Salah satu derbi terpanas Amerika Latin adalah Fla-Flu antara Flamengo dan Fluminense. Ini bukan pertandingan sembarangan dan tidak pernah seperti derbi lainnya. Dua jiwa di Rio, disatukan oleh persaingan unik yang mengobarkan salah satu kota paling menarik di salah satu stadion paling representatif di dunia sepakbola.
Seragam masing-masing klub menghiasi orang-orang sana di setiap harinya. Wajar, Flamengo dan Fluminense bukan hanya dua klub sepakbola di kota utama, mereka adalah paling sukses dalam sejarah Kejuaraan Carioca. Derbi Fla-Flu membagi salah satu kota terbesar di dunia.
Hadiah berupa kebanggaan atas lebih dari 11 juta warganya adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Derbi ini adalah pertandingan yang wajib dinikmati layaknya teater sepakbola sungguhan. Di mana setiap orang dapat melihat sekilas penderitaan, kegembiraan, hasrat dan emosi dari pertandingan Derbi Fla-Flu secara langsung.
Dari awal hingga sekarang, lebih dari satu abad kemudian, pasang surut derbi ini semakin meningkat setiap tahun. Ada perbedaan kelas dalam hal latar belakang masing-masing klub ini. Flamengo dikenal lebih merakyat walaupun masih perpecahan dari Fluminense. Kesebelasan sepakbola mereka sering latihan di Pantai Russel berbarengan dengan cabang olahraga dayung.
Latihan di pantai selalu disaksikan penduduk setempat yang notabene rakyat berekonomi bawah dan kurang suka dengan gaya hidup tinggi orang-orang Fluminense. Kebanyakan dari mereka didominasi bekerja di buruh pelabuhan dan mayoritas berkulit hitam yang pada waktu itu, termarjinalkan oleh mayoritas kulit putih.
Juga termasuk termarjinalkan dari orang kulit hitam kaya raya di Brasil. Tidak heran jika para pendukung Flamengo lebih bangga dengan kesebelasannya sendiri daripada Tim Nasional Brasil pada waktu itu. Perlahan, penduduk setempat yang memberikan dukungan kepada Flamengo lebih banyak daripada Fluminense.
Sampai sekarang pun Flamengo masih jauh lebih populer daripada Fluminense dengan 39,1 juta pendukungnya. Tapi sejujurnya, tidak ada yang peduli lagi sekarang. Sebab yang mereka pedulikan sekarang hanyalah pertandingan sepakbola yang mengasyikkan di antara dua rival.
Di salah satu pertandingan paling ikonik di dunia dan didukung oleh serangkaian basis penggemar yang tahu caranya berpesta. Mereka juga tahu caranya mengatur suasana hati, menunjukan cinta dan dukungan kepada klubnya masing-masing.
Persaingan antara pendukung Derbi Fla-Flu selalu dinanti-nanti dengan penuh semangat dan cukup sengit di luar lapangan. Meskipun dukungan yang terlalu berapi-api dari mereka terkadang mendekat kepada kekerasan dan kekacauan. Maka dari itu sterilisasi penonton antara pendukung tersebut dilakukan selama dua jam sebelum atau sesudah pertandingan.
Masing-masing kubu bertarung menggunakan tangan kosong, pisau, botol, senjata api, bahkan bom buatan sendiri jika bentrokan sudah terjadi. Hal itu membuat kekerasan antara pendukung telah menginfeksi Derbi Fla Flu yang punya sejarah sepakbola indah ini.
“Pertempuran perang yang tidak ada habisnya. Keduanya mencintai kota yang sama, Rio de Janeiro, yang membiarkan dirinya dicintai dan bersenang-senang menawarkan kepada semua orang tanpa memberikan dirinya kepada siapapun,” ujar Eduardo Galeano, jurnalis Amerika Latin, yang mendefinisikan konflik abadi ini, seperti dikutip dari Coach Martini On Air.
Sandiwara Terbesar di Sepakbola Brasil
Rivalitas antara keduanya juga mempengaruhi produk kesebelasannya masing-masing. Pada 2015, Fluminense punya kontrak kerja sama dengan Adidas dan akan menjadi kesepakatan baru. Kemudian Adidas juga akan menjalin kesepakatan dengan Flamengo.
Pendukung Fluminense yang bernama Young Flu menekan petinggi klub agar menghentikan kerjasama dengan Adidas dan pindah ke pabrikan lainnya. Mereka juga mengkampanyekan anti-Adidas melalui media sosial.
Derbi Fla-Flu adalah sandiwara terbesar dari sekadar pertandingan lainnya di Brasil. Asumsi itu karena pertandingan Derbi Fla-Flu selalu melahirkan momen yang dramatis dan menentukan sekaligus menjadi ciri khas identitas sepakbola Kota Rio.
Pernah terjadi keributan di lapangan karena invasi setelah Flamengo mendapatkan penalti dari wasit pada pertandingan 22 Oktober 1916. Atau tiga kartu merah dan 15 kartu kuning pernah dikeluarkan wasit saat Derbi Fla Flu pada 22 September 2005.
Sementara laga yang paling representatif adalah yang digelar pada 25 Juni 1995. Tepatnya pada pertandingan terakhir kejuaraan Brasil musim itu. Selama pertandingan itu berjalan luar biasa. Renato Gaucho, pemain Fluminense, mencetak gol penentu memakai perutnya.
Golnya itu menentukan kemenangan Fluminense dengan skor 3-2 sekaligus mendapatkan gelar dengan satu poin di atas Flamingo pada klasemen akhir. Singkatnya, ini adalah hal gila dan sedikitnya, tidak disarankan untuk orang yang lemah hati.
Akar sepakbola memang ditunjukan ke seluruh penjuru dunia. Tetapi resapilah atmosfer Derbi Fla-Flu. Pertandingan ini punya sejarah panjang dan selalu ada pertempuran baru yang diperjuangkan. Di sisi lain, Derbi Fla-Flu mampu mengubah tontonan sepakbola menjadi seperti karnaval.