Derbi Barceloni (2): Liliput yang Sering Mencuri dari Raksasa

Sejak bertemu pertama kali pada 1929, FC Barcelona memenangi 55,26 persen pertandingan melawan RCD Espanyol. Derbi Barceloni ini digelar hampir setiap musimnya kecuali selama tiga musim yang dibatalkan karena perang saudara dan empat tahun ketika Espanyol bermain di divisi Segunda.

Akan tetapi dari derbi ini pernah lahir dua momen besar yang membuat masing-masing klub begitu menderita. Dua momen inilah yang sampai sekarang masih ramai diperbincangkan bilamana Barcelona dan Espanyol bertanding.

Momen pertama terjadi pada 1949. Pada pertemuan terakhir musim tersebut, Barcelona sukses memastikan gelar juara sekaligus menggelar pesta di kandang Espanyol, Camp de les Corts. Dua gol dari Cesar Rodriguez membawa Barcelona menang 2-1 pada pertandingan tersebut.

Kemenangan itu membuat Barcelona secara otomatis tak lagi bisa dikejar oleh Valencia yang menguntit di urutan kedua. Butuh waktu 55 tahun bagi Espanyol untuk membalas kejadian tersebut. Pada pekan ke-37 La Liga 2006/2007, Barcelona harus menjamu Espanyol. Musim itu menarik karena Real Madrid dan Barcelona memiliki poin yang sama sampai pada pekan tersebut.

Kemenangan pun jadi harga mati, khususnya bagi Barcelona yang kalah head-to-head dari Madrid untuk mendekatkan diri pada gelar juara. Madrid bermain 2-2. Sementara Barcelona juga mendapatkan hasil yang sama karena dibobol Raul Tamudo dua kali. Jika Barcelona menang dan Madrid bermain imbang, peluang Barcelona untuk juara terbuka meskipun penentuan gelar juara harus digelar di pekan terakhir.

Barcelona menghadapi Gimnastic de Tarragona pada pekan pamungkas. Madrid bertandang ke Real Mallorca. Dua duanya sama-sama meraih kemenangan untuk meraih 76 poin. Namun berkat keunggulan head-to-head, Madrid berhak untuk mengangkat trofi juara.

Itulah mengapa gol Tamudo begitu krusial dalam sejarah Barcelona. Gol Tamudo disebut sebagai tragedi. Memang Espanyol telah menjadi duri bagi Barcelona dalam beberapa musimnya. Mereka kerap mengambil poin yang sangat penting untuk perburuan gelar juara.

Hawa permusuhan tetap terasa meskipun Espanyol adalah liliput dibandingkan Barcelona. Salah satu permusuhan ini adalah enam kartu merah pada derbi edisi Desember 2003. Transfer pemain antara kedua klub ini jarang terjadi. Pada kenyataannya, justru lebih banyak transfer antara Barcelona dan Madrid.

Tapi di antara itu semua, pemain yang paling menarik adalah Ricardo Zamora. Setelah beberapa musim bersama Espanyol, ia pindah ke Barcelona hanya untuk kembali saat bertahun-tahun kemudian. Perhentiannya di Real Madrid pada 1939, membuat perjalanannya di sepakbola Spanyol unik.

Penjara selama perang sipil, membuatnya akhirnya pergi ke Prancis setelah membela Madrid. Sebelum keterampilan permainannya bersinar di ibu kota setelah kembali. Zamora memimpin Atletico Madrid sebagai pelatih dan meraih gelar La Liga beruntun pada 1940 dan 1941.

Kemudian giliran Laszlo Kubala pergi ke Espanyol pada 1960-an setelah memenangkan empat gelar La Liga bersama Barcelona. Sementara Ernesto Valverde, bermain dan melatih untuk dua kesebelasan itu di sepanjang karirnya sehingga memahami dinamika derbi ini dengan cukup baik.

Mereka dalam Sejarah Modern Derbi Barceloni

Derbi antara Barcelona dengan Espanyol tak cuma berkisar pada permusuhan saja. Di antaranya terdapat sebuah persahabatan yang disimbolkan sosok Andres Iniesta dengan Daniel Jarque. Di tiap kesempatan, Iniesta selalu memberikan penghormatan kepada Jarque. Termasuk ketika mencetak gol kemenangan Spanyol di final Piala Dunia 2010.

Usai mencetak gol, Iniesta menunjukan kaos dalaman putih bertulis tribut untuk Jarque. Inilah yang membuat Iniesta menjadi sosok yang dihormati para suporter Espanyol. Di antara kedua klub bersejarah ini ada banyak pemain terkemuka. Baik pemain asal Spanyol maupun internasional. Kedua kesebelasan saat ini, memiliki pemain sepakbola kelas dunia.

Barcelona memiliki Lionel Messi, Luis Suarez, Sergio Busquets, Marc-Andre Ter Stegen. Espanyol memiliki Diego Lopez, Sergio Sanchez, Victor Sanchez, Gerard Moreno, Leo Baptista, Esteban Granero atau Sergio Garcia. Situasi kedua klub saat ini memang patut diperhatikan.

Sejarah membuat mereka lebih penting karena masing-masing telah menjadi rumah bagi beberapa pemain dan manajer terbaik dalam sejarah sepakbola dunia. Ketika berbicara tentang sejarah modern Barcelona, tidak dapat menyebutkan atau berbicara tentang rumah yang dibangun Johan Cruyff.

Ia tiba di klub itu pada 1973 dan membela Barcelona sampai 1978. Selama periode itu ia memenangkan gelar liga dan dua Ballon d’Ors. Kemudian ia menjadi pelatih klub dari 1988 hingga 1996. Ini menjadi periode yang tak terlupakan dalam sejarah Barcelona. Terutama Piala Eropa yang didapatkan di Stadion Wembley pada 1992 melawan Sampdoria.

Selain itu, Cruyff akan selalu diingat untuk gaya permainan kesebelasannya. Sejak kedatangannya, ia menerapkan sistem yang sama untuk Barcelona dan tim junior. Memungkinkan transisi bagi para pemain yang bekerja keras menuju senior. Selain Cruyff, daftar pemain internasional Barcelona, Gamper, Maradona, Guardiola, Stoichkov, Romario, Ronaldinho, Rivaldo, Puyol, Iniesta dan Messi.

Espanyol pun punya daftar pemain legendarisnya sendiri seperti Zamora, Solsona, Maranon, N’Kono, Lauridsen, De La Pena dan Tamudo. Tapi dari seluruh pertemuan, Espanyol cuma memenangkan 20 persen. Meskipun ini adalah derbi lokal yang paling banyak dimainkan dalam sejarah La Liga, itu juga yang paling tidak seimbang.

Bahkan Messi menjadi pemain paling banyak mencetak gol dalam derby ini dengan 25 gol. Maka dari itu Barcelona lebih banyak memiliki pendukung internasional. Sementara Espanyol memiliki basis penggemar khusus orang-orang Spanyol. Kendati demikian, persaingan Derbi Barceloni ini selalu sengit karena lebih dari sekadar persaingan di atas lapangan dan lebih daripada sebuah pertandingan sepakbola.

Sumber lain: Breaking the Lines, Goal, prost international