Cerita Maurizio Sarri Hanya 12 Hari Jadi Juara Italia Bersama Juventus

Maurizio Sarri menukangi Juventus pada musim 2019/2020. Manajemen klub mengumumkannya sebagai pelatih baru pada 16 Juni 2019, dengan kontrak berdurasi tiga tahun. Sebelumnya, pria asal Napoli, Italia itu dipercaya mengarsiteki Chelsea selama satu musim, setelah tiga musim menjadi pesaing utama La Vecchia Signora ketika dia masih menangani klub dari kampung halamannya.

Bersama Napoli, pelatih yang sebelumnya lebih banyak membesut tim-tim kecil Negeri Pizza sejak 1993 itu memang gagal meraih trofi. Namun, dia kemudian berhasil memenangkan Liga Europa saat mengabdi di Chelsea. Namun, pencapaian terbesar sepanjang karier kepelatihan Sarri selama hampir 30 tahun tentu saja Scudetto Serie A Italia bersama Juventus, meski kesuksesan itu tidak berlanjut.

Juara Italia

Dari sudut pandang taktis, Sarri dikenal karena kecerdasan, perhatian pada detail, dan pendekatan yang teliti sebagai manajer. Tim asuhannya sering bermain agresif dengan tekanan tinggi untuk bisa memenangkan bola dengan cepat. Saat menguasai bola, mereka bermain atraktif dan menyerang dengan umpan pendek yang cepat. Strategi ini lalu dikenal sebagai Sarri-ball atau liquid football.

Mungkin inilah yang membuat manajemen Juventus mempercayakannya sebagai pelatih baru, ketika Massimiliano Allegri memilih untuk pergi pada akhir musim 2018/2019. saat itu usianya sudah cukup uzur, memasuki 60 tahun, dengan kondisi kesehatan kurang baik; Sarri adalah seorang perokok berat dan sempat dirawat karena pneumonia, hingga melewatkan beberapa laga Juventus di awal musim.

Kemudian, sepak bola dunia juga sempat dihentikan karena pandemic Covid-19 yang terus meluas. Namun, di tengah berbagai masalah itu, Sarri membuktikan kapasitasnya dengan membawa Juventus mempertahankan Scudetto, yang merupakan gelar kesembilan secara berturut-turut sejak era pelatih Antonio Conte. Mereka memastikan juara pada 27 Juni 2020, ketika kompetisi menyisakan dua laga.

12 Hari

Gelar Serie A ini adalah yang pertama dalam karier Sarri sejauh ini. Menariknya, keberhasilan itu pun diwarnai pula dengan rekor unik; menjadi pelatih tertua yang pernah menjuarai Liga Italia dalam usia 61 tahun 5 bulan 19 hari. Dia sendiri mematahkan rekor sebelumnya yang dipegang Nils Liedholm, ketika sukses membawa AS Roma meraih Scudetto 1982/1983 dalam usia 60 tahun 8 bulan 21 hari.

Namun, gegap gempita dan rasa bangga atas prestasi itu hanya berlangsung sesaat bagi Sarri. Hanya berselang 12 hari kemudian, dia harus menerima kenyataan pahit, dipecat sebagai pelatih Juventus. Tepat 8 Agustus 2020, manajemen I Bianconeri memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan allenatore kelahiran 10 Januari 1959 itu, dan langsung mengganti dengan sosok muda, Andrea Pirlo.

Kegagalan Juventus di Liga Champions setelah disingkirkan Lyon dalam babak 16 besar ditengarai sebagai penyebab PHK terhadap Sarri. Meski menang di leg kedua, namun mereka kalah agresivitas gol tandang. Setelah pertandingan itu, presiden klub saat itu Andrea Agnelli mengatakan akan butuh beberapa hari untuk “mengevaluasi” opsi mereka, lansir Eurosport, dan pemecatan jadi pilihannya.

Statistik telah mengisyaratkan kegagalan Sarri, klaim The Guardian. Lini tengah Juventus sepanjang musim itu dinilai berantakan. Jika kesuksesannya bersama Napoli dibangun di atas pertukaran bola yang cepat, maka itu tidak terlihat kali ini. Pergerakan bola para penggawa tim Nyonya Tua seringkali sangat lambat. Kondisi ini diperburuk dengan tak banyak pilihan pemain sesuai kebutuhan pelatih.

Di bawah kepemimpinan Sarri, Juventus telah membuang 18 poin dari posisi unggul. Angka ini lebih banyak dari musim lain selama rentetan delapan gelar Serie A; musim sebelumnya hanya enam poin. Tak hanya itu, kebobolan 38 gol sepanjang musim 2019/2020 itu juga jadi yang terbanyak bagi juara Italia sejak 1960/1961. Bahkan, klub sekelas Atalanta masih unggul dengan hanya kebobolan 21 gol.

Pencapaian

Sebenarnya pencapaian Sarri bersama Juventus tidak buruk-buruk amat. Secara rataan kemenangan, menyentuh 65,4 persen, hanya sedikit di bawah periode tiga musimnya bersama Napoli dengan 66,2 persen. Dia memenangkan 34 dari total 52 pertandingan di semua ajang, dengan hanya sembilan imbang dan sembilan kalah, termasuk kalah dari Lyon di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.

Sarri juga telah melakukan banyak perubahan. Paulo Dybala yang sedang dalam pemulihan, bahkan sempat akan dilepas, sekali lagi jadi bakat luar biasa setelah didorong bermain lebih dekat dengan Ronaldo. Hingga mengeluarkan potensi Juan Cuadrado di pos bek sayap, mempercayakan Rodrigo Bentancur sebagai gelandang tengah, dan membimbing Matthijs de Ligt setelah awal yang buruk.

Tapi, itu tampaknya belum cukup memuaskan manajemen Juventus, terutama karena gagal di Liga Champions. Setelah dipecat, Sarri sempat meninggalkan lapangan hijau cukup lama, hampir setahun; tak pernah selama itu sejak menangani Empoli pada 12 Agustus 2012. Pada 9 Juni 2021, dia kembali dan memulai era baru bersama Lazio, meski sejauh ini hasilnya pun masih belum menggembirakan.

Sumber: Euro Sport, The Guardian, Black White Read All Over, Wikipedia