Demba Ba mengawali karier di Rouen, Prancis. Akan tetapi, namanya berkibar ketika membela kesebelasan Bundesliga, 1899 Hoffenheim. Ia sempat kehilangan harapan ketika gagal menjalani tes medis di Stoke City, sampai-sampai mendapatkan julukan “Bom yang Berdetak”.
Hoffenheim memang memberinya tempat untuk menunjukkan kehebatannya, tapi dua kali ia gagal pindah. Bukan karena Hoffenheim yang mengekangnya, tapi karena kondisi Ba sendiri.
Gagal di Tes Medis
Pada Juli 2009, ia sudah pasti bergabung dengan Vfb Stuttgart. Barangkali, Stuttgart terkesan ketika gawangnya dibobol tiga kali oleh pemain kelahiran 25 Mei 1985 ini, lima bulan sebelumnya. Prosesnya terbilang mulus sampai hasil tes medis yang menggagalkannya.
Dua tahun kemudian, atau pada Januari 2011, ia berseteru dengan klub. Ba mengklaim kalau Hoffenheim sudah mencapai kesepakatan dengan klub dari Premier League. Ini yang membuatnya enggan mengikuti latihan musim dingin.
Dampaknya besar. Hoffenheim tak suka dengan sikap Ba yang terbang ke Inggris tanpa izin agar transfer tersebut lancar. Hoffenheim pun mengancam akan membatalkan kontraknya, membawa ke jalur hukum, mendendanya, dan melarangnya pindah ke klub lain enam bulan ke depan.
Hoffenheim kemudian setuju untuk mentransfer Ba ke Stoke City senilai 7,1 juta paun. Segalanya sudah selesai, termasuk kontrak. Akan tetapi, Stoke City kemudian membatalkan transfer karena Ba tak lulus tes medis.
Pelatih Stoke, Tony Pulis, sempat bilang, “Jelas mereka menemukan sesuatu yang bisa menjadi masalah di kemudian hari.”
Setelah gagal dengan Stoke, Hoffenheim kemudian menyetujui transfer Ba ke West Ham United. Akan tetapi, bayarannya adalah per-pertandingan. Alasannya? West Ham tahu kalau Ba punya masalah dengan lututnya, yang membuatnya gagal dalam tes medis di Stoke. Sebagai bentuk jaga-jaga, West Ham pun hanya membayar Ba kalau ia bermain.
Ba tampil bagus dengan menjadi top skorer West Ham dengan tujuh gol dari 12 laga yang ia mainkan. Sialnya, di akhir musim, West Ham terdegradasi yang memicu klausul pelepasan dalam kontraknya untuk pindah secara gratis. Ia memang ditawari gaji besar senilai 50 ribu paun perpekan serta bonus 500 ribu paun. Namun, Ba menolak dan memilih bertahan di Premier League dengan kesebelasan lain.
Everton dan Newcastle United tertarik untuk mendatangkannya. Pada 17 Juni 2011, Newcastle berhasil mendapatkan tanda tangannya. Ia pun dikontrak dengan durasi tiga tahun.
Capaian Ba di musim pertamanya tidak mengecewakan. Ia mencetak 16 gol dan menjadi top skorer Newcastle. Ia pun mendapatkan penghargaan sebagai rekrutan Premier League terbaik musim 2011/2012 lewat voting manajer.
Pulis mungkin jadi sosok yang tak begitu ia sukai. Jadi, jangan heran kalau dia begitu gembira ketika mencetak hat-trick di Britannia Stadium pada musim gugur 2011.
“Untungnya, aku ke sana dan mencetak sejumlah gol menghadapi timnya, Stoke. Aku sungguh bahagia kepindahan ke Stoke tak terjadi pada akhirnya.”
“Itu berarti aku bisa merasakan bermain buat West Ham yang mana adalah klub besar di sejarah sepakbola Inggris, dan kemudian aku bermain untuk tim besar lainnya dalam sejarah sepakbola Inggris, di Newcastle United,” kata Ba.
“Aku mendefinisikan waktuku di Newcastle United sebagai waktu terbaik dalam karierku. St. James’ Park adalah tempat di mana aku paling bersenang-senang, melakukan yang terbaik, bermain bagus, dan mencetak gol. Saat Anda kembali ke tempat yang Anda nikmati, emosi mulai menghampiri dengan cepat.”
Bom yang Berdetak
Di musim keduanya bersama The Magpies, ia cuma main sampai tengah musim. Soalnya, Chelsea sadar kalau Ba punya klausul pelepasan senilai 7 juta paun. Tak perlu menunggu lama sampai Chelsea resmi merekrutnya pada 4 Januari 2013 dengan kontrak selama tiga setengah tahun.
Angka 7 juta paun yang dibayarkan Chelsea terlalu murah buat Ba. Lantas, mengapa Newcastle setuju dengan klausul tersebut?
Ini bisa dilacak dari kegagalan tes medis Ba di Stoke. Pulis menggambarkan lutut Ba sebagai bom yang siap meledak kapan saja. Sampai-sampai Stoke tak jadi merekrutnya.
Kejadian tes medis ini berbuntut panjang. Klub selalu menyertakan klausul serta pasal tertentu, untuk mencegah kemungkinan terburuk bila lututnya kambuh. Ini yang membuat Ba punya daya tawar tinggi untuk menetapkan klausul pelepasan yang rendah.
“Masalah cedera? Itu tak pernah terjadi. Itu hanya satu pelatih yang bicara tentang sesuatu yang dia tak ketahui. Dia melakukan sesuatu yang dia tak pernah lakukan sebelumnya. Dia benar-benar tak bertanggung jawab.”
Di Chelsea, ia kalah bersaing dengan Samuel Eto’o dan Fernando Torres. Puncaknya adalah ketika The Blues mendatangkan Diego Costa. Ba pun dipersilakan mencari klub baru. Besiktas-lah yang kemudian menjadi sandaran Ba selanjutnya.
“Untuk karierku, adalah lompatan besar bagiku bergabung dengan Chelsea dan aku akan melakukannya lagi, tapi aku senang kalau bisa menghabiskan lebih banyak waktu di Newcastle.
Masa-Masa Redup
Dari Besiktas, Ba melanglangbuana hingga ke Cina dengan memperkuat Shanghai Shenhua pada 28 Juni 2015. Ia sempat kembali lagi ke Besiktas pada 2017 dengan status pinjaman. Setahun kemudian, ia bergabung dengan klub Turki lainnya, Goztepe S.K. dengan status bebas transfer.
Ba sempat kembali ke Shanghai, lalu balik ke Turki dengan memperkuat Istanbul Basaksehir. Ia mengakhiri karier sepakbola di FC Lugano pada 13 September 2021 lalu. Namun, ia pensiun bukan karena cedera, tapi karena keinginannya sendiri.