Chris Pidgeon, Ziarah yang Berakhir di Stadion Sepakbola

Terkadang, cinta memang tak punya jam tangan. Ia tak kenal waktu. Cinta juga tak punya peta, karena ia tak kenal tempat.

Ini yang dirasakan oleh Chris Pidgeon, seorang Inggris, yang cinta mati pada kesebelasan Spanyol; bukan Real Madrid juga Barcelona, tetapi tim divisi tiga, SD Ponferradina.

Cerita bermula ketika Chris, bersama ribuan orang lain, berziarah ke Camino de Santiago. Ini adalah ziarah ke kuil St. James the Great yang terletak di Katedral Santiago de Compostela, di Galicia, yang lokasinya ada di barat laut Spanyol.

Sebelum mencapai tujuan terakhirnya, para peziarah berhenti di Kota Ponferrada. Di sini, Chris mendapatkan sesuatu yang mengubah hidupnya juga hatinya. Chris tinggal beberapa lama di Ponferrada. Seketika itu, ia menjadi fans berat klub lokal di sana, bahkan menjadi maskotnya.

Chris sejatinya adalah fans Newcastle United. Ia fanatik terhadap sepakbola. Namun, pengalamannya di Spanyol sangatlah membahagiakan.

Chris menyebut kalau fans klub-klub di Bundesliga, Jerman, tak akan tersaingi kemegahannya. Namun, gairah suporter sepakbola lokal Ponferradina, juga sama kuatnya. Selama 10 tahun terakhir, Chris secara aktif mengikuti perkembangan klub selama bertahun-tahun.

Pada 2014, kecintaannya buat Ponferradina memuncak. Ia memutuskan untuk tinggal di Ponferrada selama dua tahun. Sepanjang tahun, ia mengayuh sepeda dan menyaksikan 42 pertandingan. Ia pun menjadi sosok yang dikenal para pemain, juga masyarakat kota Ponferrada.

“Pada akhir tahun, anak perempuanku lahir. Aku sedang di Santander ketika istriku melahirkan, jadi aku harus segera hadir di tempat kelahiran dan di minggu setelahnya, kami punya peluang untuk promosi, jadi itu seperti mimpi dalam beberapa hari,” kata Chris.

Pada 2019, Ponferradina meraih promosi ke divisi dua. Chris pun diundang untuk merayakan keberhasilan mereka dengan para pemain di balkon balai kota. Dia juga diundang oleh walikota dan mendapatkan kesempatan berbicara di hadapan 6000 penggemar Ponferradina lainnya.

Para pemain juga mengundangnya ke ruang ganti dan bahkan suporter lokal kerap mengajaknya selfie. Dia pun berubah menjadi maskot tak resmi klub. Soalnya, dia punya pengaruh besar di klub, seperti halnya klub yang berpengaruh besar buatnya.

Ketika Covid-19 merebak, Chris tak bisa berpergian ke Ponferrada. Namun, itu tak menghentikan dukungannya buat klub. Ditambah lagi, Ponferradina promosi ke Divisi Dua. Untuk itu, Chris bikin museum kecil yang berisi souvenir klub dengan jumlah sekitar 3000 barang. Dia juga secara aktif mempromosikan Ponferradina di akun twitternya.

Biasanya orang-orang pindah ke Spanyol karena lingkungan atau cuacanya yang bagus. Namun, dalam kasus Chris, ia pindah karena kecintaannya pada sepakbola. Bahkan, kota kecil di Spanyol bisa terlihat sangat indah kalau seseorang mencintai tempat itu dengan segenap hatinya.

“Ketika aku bilang ke orang-orang aku pindah ke Spanyol, mereka bilang ‘Karena matahari dan lautnya?’. Tapi tidak, di sini dingin dan berbukit-bukit. Ada dua sungai di sini dan kastil templar dari abad ke-12. Ini hanya tempat dongeng.”

“Aku melihat keindahan di setiap sudutnya. Aku senang berjalan di pegunungan, menemui peziarah yang melewati kota. Aku sungguh mencintai tempatnya, orang-orangnya, kehangatannya, makanannya.”

“Kini, dengan anak perempuanku yang lahir di sana, aku punya koneksi yang permanen dengan orang-orang. Bagaikan keluarga besar,” kata Chris.

Ponferradina sendiri membuat kemajuan besar selama beberapa tahun terakhir. Dan perjuangan Ponferradina dari divisi tiga ke divisi dua, tentu menjadi kebanggan sendiri buat Chris Pidgeon, yang terlibat secara tak langsung di dalamnya.

Sumber: BBC.