Steve Sidwell baru gantung sepatu pada musim lalu di Brighton & Hove Albion. Sudah delapan kesebelasan Inggris yang berbeda sudah diperkuatnya. Tapi ketika ditanya tentang laga derbi favoritnya, dengan cepat ia menjawab: Second City Derby! Atmosfer Second City Derby pernah dirasakannya karena memperkuat Aston Villa dari 2008 sampai 2011.
Memperkuat Villa akan menjadi sensasi tersendiri ketika menjalani Second City Derby melawan Birmingham City. “(Pertandingan) itu sengat besar. Ketika Anda turun dari bus dan ketika mulai melakukan pemanasan, Anda melihat sekitar stadion dan pera pendukung, Anda bisa melihat kebencian murni itu,” ujar Sidwell seperti dikutip dari Birmingham Mail.
Atmosfer serunya Second City Derby tidak hanya dirasakan oleh mantan pemain Villa. Robie Savage yang merupakan mantan pemain Birmingham pun antusias ketika membahas Second City Derby. “Second City Derby adalah salah satu kesempatan yang gemilang di dalam karir saya. Atmosfernya sangat berbobot dan persaingannya begitu luar biasa sehingga Anda pun bisa merasakan bumi seperti sedang bergetar,” ujarnya seperti dikutip dari Mirror.
Apakah Second City Derby itu? Second City Derby adalah persaingan sengit disertai emosi tinggi antara dua kesebelasan lokal di Kota Birmingham. Partai ini selalu dihadiri banyak penonton yang dibumbui rivalitas dan kecintaan mereka kepada kesebelasannya masing-masing. Menyaksikan Second City Derby langsung digambarkan seperti roller coaster.
Sebab ini adalah salah satu pertandingan yang menghibur dan selalu membuat jantung berdenyut keras selama bertahun-tahun. Derbi Kota Kedua itu merupakan pertandingan besar berdasarkan sejarahnya selama 131 tahun dan telah diakui untuk substansi serta gaya yang disajikan di atmosfernya.
Istilah Second City Derby muncul karena Kota Birmingham dianggap sebagai kota terpenting kedua di Inggris pada 1707 silam. Hal itu tak lepas dari populasi, kepentingan ekonomi, dan budaya, di kota Birmingham itu sendiri.
Kemenangan adalah Sebuah Keistimewaan
Dalam situasi Second City Derby, diskusi ketika pra dan pasca pertandingan akan terus mengalir. Maka dari itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan adalah suatu keisitmewaan. Terlepas dari bentuk pertandingannya, tapi yang jelas hasil dari laga itu akan membuat seseorang pulang dengan senang atau secara menyedihkan.
Artinya, tidak ada satu pendukung dari tim kedua belah pihak yang akan peduli tentang bagaimana kesebelasannya bermain sepakbola atau soal peluang mencetak gol terbanyak. Semua yang penting bagi mereka adalah kesebelasannya memenangkan pertandingan sehingga memiliki hak untuk menyombongkan diri sampai waktu bertemu berikutnya.
Bagi yang kalah, rasanya sampai tidak ingin bertemu dengan teman-temannya di rumah, kantor, pabrik, hingga pub untuk rehat dengan segelas bir. Sebab ini semua tentang keberanian dan kemenangan. Ke mana pun Anda pergi, Second City Derby-lah yang mereka semua bicarakan.
Para pemain bisa saja menganggap pertandingna ini untuk memperebutkan tiga poin. Tetapi para pendukungnya lebih tahu daripada itu. Hal tersebut yang membuat mereka tetap memiliki kebanggan di dalam maupun luar stadion.
“Siapapun yang melangkah ke lapangan itu akan pergi ke sana dan menikmati kesempatan itu dan memberikan segalanya untuk tiga poin. Tetapi dengan cara apapun yang kami lakukan, terpenting adalah seluruh tim berkomitmen untuk pertandingan ini dan memiliki 90 menit untuk memberikan semua yang mereka miliki,” ujar Gary Monk, Manajer Birmingham, seperti dikutip dari Birmingham Live
Insiden Jack Grealish
Dalam buku berjudul Bad Blood karya penulis sepakbola bernama Keith Dixon, menganggap bahwa pertandingan itu selalu berdampak kepada masalah ketertiban umum. Hal itu karena terdapat dua kelompok garis keras yang sering melakukan hooliganisme.
Hal itu terbukti pada pertandingan Second City Derby terakhir yang digelar pada Sabtu (10/3) beberapa pekan lalu. Jack Grealish, gelandang Villa, ditinju oleh seorang pendukung Birmingham ketika laga baru berjalan sekitar 10 menit di Stadion St Andrew’s.
Kemudian pendukung yang diketahui bernama Paul Mitchell itu langsung diamankan ke luar lapangan oleh para petugas keamanan. Namun Grealish sendirilah yang membuat Mithcell semakin menyesal atas gol kemenangan Villa pada laga tersebut.
Grealish membuktikan kemenang Villa melalui sepakan kaki kirinya dan langsung merayakannya bersama para pendukung kesebelasannya di tribun belakang gawang. Pemukulan, gol Grealish, perayaan dan kemenangan Villa itu pun seolah menjadi seperti yang sudah ditakdirkan.
Sementara pihak Birmingham mengeluarkan permintaan maaf kepada Grealish melalui situs web resminya. “Klub sepakbola Kota Birmingham ingin meminta maaf kepada Jack Grealish dan Klub Sepakbola Aston Villa atas insiden dalam pertandingan derby sore ini,” tulis pernyataan tersebut.
Pihak Birmingham melanjutkan dengan kata menyesal atas perilaku pendukungnya karena aksi hooliganisme tersebut. Mithcell pun akan dilarang menyaksikan pertandingan Birmingham di Stadion St Andrew selamanya.
Padahal, Mithcell adalah pendukung Birmingham dan selalu memiliki tiket terusan di setiap musimnya sejak masih kanak-kanak. Tapi sekarang ia harus berkutat di penjara dan kabarnya mendapatkan ancaman pembunuhan dari berbagai pihak.
Bahkan yang perlu disesalkan adalah ancaman itu sampai meliputi kepada istri dan anak-anaknya. Di sisi lain, Grealish tidak terluka, tetapi indisden itu memberikan bayangan gelap atas Second City Derby dan memicu perdebatan baru tentang keamanan sebuah pertandingan sepakbola.