West London Derby, Rivalitas Terlupakan di Kota London

Siapa yang tidak menyukai pertandingan derbi? Sebuah pertandingan yang semangat dan kebencian terlihat lebih besar dibandingkan keinginan untuk meraih sebuah gelar. Rasa-rasanya tidak bisa ditandingi dan lebih prestisius daripada pertandingan manapun.

Terutama di pertandingan sepakbola Liga Inggris yang di mana beberapa persaingan derbi selalu sengit dan jarang mengecewakan. Jika berbicara derbi di Liga Inggris, Kota London memiliki kekayaan tentang pertandinga antar kesebelasan satu kawasan yang menarik.

Salah satunya di kawasan London Barat antara Chelsea dengan Fulham. Memang pertandingan panas ini sering luput jika dibandingkan dengan derbi di London lainnya seperti Arsenal dengan Tottenham Hotspur. Padahal adrenalin di laga Chelsea dengan Fulham memiliki persaingan yang cukup sengit.

Sewa Menyewa Menjadi Akar Permasalahan

Bagi pendukung masing-masing kesebelasanya, terasa ada yang kurang jika melewatkan pertandingan tersebut. Baik pendukung Chelsea maupun Fulham selalu menunggu-nunggu pertandingan bertajuk West London Derby ini. Rivalitas Chelsea dan Fulham sudah terjadi sejak 1905.

Berawal dari bujukan seorang pengusaha di London bernama Gus Mears kepada Henry Norris, pemilik Fulham saat itu. Mears yang baru memiliki lapangan atletik Stamford Bridge, membujuk Norris agar Fulham berpindah markas dari Stadion Craven Cottage ke tempat tersebut. Tapi bujukan Mears itu ditolak Norris karena persoalan sewa menyewa.

Penolakan itu membuat Mears membuat kesebelasan sepakbola sendiri, yaitu Chelsea dan bermarkas di Stamford Bridge yang terletak di dekat Fulham Road. Maka dari itu, rivalitas di West London Derby ini lebih disebabkan kedekatan geografis. Bukan karena agama atau politik seperti laga derbi lainnya.

Norris bersama Fulham pun tetap memakai Stadion Craven Cottage sebagai markasnya sekaligus menjadi tempat pertandingan kompetitif pertama West London Derby. Pertandingan pertama itu dalam rangkaian divisi II yang dihadiri penuh oleh sekitar 35.000 penonton pada 3 Desember 2010.

Laga berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Fulham dan selanjutnya selalu menjadi salah satu pertandingan populer di Liga Inggris. Buktinya, stadion pertandingan antara Chelsea melawan Fulham selalu dipenuhi penonton meskipun masih berstatus kesebelasan kecil pada waktu itu. Gensi, rivalitas dan saling benci mulai memuncak ketika Chelsea menikmati kesuksesan selama 1960-an dan 1970-an.

Chelsea lebih sering berkompetisi di divisi teratas Liga Inggris pada waktu itu. Berbeda dengan Fulham yang lebih banyak menghabiskan periode-periodenya itu di divisi bawah. Artinya, para pendukung Fulham harus rela melihat tetangga muda mereka lebih berhasil.

Di sisi lain, perbedaan kompetisi itu juga membuat rivalitas masing-masing kesebelasan menjalar ke kawasan lain. Contohnya, Chelsea membuat rivalitas dengan kesebelasan yang sama-sama besar seperti dengan Arsenal, Leeds United dan Tottenham Hotspur.

Fulham pun menjadi memiliki rivalitas dengan kesebelasan di divisi-divisi bawah Liga Inggris seperti Brenford dan Queens Park Rangers (QPR). Kendati divisi Chelsea dan Fulham berbeda, tapi pertemuan antara kesebelasan ini tetap selalu ditunggu-tunggu.

Kesenjangan Membuat West London Derby Terlupakan

Ketika West London Derby berlangsung, polisi akan hadir jauh lebih banyak daripada biasanya untuk mencegah kericuhan masing-masing pendukung kesebelasannya. Contoh yang pernah terjadi pada waktu dulu adalah masuknya penonton setelah pertandingan.

Seperti ketika Fulham berhasil mengalahkan Chelsea dengan skor 1-0 lewat gol Luis Boa Morte pada 19 Maret 2006. Hasil itu membuat kekacauan karena para pendukung Fulham merayakan kemenangan dengan masuk ke dalam lapangan. Belum lagi ditambah keributan dengan pendukung Chelsea sehingga membuat derbi ini terus menyala.

Pertandingan itu sekaligus menjadi kemenangan terakhir Fulham atas Chelsea sampai waktu ini. Memang ada kesenjangan yang cukup besar antara kekuatan kesebelasan di London Barat ini. Seperti pada Liga Primer Inggris 2018/2019, Chelsea berada di papan atas dan Fulham berada di zona degradasi.

Sudah 18 pertemuan Chelsea belum pernah dikalahkan Fulham. Dampaknya, West London Derby ini jarang berada di divisi yang sama dalam waktu lama. Sebelum musim ini, Fulham terdegradasi pada Liga Primer Inggris 2013/2014. Artinya kedua rival ini akan duduk di divisi yang berbeda lagi setelah 13 tahun berada di Liga Primer Inggris.

Fulham yang lebih banyak berkutat di divisi Championship pun menjadi jarang bertemu dengan Chelsea. Pertemuan antar mereka cuma berkesempatan di kompetisi Piala FA atau Piala Carabao. Seperti West London Derby pada 21 September 2015. “Ada kerinduan untuk mengalahkan musuh utama mereka,” tulis Laurence Ettridge pada situs Sabotage Times.

Maka dari itu jarang ada ketegangan rutin antara Chelsea dan Fulham dibandingkan pertandingan derbi lainnya. Divisi yang terpisah pun membatasi ruang lingkup pertandingan derbi ini. Padahal sebuah persaingan dalam derbi adalah salah satu tujuan penting masing-masing pendukung kesebelasannya masing-masing.

Kepentingannya sama seperti keberhasilan untuk mendapatkan sebuah gelar, bertahan atau promosi ke divisi teratas. Selalu ada dorongan untuk menang di sebuah pertandingan derbi dengan cara apapun. Faktor ini jugalah yang membuat West London Deby memiliki banyak drama di setiap tahun, jika bertemu.