Chris Wilder, False Five, dan Upayanya Mendobrak Mediokritas Bersama Sheffield

Divisi Championship Inggris menyisakan delapan laga saja. Pasukan Loreng Merah Putih merangsek ke peringkat kedua di Championship. Ini bisa jadi akhir yang baik bagi Chris Wilder dan pasukannya untuk menyelesaikan musim dengan promosi otomatis. Sheffield United adalah salah satu tim yang memiliki tradisi di divisi teratas Inggris.

Publik tentu masih ingat bagaimana The Blades harus terjungkal tragis di musim 2006/2007 saat harus kalah 1-2 oleh Wigan. Di laga lain, West Ham dan Carlos Tevez dengan “Great Escape” nya berhasil menundukan Manchester United, yang membuat Sheffield harus sekadar numpang lewat di Premier League.

Bukan hal mudah bagi pria 51 tahun asal Stocksbridge ini memulai kompetisi. Di musim ketiganya bersama The Blades, Wilder bisa dibilang diremehkan. Ia memiliki hampir semua unsur yang dimiliki manajer Inggris yang masuk kategori medioker: usia tak lagi muda, bermaterikan mayoritas pemain lokal, bayak menghabiskan waktu di kompetisi semi profesional.

Bayangkan, seorang manajer yang lima musim lalu berada di dasar klasemen League Two, kini memiliki kans untuk membawa timnya ke Premier League! Dan pencapaiannya sampai saat ini bagi Sheffield United bisa mengubah sejarah seorang Chris Wilder.

Memulai dari “Bawah”, Wilder Merangsek ke Atas

Wilder dulunya bermain sebagai seorang defender saat aktif bermain. Masa produktifnya banyak ia habiskan bersama Blades, tim yang kini ia tukangi. Ia memperkuat Sheffield United sejak 1986 hingga 1992. Itupun dengan catatan ia dipinjamkan sebanyak 4 kali meuju 3 tim berbeda. Walsall, Charlton Athletic, dan Leyton Orient. Karier profesionalnya berakhir pada 2001 kala menggantungkan kostum Halifax Town.

Hanya berselang empat bulan sejak mengakhiri kareier bermain, Wilder mendapat kesempatan melatih klub semiprofesional, Alfreton Town yang bermain di divisi Northern Counties (East) League Premier Division, peringkat ke-9 dalam piramida sepakbola Inggris. Dalam 27 pekan melatih, ia merebut 4 buah trofi di musim tersebut. Begitupun dengan 2 kesebelasan yang ia arsiteki selanjutnya, Oxford United dan Northampton Town yang mampu ia bawa promosi.

Terlepas dari jejak kariernya yang dimulai dari kompetisi semi-profesional, tak membuat dirinya menjadi pemuja hoofball berikut dengan skema 4 bek sejajarnya. Formasi yang Wilder gunakan selama 3 musim menukangi Blades bervariasi, dimulai dengan 3-4-1-2, 3-5-2, atau menggunakan peran wingbek seperti 5-3-2 .

Pemilihan ini juga mengingatkan kita dengan skema yang juga dipilih oleh manajer kelas wahid seperti Antonio Conte dan Pep Guardiola. Wilder seakan menyiratkan menolak stagnansi formasi yang terjadi di kompetisi yang masih kental nuansa ke-Inggris-annya seperti Championship. Hal ini yang membuat penulis sampai saat ini menganggap Wilder berbeda dengan manajer berpendekatan tradisional seperti Sam Allardyce, Tony Pulis, atau Neil Warnock.

Rekrutan Tepat, Pendekatan “False Five”

Berkembangnya peran bek tengah menjadi ball-playing defender di era sepakbola modern membuat manajer seperti Wilder harus beradaptasi. Demi memuluskan rencananya, Sheffield United rela memecahkan rekor transfer untuk seorang bek tengah. The Blades merekrut John Egan dari Brentford di musim panas ini dengan nilai yang diyakini mencapai 4 juta paun.

Bagi Wilder, bek tengahnya ini akan berfungsi sebagai senjata mematikan yang muncul di kotak penalti secara tiba-tiba dan tak jarang mencptakan kemelut di mulut gawang lawan. Untuk pendekatan ini, Wilder banyak dilabeli menciptakan peran “false five”

“False five” adalah pendekatan yang Wilder ciptakan untuk memungkinkan 2 dari 3 bek tengahnya turut bergabung bersama kedua wingbek demi menciptakan serangan penuh ke daerah lawan. Jack O’Connell dan Chris Basham nantinya akan naik ke depan para bek sayap dan memberi ruang bagi gelandang untuk melakukan serangan masif.

Sebagai dampaknya, lawan akan kesulitan untuk memutuskan untuk tetap berada dalam posisinya atau malah menempel “false five” yang bisa berujung fatal. Tujuannya jelas, yakni untuk mematikan serangan balik lawan dan mengambil keuntungan serangan.

Berbicara materi pemain, amunisi Sheffield United musim ini bisa dibilang merata di segala lini. Kehadiran sosok yang dicintai klub seperti Billy Sharp turut menjadi kunci keberhasilan The Blades hingga saat ini. Rektutan penting musim ini seperti Oliver Nordwood serta David McGoldrick turut memberi andil penting. Duet McGoldrick-Sharp di lini depan The Blades sejauh ini menghasilkan total 34 gol dari 33 laga Championship.

Khusus Billy Sharp, Wilder seperti mendapat “durian runtuh”. Pemain berusia 33 tahun ini adalah jiwa dari permainan Sheffield sampai saat ini. Striker yang sempat malang melintang ke beberapa klub sebelum akhirya kembali ke klub masa kecilnya, Blades, menjadi mesin gol bagi Wilder dan anak asuhnya.

Nama kiper pinjaman dari Manchester United, Dean Henderson yang menjadi penjaga gawang sungguh di luar ekspektasi. Kepercayaan Wilder terhadap Henderson mampu dibayar oleh kiper England U20 bersama Sheffield. Torehan 16 nirbobol dari 37 laga yang ia jalani cukup menjadi modal kalau dirinya punya posisi tawar tak lagi pantas menjadi penghangat bangku di Manchester United musim depan.

Sengitnya persaingan menuju tangga promosi disadari oleh Wilder. Kesalahan-kesalaan musim lalu segera ia perbaiki. Terbukti, Sheffield United adalah salah satu tim dengan penggunaan rotasi pemasin paling efektif di Championship musim ini.

Tak banyak yang menyangka langkah Sheffield bisa sejauh ini. The Blades bisa dibilang kesebelasan paling underdog dari pilihan underdog di musim ini. Kesuksesan mereka menjungkalkan favorit banyak orang, Leeds United dan seorang Marcelo Bielsa, menjadi trigger untuk melaju lebih jauh di musim ini. Going up, or go home.

***

Musim ini adalah pembuktian bagi seorang Chris Wilder. Seorang manajer 51 tahun yang berjuang dari kompetisi bawah, hingga kini beberapa langkah lagi membuktikan diri. Membuktikan dirinya bukanlah manajer medioker seperti kebanyakan, begitupun bagi Sheffield United. Rumput di Brammal Lane sudah lebih dari satu dekade tidak merasakan gemuruh kompetisi teratas, tempat mereka selayak-layaknya bagi mereka.

Hingga akhirnya, hanya Wilder dan anak asuhnya yang bisa menjawabnya beberapa pekan kedepan. Jangan sampai false five Wilder akan berujung false prediction.