Derby Madrid (2): Satu Tahun di Neraka Kecil

Foto: Marca.com

Pertandingan Real Madrid dengan Atletico Madrid dikenal sebagai kekuatan perlawanan rakyat. Aristokrasi melawan proletariat. Benar-benar perlawanan antara daerah utara yang didesak dan disandarkan ke arah selatan.  Berbagai analogi menggambarkan Derby Madrid ini. Mulai dari keglamoran melawan kotoran, kesuksesan melawan kesetiaan, arogansi melawan kerendahan hati, pemenang keras kepala melawan pecundang yang romantis dan berbagai analogi lainnya.

Pertandingan ini adalah persaingan yang lebih berlipat ganda daripada di kota Manchester. Atletico ditentukan oleh kebencian terhadap apa yang dianggap sebagai klub kota yang dominan, arogan, tapi kurang otentik, dari Madrid. Kebencian kepada Madrid ketika menertawakan orang-orang bodoh dan melecehkan yang tidak bisa menandingi mereka. Jika tidak percaya dengan fenomena-fenomena kebencian yang dipaparkan pada narasi sebelumnya, silahkan kunjungi stadion mereka dan temui para pendukungnya.

Kemudian saksiksan kesebelasannya sehingga bisa dengan mudah melihat alasannya. Stadion Vicente Calderon, bekas kandang Atletico, yang berada di sisi selatan kota dan menarik dukungan dari kawasan kelas pekerja Arganzuela, berdekatan dengan tempat pembuatan bir di sepanjang Sungai Manzanares. Di sana, para pendukung Atletico terlihat menuangkan bir ke gelas plastik besar di jalanan Stadion Calderon setiap hari pertandingan.

Kios-kios di sana menjual pakaian anti Madridista. Anti Madridismo adalah etos yang terhindarkan bagi pendukung kesebelasan berjuluk Rojiblancos tersebut. “Ketika saya masih kecil, saya ingin mereka kalah sepanjang waktu,” aku Fernando Torres, mantan penyerang Atletico, seperti yang dikutip dari Fourfourtwo.

Pendukung Atletico memiliki replika monster kepala babi dan membawa bendera terbesarnya untuk dibawa ke Stadion Calderon. Di tempat itu juga mereka sering kalah dengan menyedihkan dari rival satu kotanya.

“Bagi Madrid, kemenangan adalah sebuah kewajiban karena Atletico adalah hadiah,” cetus Oscar, seorang pendukung Atletico berambut keriting. Pendukung lainnya menyahut setuju. “Madrid adalah Disney. Atletico lebih nyata. Lebih membuat frustrasi, lebih banyak harapan dan emosi. Itulah keindahan, kengerian dan kelembutan,” ujar Javi.

Drama manusia adalah apa yang disukai pendukung kesebelasan yang saat ini dilatih Diego Simeone ini. Hal itu dianggap pendukung rival satu kotanya seperti orang-orang bodoh. Apalagi pendukung Atletico menganggap  Liga Champions selalu dikaluti kesialan. “Atletico adalah satu-satunya klub di dunia yang menganggap dirinya kalah (dari Madrid),” kata Michael Robinson, mantan pemain Osasuna.

Jika Atletico bersifat terestrial dan bangga akan hal itu, Madrid selalu merasa galacticos. Stadion Santiago Bernabeu yang menjadi kandangya dirikan di lingkungan Chamartin yang terkenal kaya di Kota Madrid bagian utara. Berdiri megah bersama bangunan-bangunan perbankan dan bisnis berkelas di Castellana. Siapapun presidennya, mereka selalu dengan keras memproklamasikan universalisme mereka.

Saat ulang tahun, Madrid selalu dirayakan dalam gaya yang muluk-muluk atas kunjungan dari Perserikatan Bangsa Bangsa, Paus dan Raja. Wajar karena Madrid berhasil menarik dukungan yang besar dari seluruh kota karena kesuksesan historis yang besar. Bahkan kesebelasan berjuluk Los Blancos itu mendapatkan dukungan lebih besar dari luar ibu kota Spanyol.

Maka jika orang-orang miskin yang menganggap diri menang atas Madrid adalah petanda buruk, sebetulnya mereka sangat-sangat salah. “Ini adalah perjuangan klub kaya versus klub miskin, di utara kota mengambil bagian selatan,” Kata Orfeo Suarez, Wartawan El Mundo, seperti dikutip dari The Guardian.

Pantat dan Botol Minuman Ringan

Beberapa jam sebelum final Copa del Rey 1992, Luis Aragones, Pelatih Atletico saat itu mengomel dengan sarkasnya. Ia adalah mantan pemain yang mendalami beribu pertempuran untuk kesebelasan tersebut. “Jika kau tidak menang hari ini, saya akan menempelkan botol cola ukuran keluarga di atas pantat saya,”  kata Aragones.

Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan yang keras di Hortaleza. Jadi Aragones tahu persis apa dan siapa Atletico yang sebenarnya. Apa yang terjadi dengan Atletico adalah tentang Madrid. Atletico yang selalu merasa diremehkan, dirampok dan diremehkan lagi oleh kesebelasan satu kotanya itu.

