Tiga musim sebelum menjadi juara Cup Winners Cup, Aberdeen sempat bermain pada ajang Eropa lainnya yaitu Piala UEFA pada musim 1979/1980. Inilah kali kedua kesebelasan asal Skotlandia tersebut bermain pada ajang antar benua bersama Alex Ferguson. Musim sebelumnya, mereka sempat bermain pada ajang Piala Winners namun terhenti langkahnya pada babak kedua.
Sayangnya, nasib Aberdeen saat itu tidak jauh berbeda. Mereka kembali gagal melangkah jauh pada turnamen yang kemudian tidak bisa dimenangi oleh Ferguson sepanjang karier kepelatihannya. The Dons kalah dengan agregat 1-2 dari Eintracht Frankfurt. Bermain imbang 1-1 ketika menjadi tuan rumah, Aberdeen kalah 1-0 ketika balik bertandang ke Jerman.
Ferguson begitu kecewa atas kekalahan tersebut. Dua musim beruntun dia tidak bisa membawa Aberdeen melangkah jauh di Eropa. Dua-duanya disebabkan karena tim asal Jerman yaitu Fortuna Dusseldorf dan Eintracht Frankfurt. Kekalahan melawan Eintracht yang paling membuatnya kecewa.
“Masalah yang tidak bisa kami selesaikan adalah Tscha Bum. Kami tidak bisa menghentikannya. Ia benar-benar sulit untuk dihentikan,” kata Ferguson saat itu.
Bagi Ferguson, permasalahan lain yang datang dari kubu Eintracht saat itu bisa dia selesaikan. Tapi tidak dengan Cha Bum-Kun, orang yang dia sebut sebagai Tscha Bum tersebut adalah momok yang membuat timnya gagal menang pada leg pertama. Golnya pada menit ke-13, membuat Eintracht punya keunggulan gol tandang.
Sebelum dibuat terkesima oleh Park Ji-Sung, Ferguson lebih dulu dibuat tercengang oleh Cha Bum-Kun. Dialah pemain Korea Selatan pertama yang menjadi juara pada ajang Eropa. Setelah menyingkirkan Aberdeen asuhan Ferguson, langkah mereka tidak bisa dihentikan hingga akhirnya menjadi juara setelah mengalahkan sesama wakil Jerman lainnya, Borussia Monchengladbach. Inilah gelar Piala UEFA pertama bagi mereka. Cha sendiri membuat tiga gol sepanjang turnamen dan sempat menjadi pemain terbaik ketika bermain di final.
“Dia adalah wajah Frankfurt saat itu. Dia punya kecepatan, teknik yang hebat, pemain dengan dribel yang bagus, dan bisa mencetak gol. Dan yang paling penting, dia adalah team player yang paling hebat,” kata Lothar Matthaus.
Musim 1979/1980 menjadi musim pertama Cha Bum-Kun bersama Frankfurt. Ia direkrut setelah hanya bermain satu kali bersama Darmstadt 98. Meski tidak sering bermain, namun dia membuktikan kalau Eintracht tidak salah membelinya. Selain membawa Die Adler juara Piala UEFA, namanya juga menjadi top skor Eintracht pada kompetisi Bundesliga dengan 12 gol.
Cha kembali menjadi aktor penting dari keberhasilan Eintracht Frankfurt meraih DFB Pokal pada musim keduanya. Dia tampil apik dengan mencetak enam gol dari enam pertandingan sepanjang turnamen. Padahal, ia sempat mendapat cedera yang cukup parah setelah menerima terjangan dari penggawa Bayer Leverkusen, Jurgen Geldorf.
Saat masih aktif, Cha bermain sebagai winger dan penyerang. Lima musim bermain untuk Frankfurt, Cha Bum-Kun membuat 58 gol dari 156 pertandingan. Tidak hanya itu, ia juga menjadi top skor klub dalam tiga musim beruntun yaitu pada 1980/1981, 1981/1982, dan 1982/1983. Julukan Tscha Bum diberikan karena dia memiliki sepakan yang mematikan.
Krisis finansial memaksa Eintracht Frankfurt menjual beberapa pemainnya dan salah satunya adalah Cha Bum-Kun. Pada 1983, ia hijrah ke sesama klub peserta Bundesliga, Bayer Leverkusen. Pindah klub tidak membuat ketajamannya menurun. Tiga musim beruntun, perolehan golnya selalu mencapai dua digit dengan 19 gol pada musim 1985/1986 menjadi torehan terbaiknya.
Cha kembali mendapat trofi Piala UEFA keduanya ketika membawa Bayer Leverkusen mengalahkan Espanyol dalam drama adu penalti. Cha adalah pahlawan Bayer saat itu. Tertinggal 3-0 pada leg pertama final memaksa Bayer harus mencetak tiga gol dan tidak boleh kebobolan pada leg kedua. Namun hingga menit ke-80, Bayer baru sanggup membuat dua gol. Beruntung, Cha mencetak gol pada menit ke-81 untuk menyamakan agregat dan membawa laga tersebut hingga adu penalti.
Gelar Piala UEFA 1988 menjadi trofi terakhirnya sebelum memutuskan pensiun semusim berselang. Total, Cha membuat 98 gol di Bundesliga yang semuanya dibuat tanpa dari tendangan penalti. Cha juga termasuk pemain yang bersih karena hanya menerima satu kartu kuning. Catatan 98 golnya tersebut membuat Cha menjadi top skor untuk pemain asing di Liga Jerman sebelum disalip oleh Stephane Chapuisat.
Penampilan gemilang Cha tidak hanya muncul ketika membela Eintracht atau Bayer Leverkusen. Sinarnya juga hadir ketika membela timnas Korea Selatan. Ia adalah top skor timnas Korea Selatan sepanjang masa dengan 58 gol dan mempersembahkan medali emas untuk Taeguk Warriors pada Asian Games 1978. Berkat penampilan gemilang Cha di Eropa maupun di Asia, ia mendapat gelar Asia’s Player of the Century oleh IFFHS pada 1999 dan World Player of the Century 60th place pada tahun 2000 oleh organisasi yang sama. Oleh ESPN, ia disebut sebagai pemain terbaik Asia sepanjang masa pada 2015. Bersama Korea Selatan, ia dianugerahi gelar Korean Football Hall of Fame pada 2015 dan Korean Sports Hall of Fame 12 tahun kemudian.
Tulisan ini dibuat untuk merayakan hari ulang tahun Cha Bum-Kun yang jatuh pada 22 Mei kemarin.