Sport pada 2013. “Dia menyukai cara saya bermain, dia menyukai penampilan saya di Spanyol dan timnas. Tetapi setelah saya menerima tawaran Madrid saya memutuskan menerima mereka sebagai gantinya,” ucapnya menambahkan.

Alasan keluarga yang akhirnya membuat Jarni mengubah keputusan dan kembali ke Spanyol ketika tawaran Madrid datang.

“Saya tidak akan mengatakan itu adalah keputusan istri saya, tapi itu adalah keputusan keluarga, keluarga tak mau pindah ke Inggris. Kami punya anak kecil, putri saya belajar di sekolah dasar Spanyol dan kami lebih suka tinggal di sana daripada pindah ke Inggris,” tambah Jarni.

Musim 1998/1999 itu, akhirnya Jarni bermain untuk Madrid, setelah saga transfernya yang rumit itu. Sayangnya, dia malah gagal bersaing dan hanya memenangkan Piala Interkontinental 1998, tapi telah terlambat untuk menyadarinya di usia hampir 31 tahun. Musim berikutnya, klub pun melegonya ke Las Palmas yang bermain di divisi dua, meski bisa promosi ke La Liga pada 2000. Setahun kemudian, Jarni terbang ke Yunani untuk bermain bersama Panathinaikos sebelum gantung sepatu pada 2002.

Sumber: Planet Football, Coventry Telegraph, Dailymail, Transfermarkt