“Lupakan taktik! Itu Real Madrid!! pergilah ke sana dan keluarkan pantat mereka!!!,” teriak Aragones yang akhirnya berhasil memberikan kemenangan untuk Atletico atas gol dari Paulo Futre dan Bernd Schuster di Bernabeu.

Kemenangan itu didapatkan di stadion megah wilayah musuhnya sendiri dan tetap menjadi legenda di Atletico. Seperti double winner yang didapatkan Atletico pada 1995/1996. “Sepakbola di Madrid itu menyenangkan. Tetapi hanya bekerja untuk para pendukung Madrid ketika menang dan bekerja untuk para pendukung Atletico ketika mereka hampir menang. Saya belum pernah melihat pendukung Atletico sangat tidak senang karena tahun mereka memenangkan dua gelar. Mereka adalah anjing liar yang memiliki mata indah menatap Anda,” celoteh Robinson.

Tapi Madrid bukan hanya klub paling sukses di Spanyol. Mereka adalah kesebelasan paling sukses di Eropa dengan trofi juara liga, Copa del Rey, Piala UEFA dan Liga Champions. Di pintu masuk museum Madrid, sebuah tanda penyataan dengan tegas tertulis, “Piala memberi tahu keseluruhan ceritanya,”. Piala adalah fakta konkrit yang menentukan pemenangnaya tanpa perlu keklisean.

Setiap trofi kemenangan menutup periode waktu di mana Madrid lebih baik dari para pesaingnya. Tidak ada tanda seperti itu di Calderon. Tapi Atletico adalah tentang pendukung dan fantisme, bukan sekadar sepakbola. Toko Atletico tidak memperdagangkan wajah pemain yang hebat atau pemenang dengan huruf kapital seperti di Madrid. Tetapi lebih dihiasi dengan slogan Atletico, Bendita Aficion atau pendukung yang diberkati.

Pendukung Atletico mencemooh kesebelasan yang sekarang dipresideni Florentino Perez ini sebagai pemburu kemuliaan yang dangkal. Di sisi lain, iklan televisi terkenal menunjukan seorang anak bertanya kepada ayahnya. “Papa, mengapa kami mendukung Atletico? Ayahnya kehilangan kata-kata hanya karena seorang pendukung Madrid menunjukan Piala Liga Champions kepada anaknya.

“Anak-anak mungkin berkata: Mengapa kami harus mendukung Atletico ketika mereka selalu kalah dan pendukung Madrid selalu senang? tapi para pendukung Madrid tidak senang. Menjadi pendukung Atletico membuat Anda menderita, tapi itu membuat Anda lebih kuat juga,” kata Torres.

Argumen pun berakhir. Sementara media pro Madrid merengek bahwa kesebelasan itu selalu berusaha ekstra keras melawan Atletico. Seolah-olah itu adalah penghinaan untuk kemenangan dan menganggu tatanan alam kemuliaan Atletico yang berasal dari pengorbanan. Bahkan pendukung kesebelasan yang berkandang di Stadion Wanda Metropolitani sekarang ini disebut si penderita.

Anda akan Selalu Menjadi Tim Divisi Kedua

Kemudian merujuk ke zona degradasi pada 2000. “satu tahun di neraka kecil. Saya bisa berhenti merokok, meminum anggur dan makan makanan orang kaya karena itu membunuh saya. Tapi saya tidak bisa melepaskan Atletico. Mereka membunuh saya, tetapi mereka memberi saya kehidupan,” kata salah satu pendukung Atletico.

Madrid selalu identik dengan kemenangan. Tidak demikian dengan Atletico yang punya ketegaran sangat luar biasa ketika kalah dalam pertandingan Madrid Derby. “Saya ingin tim saya menang, tetapi saya tidak mencintai tim saya hanya karena mereka menang,” aku Inako Diaz Guerra, Jurnalis AS yang juga pendukung Atletico. “Itu konyol. Ada kesetiaan dengan Atletico,” sambungnya.

Bahkan ketika Atletico turun ke divisi kedua pada tahun 2000, keanggotaan mereka berlipat ganda. Timbul juga fakta penjualan tiket musiman justru meningkat dan itu tidak akan pernah terjadi di Benabeu. Jika Madrid terdegradasi, pendukungnya mungkin tidak akan memberikan dukunganya lagi. “Tidak mungkin. Itu bahkan tidak akan terjadi jika mereka berjuang di divisi teratas. Bernabeu seperti teater, sangat tenang. mereka tidak merasakan sepakbola mereka. Entah mereka bersiul atau bertepuk tangan, tidak ada yang lain,” kata Torres.

Tapi bagi pendukung Madrid, pendukung Atletico tetaplah sampah dan bahan tertawaan. Seperti pada tulisan di cover majalah sampul yang dibuat Ultra Sur, kelompok pendukung garis keras Madrid. Pada sampul depan majalah itu mereka menggunakan kalimat, “Anda akan selalu menjadi tim divisi kedua,” tulis mereka ketika Atletico kembali promosi ke La Liga pada 2002 silam.