Persaingan El Clasico antara Barcelona dengan Real Madrid semakin intensif pada 2011. Mereka dijadwalkan harus berhadapan satu sama lain sebanyak empat kali dalam 18 hari di dalam kurun tahun tersebut. Barcelona dipertemukan dengan Madrid pada final Copa del Rey dan dua pertandingan Liga Champions. Selama itu pula muncul beberapa tuduhan perilaku tidak sportif dari kedua tim, karena empat kartu merah dan perang kata-kata yang meletus di setiap pertandingannya.
Jose Mourinho punya peran penting dalam memanaskan rivalitas El Clasico selama kurun waktu tersebut. Ia yang saat itu menukangi Madrid, kerap terlibat aksi kontroversial ketika pertandingan melawan Barcelona selama tiga musim melatih Madrid. Kejadian paling kontroversial selama tiga musimnya adalah ketika mencolok mata Tito Vilanova, mantan Asisten Pelatih Barcelona.
“Mourinho datang untuk membawa kami bersaing dengan Barcelona dan dia membuat suasana El Clasico makin panas,” ujar Iker Casillas, kiper Porto sekaligus mantan kapten Madrid, seperti dikutip dari Marca.
Andres Iniesta, mantan pemain Barcelona, pun menuding Mourinho sebagai biang keladi semakin panasnya El Clasico atas kurun waktu tersebut. “Anda tidak perlu berada di Barcelona atau Real Madrid untuk mengetahui serta sadar bahwa situasinya tidaklah menyenangkan. Komponen kunci dari segala kisah yang hadir adalah Jose Mourinho. Siapapun yang tidak ingin melihat pemandangan tersebut, itu radikal,” katanya
“Padahal sebelumnya, Anda tak akan pernah melihat rivalitas yang kini terbentuk. Segalanya sudah melampaui batas. Sekarang Anda hanya akan melihat kebencian. Atmosfer itu terus berkembang dan pengaruhnya tidak tertahankan. Ketegangan Barcelona Madrid disebabkan oleh Mourinho, juga merusak Timnas Spanyol dan antar pemain di sana,” sambung Iniesta yang kini berkarir di Liga Jepang.
Panasnya El Clasico pada kurun waktu tersebut sampai memunculkan kekhawatiran dari Vicente del Bosque, Pelatih Spanyol waktu itu. Kebencian antar Barcelona dan Madrid pada saat itu dikhawatirkan bisa menyebabkan gesekan di skuat Spanyol. Apalagi pertemuan kedua tim itu dikenal dengan perayaan-perayaan gol yang mengesankan sehingga sering mengejek lawannya sejak zaman dahulu.
Seperti Raul Gonzales yang membungkam ribuan pendukung Barcelona ketika mencetak gol di Stadion Camp Nou, kandang Barcelona, pada Oktober 1999. Raul merayakan golnya dengan cara meletakan jari di bibirnya seolah menyuruh pendukung Barcelona untuk diam. Kemudian 10 tahun setelahnya, Carles Puyol mencium ban kapten bewarna bendera Katalan di depan pendukung Madrid di Stadion Bernabeu.
Cristiano Ronaldo juga dua kali memberi isyarat agar tetap tenang kepada pendukung Barcelona setelah mencetak gol pada El Clasico di Stadion Camp Nou pada 2012 dan 2016. Tidak kalah dengan Ronaldo, Messi yang merayakan golnya ke gawang Madrid dengan cara melepaskan kaosnya. Kemudian ia menunjukan nama dan nomor punggungnya kepada pendukung Madrid pada April 2017.
Di sisi lain, ada juga saat-saat langka ketika para pendukung di tribun menunjukan pujian untuk rivalnya pada pertandingan sepanas ini. Laurie Cunningham adalah pemain Madrid pertama yang menerima tepuk tangan dari pendukung Barcelona pada laga El Clasico 1980 di Stadion Camp Nou.
Sementara Diego Maradona yang menjebol gawang Madrid pada pertandingan leg kedua final Copa del Rey 1982/1983 di Stadion Santiago Bernabeu, kandang Madrid, menerima tepuk tangan meriah dari pendukung lawannya. Kemudian pemain kedua Barcelona yang menerima tepuk tangan meriah dari pendukung Madrid di Stadion Santiago Bernabeu adalah Ronaldinho pada November 2015.
Andres Iniesta adalah pemain ketiga Barcelona yang menerima tepuk tangan dari pendukung Madrid. Hal itu terjadi ketika Iniesta diganti saat Barcelona menang 4-0 di Stadion Santiago Bernabeu pada 21 November 2015. Iniesta adalah pencetak gol ketiga saat itu. Lagipula ia adalah sosok populer di Spanyol karena mencetak gol kemenangan Piala Dunia 2010.
