Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil di Atlantik ke Manchester United (4)

Jalan Cristiano Ronaldo hampir buntuk untuk menjadi pesepakbola. Andai Bapak baptisnya, Fernao Barros Sousa, tak mengintervensi keputusan Sporting untuk memulangkan Ronaldo, mungkin Ronaldo hanya akan menjadi pemuda pada umumnya di Kepualan Madeira, Portugal.

Ronaldo akhirnya memilih untuk bekerja keras ketimbang menyerah dengan adaptasinya yang sulit di Lisbon. Segalanya berbeda buat Ronaldo karena logat bahasa Portugisnya yang juga berbeda.

Perlahan, Ronaldo mulai masuk ke tim U-16, U-17, U-18, sampai akhirnya masuk ke tim B. Semuanya ia raih masing-masing selama satu musim. Di usia 16 tahun, Ronaldo dipanggil masuk tim utama Sporting. Pelatih Sporting, Laszlo Boloni, mengaku terpukau dengan kemampuan menggiring bola Ronaldo.

Ronaldo mencatatkan debut di tim utama Sporting pada 7 Oktober 2002. Agennya lantas menawarkannya ke Liverpool dan Barcelona. Ronaldo bahkan sudah bertemu dengan Arsene Wenger di pusat latihan Arsenal sebulan kemudian. Lantas, segalanya berubah pada Agustus 2003.

Kala itu, Sporting mengundang Manchester United ke Lisbon sebagai pertandingan pembuka Stadion Alvalade yang baru. Seperti tak ada perasaan takut dalam diri Ronaldo yang membuatnya menunjukkan kehebatannya di hadapan salah satu klub terbai di dunia.

Socios Sporting yang memuluskan jalannya ke Sporting, Joao Marques de Freitas, juga hadir di pertandingan itu.

“Sporting memenangi pertandingan itu 3-1. Dia tak mencetak gol tapi memberikan mereka pertunjukkan. Di pertengahan babak, mereka memanggilnya: ‘Cristiano’. Dan tiga hari kemudian, ia menandatangani kontrak untuk Manchester United,” kenang De Freitas.

Ronaldo memang punya bakat. Namun, menjadi pemain Manchester United di usia 18 tahun jelas mengejutkan semua orang. “Sejak saat itu, aku pikir Ronaldo mengejutkan semua orang,” kata mantan rekannya, Ricardo Santos.

Ronaldo memang mengejutkan, dan ini juga diakui oleh mantan pelatihnya, Pedro Talinhas: “Untuk berpikir kalau suatu hari nanti dia akan menjadi pemain terbaik di dunia, sebanyak dua atau tiga kali, kami tak bisa membayangkannya. Dia punya bakat hebat. Tapi, ya, kami semua terkejut.”

“Aku pikir kami harus bersyukur pada Cristiano Ronaldo karena dia adalah figur kelas dunia, tapi dia selalu memiliki kasih sayang khusus buat kampungnya, buat pulaunya, buat tempat di mana dia lahir. Kami amat bangga padanya,” kata Talinhas.

Buat ayah baptis Ronaldo, Barros Sousa, apa yang dicapai Ronaldo kini memberinya rasa bangga. Apalagi ia memang sering datang ke Santiago Bernabeu untuk menyaksikannya bertanding, dan itu memberinya rasa kepuasan yang besar.

“Menyaksikannya memberiku rasa senang. Jelas, ketika dia bermain, aku senang menontonnya, aku senang melihatnya mencetak banyak gol. Aku senang melihatnya memenangi gelar, baik secara individu maupun tim. Hal itu memberikanku rasa bangga yang besar,” kata Sousa.

De Freitas pun tak kecewa pernah mengurusnya dan merekomendasikannya ke Sporting. Ia pun menyukai apa yang dilakukan Ronaldo.

“Ronaldo adalah orang yang baik dan penyayang keluarga. Dia tak pernah lupa keluarganya. Dan lebih dari itu, dia menolong begitu banyak orang di sini,” tutur Freitas.

Figur Ronaldo begitu besar buat mereka di Pulau Madeira. Selain memiliki museum dan hotel, wajahnya juga terpampang menghiasi pagar stadion Andorinha. Semua anak di Andorinha kini punya mimpi bisa menjadi seperti Ronaldo.

“Semua ingin menjadi seperti Ronaldo. Semua. Tapi tak akan ada Ronaldo lain lagi di sini, di Madeira. Karena hanya ada satu saja, tak akan ada yang lain,” kata pengurus lapangan Andorinha, Rui.

Sumber tulisan: Ben Hayward dari Goal.

Baca juga:

(1) Cristiano Ronaldo, Tentang Masa Kecil dan Berkah Bapak Baptisnya (1)
(2) Cristiano Ronaldo, dari Pulau Kecil ke Ibukota Portugal (2)
(3) Cristiano Ronaldo, Ketika Mimpinya Sebagai Pesepakbola Hampir Berakhir (3)