CF Canelas, Klub Paling Brutal dari Portugal

Permainan keras memang biasa ditunjukkan oleh beberapa kesebelasan. Di Indonesia, kesebelasan dari Sumatera, khususnya Medan, Deli Serdang, dan Pekanbaru, kerap menunjukkan permainan keras.

Ada batas tipis antara permainan keras dan kasar. Akan tetapi, semua penonton mungkin setuju kalau yang dilakukan FC Canelas 2010 jauh dari apa yang disebut “permainan keras”. Soalnya, dari gerak-gerik pemainnya mereka bermain amat kasar dan terkesan berusaha mencederai pemain lawan.

Gaya main FC Canelas 2010 ini sempat viral di Youtube. Dalam cuplikan video tersebut terlihat para pemain sering melakukan tekel telat, tendangan karate, sampai mengancam wasit. Karena hal ini, kesebelasan yang berbasis di Porto, Portugal, tersebut dijuluki sebagai “Kesebelasan Paling Brutal di Dunia”.

Soal permainan brutal ini memuncak pada 2016. Kala itu, Canelas masih berlaga di Divisi Keempat Liga Portugal, Porto Divisao de Elite Serie 1. Canelas memenangi enam dari tujuh pertandingan awal. Namun, setelah pertemuan rahasia, 12 dari 13 tim lain memilih untuk tak melawan mereka. Hanya CD Candal yang berani melawan mereka dalam kemenangan 2-0. Tim lain mereka terlalu takut untuk menghadapi skuad yang konon berisi anggota Super Dragons, ultras FC Porto yang ditakuti ini.

Kesebelasan lain memilih membayar 750 euro atau 13 juta rupiah sebagai denda, ketimbang harus menghadapi Canelas. Soalnya para pemain melaporkan bagaimana Canelas begitu brutal dan memberi gestur mengintimidasi kepada lawan serta wasit.

Salah satu intimidasinya adalah para pemain Canales memeringatkan lawannya kalau mereka tahu di mana keluarga mereka tinggal. Para pemain pun sering main kasar di pertandingan.

Kapten Canelas pada 2017, Fernando Madureira, berargumen kalau reputasi yang dimiliki timnya tidaklah adil.

“Ada banyak uang di liga. Sejumlah klub membayar pemain mereka lebih banyak, mereka punya dana yang lebih tinggi ketimbang kami untuk bisa promosi. Canelas hadir tanpa uang. Mereka mencoba berhenti ketika kami pertama. Kami tak punya banyak kartu,” tutur Madureira.

Namun yang dikatakan Madureira jauh dari fakta yang ada di lapangan. Dalam video yang diunggah di Youtube ada kejadian salah satu pemain Canelas menendang dada lawannya dengan keras. Di video lainnya, pemain Canelas menggiting kepala wasit dan menjatuhkannya ke tanah.

Soal video yang beredar, Madureira bilang kalau itu terjadi dua tahun lalu.

“Mereka mengulanginya. Media hanya tertarik karena aku, Super Dragons dan FC Porto. Kalau kami tak di sini, dan hal yang sama terjadi, tak akan ada yang peduli.”

Pada musim 2016/2017, Canelas promosi ke Divisi Ketiga.

Di musim itu, Canelas menang 24 kali. 16 di antaranya menang WO. Canelas ada di puncak dengan jarak 25 poin dari peringkat kedua, Rio Tinto.

Sistem promosinya adalah dengan mengadakan liga mini yang berisi enam tim teratas. Karena untuk mendapatkan tiket promosi, lima tim lain bersedia bertanding. Di pertandingan ketiga menghadapi Rio Tinto, Marco Goncalves diusir wasit pada menit kedua, karena melanggar lawan. Sial bagi wasit karena hidungnya dipatahkan oleh Goncalves yang tak terima dengan sanksi tersebut.

Karena aksi tersebut, Goncalves ditahan polisi dan dipenjara selama 11 bulan. Ia pun bilang kalau dirinya tak mengingat kejadian tersebut. Ia akhirnya dipecat Canelas dan dilarang bertanding di sepakbola selama empat setengah tahun: empat tahun karena menyerang wasit, dua bulan karena menghina dan mengancam, tiga bulan untuk menyerang lawan.

Sempat promosi, Canelas langsung terdegradasi. Namun, Canelas promosi lagi pada 2018/2019 dan bertahan lagi hingga kini.

Sumber: Dailymail.