Di bawah lampu temaran Stade de France, Didier Deschamps menyemangati para pemainnya. Wajib buatnya untuk membantu para pemainnya kembali bangkit, karena di benak mereka, suara suporter sudah tak mampu membuat mereka berdiri. Puluhan ribu penggemar Prancis, di stadion, jutaan di rumah, kecewa, sama seperti mereka. Tapi, siapa yang sangka, kalau pembalasan dendam itu hanya perlu waktu dua tahun, bahkan dengan gelar yang jauh lebih prestisius.
Momen di atas terjadi pada Piala Eropa 2016. Kala itu, Prancis yang dijagokan menjadi juara, berhasil lolos hingga babak final. Lawan mereka pun terbilang enteng, yakni Portugal. Kesempatan untuk meraih trofi Eropa pertama dalam 16 tahun terakhir jelas ada di depan mata. Apalagi Cristiano Ronaldo harus ditarik saat pertandingan baru berusia 25 menit.
Prancis hadir dengan gabungan pemain muda-senior. Di belakang, Laurent Koscielny membangun pertahanan kuat bersama Samuel Umtiti. Di tengah, Moussa Sissoko, Blaise Matuidi, dan Dimitri Payet, mengapit Paul Pogba. Sementara di lini serang, duet Olivier Giroud dan Antoine Griezmann menjadi kunci utama serangan.
Akan tetapi digdayanya Prancis sepanjang kompetisi, tetap sulit untuk membongkar pertahanan kuat Portugal. Saat pertandingan memasuki perpanjangan waktu, bencana pun hadir. Portugal ternyata tidak mengincar adu tendangan penalti untuk mengakhiri kompetisi. Karena pada menit ke-109, memanfaatkan tubuh jangkungnya, Eder mencetak gol yang mengunci kemenangan Portugal.
Kekalahan di Stade de France jelas menjadi pukulan telak buat Prancis. Apalagi mereka memang menjadi unggulan pertama ditambah dengan dukungan dari suporter. Selain itu, komposisi pemain juga amat menunjang untuk menjuarai turnamen.
Untungnya, Federasi Sepakbola Prancis, FFF, tidak buru-buru memecat Deschamps. Mereka membiarkan mantan pemain Juventus tersebut mengolah skuat yang ada. Beruntung, Prancis diberkahi oleh para pemain muda yang kebintangannya tengah bersinar terang. Deschamps pun kini memusatkan harapannya pada para pemain muda tersebut.
Kepercayaan Deschamps pada Pemain Muda
Para pemain yang dibawa Deschamps ke Rusia sebenarnya tengah berada pada usia yang mulai matang. Pogba sudah berusia 25 tahun, N’Golo Kante dan Griezman berusia 27 tahun. Uniknya, Deschamps memilih sejumlah pemain yang namanya belum seterkenal pemain yang digantikannya. Sebut saja Nabil Fekir yang bermain untuk Lyon. Sementara itu, Deschamps justru tak memasukkan nama Anthony Martial yang bermain untuk Manchester United.
Hal ini mengubah komposisi pemain Prancis di Piala Dunia 2018. Di lini pertahanan, Umtiti tetap dipertahankan, tetapi diduetkan dengan Raphael Varane. Di lini tengah, Deschamps terbilang mengejutkan dengan membawa Steven N’Zonzi dan Corentin Tolisso. Di lini serang, Deschamps memasukkan pemain-muda-paling-diinginkan-saat-ini, Kylian Mbappe. Ada pula nama Thomas Lemar dan Ousmane Dembele.
Di final, Deschamps menurunkan Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez di pos fullback. Keduanya berperan penting dalam menahan serangan lawan dari sayap. Koordinasinya dengan Umtiti dan Varane membuat Prancis berhasil mencatatkan empat cleansheet dari enam pertandingan!
Penobatan Tertinggi untuk Prancis
“Prancis yang ini adalah kesebelasan muda yang tengah berada di puncak dunia. Beberapa di antara mereka adalah juara sejak usia 19 tahun,” kata Deschamps yang mengapteni Prancis saat menjuarai Piala Dunia pada 1998.
Dengan hasil ini, Deschamps menyamai Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer yang pernah memenangi Piala Dunia baik sebagai pelatih maupun pemain. Soal gelar juara ini, pelatih yang pernah menangani Marseille ini enggan untuk dikaitkan dengannya. “Para pemainlah yang memenangi pertandingan,” tutur Deschamps.
“Kami tak memainkan permainan yang besar, tapi kami menunjukkan kualitas mental, dan lagipula kami mencetak empat gol. Selama 55 hari, kami melakukan banyak pekerjaan. Kami bangga menjadi orang Prancis, menjadi Bleus. Kami bekerja begitu keras dan kami punya momen sulit di sepanjang jalan. Amat menyakitkan kalah di Euro dua tahun lalu, tapi itu bikin kami juga belajar,” tutur Deschamps.
Prancis menang dengan skor 4-2 lewat gol bunuh diri Mario Mandzukic, Antoine Griezmann, Paul Pogba, dan Kylian Mbappe. Hasil ini membuat Prancis meraih trofi Piala Dunianya yang keduanya. Ini juga menjadi yang tertinggi setelah di 2006, Prancis hanya menjadi runner-up setelah kalah dari Italia.