Pasillo dan Akhir Era Cristiano Ronaldo VS Lionel Messi
Dalam tiga dekade terakhir, persaingain El Clasico tambah panas dengan adanya tradisi Spanyol modern, yaitu Pasillo atau guard of honnor. Tradisi itu adalah di mana satu kesebelasan juara disuguhkan pagar kehormatan oleh lawannya. Penghormatan tersebut telah terjadi dalam tiga kesempatan selama El Clasico berlangsung. Pertama, pada El Clasico 20 April 1988, di mana Madrid memastikan juara pada pertandingan sebelumnya.
Tiga tahun kemudian, giliran Barcelona yang memenangkan juara sejak dua pertandingan sebelum El Clasico pada 8 Juni 1991. Pada 7 Mei 2008, kali itu Madrid yang telah memenangkan kejuaraan dan mendapatkan Pasillo dari Barcelona. Tapi Madrid menolak melakukan pasillo kepada Barcelona pada 6 Mei 2018. Sesuai janjinya, Madrid tidak memberi pagar penghormatan atau guard of honor kepada Barcelona yang dipastikan juara Liga Spanyol musim 2017/2018.
Pertandingan itu pun menjadi menarik meski peluit sepakmula belum dibunyikan. Kemudian kedua kesebelasan bermain dengan tensi tinggi sehingga terjadi hujan kartu. Total, wasit, Alejandro Hernandez, mengeluarkan delapan kartu kuning dan satu kartu merah. Kartu merah diberikan kepada Sergi Roberto, bek sayap kanan Barcelona, karena melayangkan pukulan ke wajah Marcelo, bek sayap kiri Madrid, pada pengujung babak pertama.
Alhasil, Barcelona harus bermain di babak kedua dengan 10 orang. Pertandingan itulah yang terakhir mempertemukan Messi dengan Ronaldo pada El Clasico. Persaingan El Clasico memang telah dikemas oleh pesaingan kedua pemain itu dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian diikuti dengan kedatangan bintang lain seperti Neymar dan Luis Suarez, Gareth Bale dan Karim Benzema ke Madrid.
Pemain-pemain itu membuat persaingan diperluas ke ranah kebanggaan serangannya masing-masing kesebelasan tersebut, yaitu antara trio MSN (Messi-Suarez-Neymar) Barcelona melawan BBC (Bale-Benzema-Ronaldo) di Madrid. Tapi duel El Clasico musim ini kurang bumbu karena ketiadaan Messi dan Ronaldo. Ronaldo tidak lagi bermain di El Clasico karena meninggalkan Madrid pada musim panas lalu dan bergabung ke Juventus.
Sementara Messi harus absen setelah mengalami cedera saat pertandingan sebelumnya. Laga pada 28 Oktober itulah pertama kali tanpa kehadiran Messi dan Ronaldo dalam 11 tahun terakhir. Tepatnya sejak Ronaldo pindah ke Madrid pada musim 2008/2009, disusul mulai melejitnya karir Messi, kehadiran keduanya menjadi magnet tersendiri bagi El Clasico.
El Clasico yang digelar tanpa keberadaan Messi atau Ronaldo sama sekali, terakhir kali terjadi pada 24 Desember 2007. Ketika itu, Madrid menang 1-0 di Camp Nou lewat gol Julio Baptista. Sejak saat itu, ada 36 El Clasico terjadi di semua kompetisi. Dari total laga tersebut, salah satu dari Messi atau Ronaldo pasti bertanding. Ketiadaan sosok Messi dan Ronaldo di El Clasico nanti direspons oleh khalayak.
Banyak yang menilai laga sarat gengsi itu takkan menyajikan tensi panas yang sama lagi. Tapi Isco menegaskan bahwa Madrid tidak boleh terlalu larut atas ketiadaan Ronaldo pada El Clasico terakhir, yaitu pada 28 Oktober lalu di Stadion Camp Nou. “Kita tidak bisa menangisi seseorang yang tidak akan ada di sini,” imbuh Isco seperti dikutip dari BBC.
Pertandingan sendiri berakhir kemenangan 5-1 untuk Barcelona. Kekalahan Madrid dari Barca itu membuat Julen Lopetegui dipecat setelah mendapatkan rangkaian kekalahan. Kekalahan saat El Clasico itu memang menjadi aib karena rivalitas Madrid dengan Baracelona memang sudah punya riwayat yang panjang. Sekaligus menunjukan bahwa El Clasico selalu jadi perhatian dunia yang selalu dinantikan.