FC Porto dan S.L Benfica adalah dua kesebelasan besar di Portugal. Dua kesebelasan ini tidak hanya menguasai Liga Primeira, tapi sama-sama mengoleksi dua gelar Liga Champions. Maka dari itu pertemuan antara Porto dengan Benfica adalah yang terbesar di Liga Portugal tersebut.
Pertandingan ini mempertemukan dua kota paling besar dan kesebelasan terkaya di Portugal. Persaingan mereka sudah terjadi sejak 1912 untuk memperebutkan gelar juara di Portugal sehingga dinamakan O Classico atau The Classic.
Rivalitas Sejak Liga Primeira Dibentuk
Laga pertama antara Porto dan Benfica terjadi pada eksebisi yang diselenggarakan 28 April 1912. Pertandingan itu dimenangkan Benfica dengan skor 8-2. Porto baru memenangkan O Classico pertamanya ketika delapan tahun kemudian dengan skor 3-2.
Porto harus menunggu sembilan tahun lagi agar bisa mengalahkan Benfica untuk kedua kalinya. Sebelum Liga Primeira dibentuk pada 1934, Porto dan Benfica berkompetisi pada liga sepakbola di distriknya masing-masing.
Porto memenangkan Campeonato do Porto sebanyak 19 kali dan Taca de Hondra do Porto dua kali. Sementara Benfica memenangkan sembilan kali dan Taca de Honra de Lisboa dua kali. Lalu adanya Campeonato de Portugal yang kemudian menjadi Taca de Portugal pada 1938, menggandakan persaingan O Classico.
Kompetisi itulah yang menjadi pertandingan resmi pertama antara Porto dan Benfica. Mereka bertemu di final 1931 dan Benfica yang menjadi pemenangnya dengna skor 3-0. Itu adalah gelar Campeonato de Portugal kedua bagi kesebelasan berjuluk As Aguias (Elang) itu. Tapi ketika dimulainya Liga Primeira, Porto-lah yang memenangkan musim pertama kompetisi tersebut.
“Semuanya berubah di tahun 30-an. Ketika kedua tim mulai menjadi bagian dalam kompetisi resmi. Hubungan mereka tiba-tiba menjadi rumit. Dengan keduanya mencapai final dan adanya saling ejek, invasi lapangan serta muncul insiden penghentian pertandingan,” kata Joao Nuno Coelho, Sosiolog, penulis dan pakar sepakbola, seperti dikutip dari Bleacher Reports.
Sementara Benfica berada di peringkat tiga dan tertinggal tiga poin di bawah Porto pada Liga Primeira pertama. Barulah pada musim kedua, Benfica menjuarai divisi teratas sepakbola Portugal tersebut. Kemudian pada 1950-an sampai 1960-an, mereka mendominasi sepakbola Portugal dan Eropa.
Kedatangan Eusebio membuat Benfica mengamankan delapan gelar Liga Primerira dalam kurun waktu 10 tahun! Gelar domestik kesebelasan yang berdiri sejak 28 Februari 1904 itu diikuti oleh Piala Eropa dua kali beruntun pada 1961 dan 1962. Gelar pertama didapatkan setelah mengalahkan Real Madrid dan yang kedua atas kekalahan Barcelona.
Akhirnya Porto berhasil menghentikan dominasi Benfica di Portugal dengan menjuarai Liga Primeira 1977/1978. Artinya, sudah 19 tahun Porto bertarung untuk merebut kembali gelar Liga Primeira dari Benfica. Kemudian kesuksesan di Eropa mulai diikuti setelah mengalahkan Bayern Munich pada 1987.
Benfica hampir memperlebar jarak di Eropa dengan Porto, tapi mereka dikalahkan AC Milan pada final 1990. Porto justru semakin mendominasi sepakbola Portugal pada 1990-an. Kesebelasan berjuluk Dragoes (naga) itu memenangkan lima Liga Primerira secara beruntun.
Porto juga menyusul gelar Eropa Benfica setelah memenangkan Liga Champions 2004. Gelar-gelar juara itulah yang menjadi hak menyombongkan diri masing-masing suporternya dalam O Classico.
Tuduhan Dalam Politik Porto – Benfica
Rivalitas dan permusuhan di O Classico cukup luas karena mencakupi politik dan budaya. Sebab persaingan juga dimulai pada masa pemerintahan Antonio Salazar sejak 1933. Gaya pemerintahan konservatif dan nasionalisnya menjadikan Benfica sebagai klub otoritas.
Alasannya karena kesebelasan dari ibu kota harus dipromosikan menjadi klub yang top. Inilah indikasi kecurigaan Porto kepada Benfica yang mampu memenangkan delapan gelar Liga dalam kurun waktu 10 tahun. Maka dari itu, bagi Porto, mengalahkan Benfica adalah jawaban perlawanan kepada Pemerintah yang memicu kemiskinan di kotanya.
Kawasan Porto terletak di bagian utara Portugal. Di sana adalah kota industri kelas pekerja yang terkenal dengan semangat kemandirian yang kuat. Sementara Lisbon adalah ibu kota Portugal yang terkenal kaya dan glamor. Kemudian O Classico mewujudkan perpecahan besar ini melalui pergeseran kekuasaan di sepakbola Portugal.
Rivalitas Porto dan Banfica jauh melampaui sepakbola. Ini adalah rivalitas yang membagi seluruh Portugal. Kisah dua wilayah itu saling bersaing satu sama lain dalam setia bidang kehidupan masyarakat. “Di Porto, mereka bekerja. Di Lisbon, mereka menghabiskan uang,” kata pepatah terkenal di Portugal.
Ketika dua kesebelasan ini bertemu di lapangan, setiap tekel terjadi hampir di setiap perebutan bola. Perkelahian, kerusuhan dan pemberhentian laga adalah kejadian biasa dalam skenario pertandingan dua raksasa Portugal ini.
Kepahitan hubungan antar kedua kesebelasan ini belum surut seiring dengan waktu. Persaingan menjadi lebih intens dalam beberapa dekade terakhir. Tepatnya sejak Pinto da Costa menjabat sebagai Presiden Porto pada 1982.
Ia sempat melakukan pidato ang memicu konfrontasional regionalistik terhadap Lisbon. Jose Maria Pedroto sebagai pelatihnya saat itu, selalu bermotivasi mengalahkan Benfica.
“Pedroto terkenal dengan mengatakan trofi yang dimenangkan Porto bernilai dua kali atau lebih dari tim Lisbon. Dia bertanggung jawab untuk mengakhiri apa yang disebut comlexo da ponte (hubungan yang kompleks),” kata Coelho.
Pinto pernah dituduh melakukan korupsi meskipun kemudian dibebaskan. Ia juga marah ketika Antonia Mexia, eksekutif EDP (Operator Listrik Utama Eropa) berpendapat bahwa Benfica membantu meningkatkan pajak negara. Pinto langsung marah dan akan mencari pemasok energi baru.
“Pinto da Costa dan Pedroto tidak takut untuk membuat strategi konfrotasi melawan kekuatan sentralis Lisbon yang menurut mereka selalu menguntungkan pihak lokal, terutama Benfica. Itu secara alami menyebabkan meningkatkan permusuhan antara Porto dengan Benfica,” jelas Coelho.
Hal itu belum termasuk dengan kasus-kasus lain seperti peretasan website, tuduhan suap, keterlibatan ilmu hitam dan lainnya yang menambah bahan bakar ke dalam api permusuhan O Classico. Beberapa tahun lalu, Benfica dituduh melakukan korupsi oleh Jaksa Penuntut Negara Portugal atas aduan dari Direksi Porto.