Crystal Palace telah mengungkapkan sebuah rencana untuk membangun pusat akademi baru seharga 20 juta paun sebagai bagian dari harapan yang akan memfasilitasi para bakat muda London Selatan –lokasi bakat muda terbaik di Premier League– guna dapat berkembang lebih baik. Di satu sisi, CEO klub Steve Parish juga ingin meningkatkan kualitas tim utama Palace dengan rencana tersebut.
Lokasi yang dipilih untuk rencana pembuatan pusat akademi Crystal Palace ini memang sangat pas dan cocok. Pasalnya, London Selatan kadang-kadang disebut sebagai Pabrik Sepakbola (atau “concrete Catalonia“) di Inggris. Bagaimana tidak, tempat ini merupakan penghasil lebih dari 14% pemain asli Inggris di Premier League musim lalu.
Beberapa diantaranya, seperti Jadon Sancho dan Ademola Lookman, bahkan sedang membangun karier yang mengesankan di luar Inggris. Oleh sebab itu, Palace menganggap diri mereka sendiri sebagai klub “Kebanggaan London Selatan” dengan rencana tersebut. Meskipun di satu sisi, mereka belum memanfaatkan secara masksimal bakat beragam yang hadir dari lokasi mereka sendiri. Oleh sebab itu, rencana pembuatan fasilitas baru dari sektor pusat akademi adalah satu upaya untuk mengubah hal itu.
Crystal Palace sedang menunggu izin perencanaan, dan setelah itu, mereka akan langsung memberitahu semua rencananya kepada penduduk setempat. Mereka juga akan melibatkan pengembangan lapangan bermain di pinggiran Beckenham yang telah lama menjadi milik bank terbesar di London. Di tempat ini nantinya Palace akan melatih anak berusia delapan hingga 18 tahun, dengan menyediakan fasilitas bernama Desso Pitches (lapangan sintetis dengan estetika rumput alami), ruang kelas, ruang kuliah dan pusat medis.
Melalui perubahan-perubahan ini, maka pihak klub berharap mereka akan memindahkan akademi mereka dari kategori dua ke status yang didambakan sekian lama, yaitu kategori satu. Rencana ini digadang-gadang akan menjadi sebuah sistem akademi elit di Inggris, yang oleh Steve Parish dikatakan sebagai akademi “yang terbaik di dunia.”
“Mengapa London Selatan begitu istimewa? Ini hanyalah sebuah permainan angka sederhana. Ada hampir satu juta orang di Bromley dan Croydon. Croydon memiliki Lunar House (situs Home Office yang merupakan markas untuk Visa dan Imigrasi Inggris), dan Anda akan mendapatkan banyak orang dari banyak budaya berbeda yang telah menetap di sana,” tutur Steve Parish dilansir dari The Guardian.
“Sepakbola adalah jantung dari apa yang semua orang suka, dan apa yang semua orang muda suka di daerah itu. Saya tidak ingin menggunakan kata kemiskinan, akan tetapi ada banyak orang kelas pekerja yang berjuang untuk mencoba keluar dari situasi mereka, dan satu-satunya jalan keluar adalah sepakbola. Ada banyak kelaparan dan keinginan besar di tempat itu.”
Selain itu, Steve Parish juga melihat proposal akademi sebagai kesempatan untuk memperluas opsi dari tim inti Roy Hodgson, dengan mengusulkan bahwa dalam waktu tiga tahun dari skuatnya saat ini yang terdiri dari 18-19 pemain senior pro, akan diperluas menjadi 25 pemain dengan menyertakan lulusan akademi dan pemain hasil pengembangan mereka yang berusia sekitar 20 tahun, dan mereka semua telah dibawa ke klub saat ini (meski belum siap untuk bermain di kompetisi papan atas).
Kendati begitu, Parish sendiri menegaskan bahwa ia tidak berada dalam bisnis apapun dalam rencana ini. Tidak ada pula bisnis untuk meningkatkan bakat bagi klub lain. Aspek bisnis yang ada dalam rencana ini hanyalah prospek bahwa lulusan akademi yang baik dapat menghasilkan biaya transfer yang besar bagi klub. Aaron Wan-Bissaka adalah bukti paling konkrit dari formula semacam itu –setelah ia bergabung dengan Manchester United seharga 50 juta paun pada musim panas ini.
“Anda dapat melihat secra gamblang klub-klub besar seperti Chelsea dan Manchester City, mereka pasti memiliki talenta jangka panjang seperti ini, sementara aspirasi kami sering kali bahkan tidak mencapai 25 pemain. Oleh karena itu, jika kami membeli talenta elit, kami pasti tidak mampu membelinya. Sejujurnya, u ntuk memiliki pasukan yang terdiri dari 25 orang pro, itu akan menjadi nilai tambah yang sangat besar,“ pungkas Parish.
“Bagi para manajer, ada begitu banyak hal positif dalam membawa bakat muda karena mereka tidak berharap untuk bermain. Anda dapat menggunakannya dengan hemat, dan Anda bisa menghidupkan serta mematikannya untuk dimainkan di Piala Liga. Itulah tujuan kami. Itu semua kunci untuk menjadikan rencana ini punya prospek besar.”
Jadi, kasus bisnisnya sudah sangat jelas, dan Crystal Palace mungkin akan menendang diri mereka sendiri karena tidak dapat mengadopsi rencana ini lebih cepat –setelah Chelsea, Millwall dan Charlton sudah melakukan rencana itu terlebih dahulu untuk mendapatkan talenta London Selatan. Namun, itu tidak jadi masalah berarti untuk Steve Parish. Ia justru mulai menegaskan soal fokus pekerjaan akademi dengan baik, dan menggemakan kepercayaan bahwa pemain muda yang berpengetahuan luas harus bisa menjadi atlet profesional yang lebih baik.
“Apa yang Anda lihat di London Selatan adalah berbagai tipe pemain muda, dan bukan hanya pemain sepakbola biasa saja. Betapa mahir dan dewasanya para pemain ini, mereka benar-benar sangat mengesankan. Kami akan membawa mereka ke pusat perhatian pada usia 19 ayau 20 tahun, dan itu jauh lebih dari sekedar tentang menjadi pemain sepakbola,“ jelas CEO Crystal Palace tersebut.
“Kekuatan mental itu berasal dari banyak tempat, dan bagi beberapa pemain muda dalam perawatan kami, aspek-aspek ini sama pentingnya dengan pelatihan. Banyak dari mereka memiliki semua kemampuan sepakbola di dunia, tetapi satu-satunya tempat yang mereka rasakan adalah di lapangan. Perawatan yang telah diterapkan harus perawatan yang tulus, dan itu akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Kami memiliki sistem akademi terbaik di dunia. Kami hanya ingin menjadi seperti itu terus-menerus.”
Sumber: The Guardian