Dynamo vs Spartak, Dendam dan Kutukan di Derby Tertua Rusia

Terdapat lima kesebelasan sepakbola berserjarah di Kota Moskow, Rusia. Yaitu CSKA, Dynamo, Lomotiv, Spartak, dan Torpedo. Tapi pertemuan antara Spartak dengan Dynamo adalah yang paling bersejarah. Bahkan pertandingan antara kedua kesebelasan tersebut merupakan derby tertua di Rusia yang dikenal Russia’s oldest derby.

Baik Spartak maupun Dynamo, sama-sama berdiri pada 18 April. Hanya saja tahunnya yang berbeda. Jika Spartak berdiri pada 1922 yang didukung serikat pekerja industri daging sehingga dianggap sebagai tim yang merakyat. Nama Spartak sendiri berasal dari gladiator Romawi dan pemberontakan terhadap adidaya Kota Roma bernama Spartacus.

Sementara Dynamo didirikan satu tahun setelahnya oleh instansi intelejensi kepolisian ditambah campur tangan Kementerian Dalam Negeri. Klub itu dijadikan alat untuk memperkuat kepolisian. Sebetulnya, CSKA dibentuk jauh lebih awal dari kedua kesebelasan yang dipaparkan tadi karena dibentuk pada 1911.

Hanya saja sepakbola CSKA masih belum intens pada kurun waktu tersebut. Berbeda dengan Dynamo dan Spartak yang sudah aktif melalui cabang sepakbola sehingga dianggap sebagai derby tertua di Moskow dan Rusia karena persaingannya. Kedua kesebelasan itu selalu bersaing di papan atas sejak sepakbola Rusia masih diwadahi Liga Top Uni Soviet.

Baik Dynamo dan Spartak, terus berebut prestasi sampai 1970-an dan yang jelas adalah terjadi konflik antara mereka. Persaingan antara Dynamo dengan Spartak selalu dikenal tentang perjuangan antara orang kecil melawan penguasa. Alasannya jelas seperti yang dijelaskan sebelumnya, Spartak mewakili kelas pekerja dan lebih merakyat, sementara Dynamo adalah bentukan intansi pemerintah dari kepolisian.

Korban Ideologis yang Menjadi Dendam dan Kutukan

Persaingan antara kedua kesebelasan ini mulai meruncing pada 1930-an. Mulai dari perebutan sponsor dan perlombaan menjadi cabang sepakbola terbaik di Moskow. Dynamo yang lebih memiliki akses kepada instansi negara bisa lebih jumawa karena menjuarai liga musim panas dan runner-up musim gugur Liga Top Uni Soviet 1936. Sementara Spartak cuma berhasil menjuarai liga musim gugur pada musim tersebut.

Satu tahun kemudian, genderang perang mulai didentumkan Dynamo dan Spartak karena dimensi politik. Kejadian yang memastikan konflik antara kedua kesebelasan tersebut karena ditangkapnya Nikolai Starostin pendiri dan mantan pesepakbola Spartak atas tuduhan mengimpor metode borjuis ke dalam olahraga Soviet.

Starostin yang ditankap bersama tiga saudaranya itu akhirnya bebas namun di dalam pantauan hukum kaerna tuduhannya tidak terbukti. Empat orang itu lagi-lagi tidak bisa tenang karena selanjutnya ada paksaan untu melakukan penyelidikan kembali kepada mereka. Diduga bahwa penyelidikan itu diperkuat keterangan-keterangan palsu hasil dari beberapa penyiksaan yang dianggap normal oleh pemerintahan Soviet pada zaman itu.

Alhasil, tuduhan kepada Starostin dan tiga saudaranya berkembang menjadi rencana pembunuhan Josep Stalin, pemimpin Soviet pada waktu itu. Starostin dan tiga saudaranya dituduh ingin menjadikan Soviet menjadi negara yang fasis. Di sisi lain, diduga bahwa yang memperkuat tuduhan kepada Starostin adalah Laventry Beria yang merupakan pimpinan Dynamo sekaligus tangan kanan Stalin karena ia adalah pejabat eksekutif intelejensi kepolisian.

Diduga justru Beria-lah yang berambisi menggulingkan dan menggantikan Stalin. Meskipun pada akhirnya Beria gagal karena Nikita Khrushchev yang mendapatkan tahta dari Stalin. Sementara penyelidikan dan persidangan Starostin berjalan selama dua tahun dan dihukum dengan cara diasingkan dan direhabiilitasi ‘a la Soviet’ ke Siberia.

Starostin dan tiga saudaranya baru dibebaskan dan diizinkan kembali ke Moskow ketika menjelang meninggalnya Stalin. Startostin pun kembali menjadi ketua Spartak dan harus mengeluarkan biaya banyak untuk membangun kesebelasannya itu setelah ditinggalkan. Apalagi Moscow baru terkena imbas perang dunia kedua.

Berbeda dengan Dynamo yang mendapatkan perlindungan dari isntansi negara sehingga tidak telalu banyak kehilangan aset-asetnya, termasuk para pemain. Tapi Dynamo mulai merasakan penurunan sejak meninggalnya Beria pada 23 Desember 1953. Sementara Spartak semakin berkembang sehingga seolah tidak mmeiliki persaingan nyata di sepakbola Soviet maupun sudah berubah menjadi Liga Primer Rusia.

Persaingan Spartak justru lebih mengarah kepada CSKA yang mulai fokus mengembangkan sepakbolanya sejak 1940-an. Bahkan Dynamo dipastikan degradasi untuk pertama kalinya pada musim 2015/2016. Di sisi lain, ada mitos kepercayaan bahwa penurunan Dynamo karena kutukan Beria. Pendukung sepakbola di sana percaya bahwa Dynamo sedang dikutuk karena kejahatan dan kekejaman yang dilakukan Beria selama hidupnya.

Setelah Dynamo degradasi, Spartak justru berhasil merebut gelar juara Liga Primer Rusia 2016/2017. Gelar yang terakhir kali direbut pada 2001 silam. Tapi Dynamo kembali bangkit dan mendapatkan promosi pada musim 2016/2017 sehingga berlaga lagi di Liga Primer Rusia sejak musim 2017/2018. Kembalinya pertemuan derby tertua ini dimenangkan Dynamo dengan skor 1-0 di Stadion Otkrytie Arena, kandang Spartak.

Kemudian putaran kedua berakhir imbang 2-2 di Stadion Arena Khimki, kandang Dynamo. Kedua kesebelasan sepakbola bersejarah itu akan bertemu kembali di Stadion Otkrytiye Arena, Sabtu (25/8) malam. Spartak superioritasnya kembali, ingin ditunjukan lagi kepada rival lawasnya. Sementara Dynamo ingin menunjukan bahwa mereka benar-benar bangkit dan menghapus kutukan Beria.

Sumber: Russian Footall News