ElGran Derby (2): Pengkhianatan Real Betis dari Sevilla

ElGran Derby selalu dianggap penting bahkan sejak awal musim. Pendukung Sevilla tidak menyukai apa pun selain memperpanjang masa sulit Real Betis. Caranya yaitu dengan memberikan pukulan yang memalukan. Maka spanduk dengan ejekan kepada kesebelasan lawan adalah jaminan pertandingan ini.

Di tangan para pendukung Sevilla, mereka sering menunjukan keberhasilan kesebelasannya di dalam maupun luar negeri. Sementara pendukung Betis harus lebih kreatif untuk mengakali kesombongan trofi para pendukung Sevilla.

Sevilla didirikan pada 1890 oleh sekelompok ekspatriat Inggris. Perkembangan klub tersebut terganggu oleh perpecahan internal dari beberapa pendiri sehingga membentuk Betis pada 1907. Sevilla kuat sejak perang dunia kedua dibandingkan Betis yang terus mengalami penurunan.

Satu-satunya gelar liga yang pernah dimenangkan Betis datang pada tahun yang sama dengan Perang Saudara Spanyol. Kemudian mereka diantar ke masa-masa sulit dan selanjutnya hanya bisa membayangkan kejayaan terdahulu. Faktanya, Sevilla terus menikmati cahaya manis dari era keemasannya dibandingkan Betis.

Sevilla memenangkan satu-satunya La Liga pada 1946. Tahun yang sama ketika Betis jatuh ke divisi tiga kompetisi sepakbola Spanyol. Sevilla juga tidak diragukan lagi mengalami kesuksesan yang jauh lebih besar dalam beberapa tahun terakhir ketimbang Betis.

Di antaranya selama di bawah kepelatihan Unai Emery yang membuat Sevilla menjadi salah satu kesebelasan bergaya sepakbola paling menarik di Eropa. Emery membuat Sevilla mengkonsolidasikan diri mereka sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan dari sepakbola Spanyol.

Sevilla terus mencapai level yang tak terduga di setiap tahunnya. Melampaui batasannya sendiri baik di dalam maupun luar negeri. Sementara pada periode yang sama, Betis seperti menaiki roller coaster yang mengerikan. Mereka harus naik turun di La Liga sebagai divisi teratas sepakbola Spanyol.

Inilah yang membuat kebencian meletus antara Sevilla dan Betis. Seperti pertandingan yang disebut Complot de Alicante, yaitu di mana Sevilla menghadapi Heracles yang membuat Betis degradasi. Ketika pertandingan, Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, kandang Sevilla, tetap menjadi auditorium teror untuk Betis.

Seperti ketika Sevilla menang dengan skor 4-0 sehingga artikel di El Mundo menulis, “Betis Kembali ke Rumah Jagal”. Media-media lain memang sering mengoceh tentang pertandingan ini adalah derbi yang ekstrim atas keepikan, gol, hujan kartu dan para teriakan para pendukungnnya masing-masing.

“Memenangkan piala adalah yang indah, tetapi pertandingan terbaik adalah mengalahkan Sevilla karena itu ada di tempat mereka dan bagaimana itu dirayakan. Itu terjadi setelah bertahun-tahun tanpa memenangkannya,” Joaquin seperti dikutip dari The National.

Antara kedua kesebelasan ini memang tidak ada yang mengancam gelar juara La Liga seperti dari Kota Barcelona atau Madrid. Tapi di Seville, memenangkan derbi berarti sama seperti memenangkan liga.

Abaikan Rivalitas Demi Antonio Puerta

Kembali pada 2007, bek sayap Sevilla, Antonio Puerta, pingsan di lapangan karena serangan jantung. Kemudian diumumkan bahwa Puerta telah meninggal dunia. Sevilla telah kehilangan pemain brilian berkaki kiri yang berusia 22 tahun. Sementara komunitas sepakbola jatuh ke dalam duka bersama atas hilangnya seorang berbakat secara tiba-tiba dan tragis.

Meninggalnya Puerta dirasakan oleh semua orang di negara itu. Peti jenazahnya diletakkan di stadion dan ribuan simpatisan berkerumun dari seluruh Spanyol untuk memberikan penghormatan. Termasuk pemilik Betis, Manuel Ruiz de Lopera.

Kematian Puerta adalah momen yang sangat memilukan dalam sejarah bertingkat Derby Seville. “Ini adalah pukulan bagi seluruh Sevilla. Pikiran kami bersama Sevilla dengan keluarga pemain dan pemain yang saya yakin akan berada di surga,” katanya seperti dikutip dari Football Times.

Kata-katanya menggemakan sentimen dan simpati dari seluruh basis pendukung Betis yang menempatkan rivalitas mereka dengan Sevilla. Betis rela mengabaikan konflik bersejarah antara kedua klub sepakbola untuk memberi hormat kepada pemain internasional Spanyol tersebut.

Kematian Puerta adalah pertanda masa tenang dalam persaingan yang terjadi dalam Seville Derby. Terutama setelah Juande Ramos, mantan Pelatih Sevilla, harus pingsan karena terkena lemparan botol kaca oleh pendukung Betis. Di sebuah insiden yang disorot sebagai titik terendah dalam hubungan kedua klub itu.

Jarak waktu antara insiden ekstrim itu dengan meninggalnya Puerta hanya berjarak enam bulan. Seperti menjadi dua faktor katalis untuk menenangkan agresi yang terbagi antara pendukung kesebelasan tersebut. Ketika seluruh tim Betis, datang ke pemakaman Puerta, pelemparan botol kepada Ramos tampak seperti ingatan yang jauh.

Tindakan bodoh itu menjadi hilang dan berganti menjadi sebuah penghormatan. Sementara pendukung Betis memberikan penghormatan melalui bunga. Mereka juga menampilkan spanduk menghormati Puerta dan beberapa video mengharukan yang melibatkan orang-orang dalam warna hijau dan putih. Mereka menjadi saling menghibur kepada saingan dalam kota yang berlinangan air mata setelah tragedi Puerta.