Pada Kamis (18/6/2020) dini hari kemarin, kompetisi Premier League resmi digelar kembali. Untuk mengawali kompetisi yang dianggap paling mahal dan kompetitif ini, mereka menggelar dua laga tunda pekan ke-29 yang mempertemukan Aston Villa melawan Sheffield United dan Manchester City melawan Arsenal.
Cerita menarik langsung mewarnai kembalinya Premier League. Dalam 12 pertandingan pertama, para pemain akan menggunakan nama “Black Lives Matter” di punggung mereka. Selain itu, mereka juga melakukan aksi berlutut sebelum melakukan kick-off. Hal ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas atas kasus George Floyd yang meninggal beberapa waktu lalu.
Pertandingan juga tidak melupakan protokol kesehatan. Untuk menerapkan physical distancing, para pemain cadangan tidak berkumpul di bench melainkan tersebar di beberapa tribun penonton. Pemain yang digantikan juga memilih untuk duduk di tribun. Selain itu, Premier League menerapkan aturan water break.
Teknologi Garis Gawang yang Bermasalah
Akan tetapi, pertandingan pertama antara Aston Villa dengan Sheffield United berakhir imbang. Tidak ada gol yang tercipta sepanjang 90 menit kedua kesebelasan bertanding. Meski begitu, pertandingan ini berakhir dengan kontroversi. Kubu Sheffield merasa kalau mereka layak menang pada pertandingan yang dipimpin oleh wasit Michael Oliver tersebut.
Pada menit ke-42, Oliver Noorwood melepaskan tendangan bebas yang langsung mengarah ke gawang Orjan Nyland. Bola sebenarnya bisa ditangkap oleh penjaga gawang Norwegia tersebut. Akan tetapi, posisi si penjaga gawang yang tidak seimbang sempat membuatnya masuk ke dalam gawang bersama bola yang dipegang. Hal ini kemudian mengundang reaksi dari penggawa The Blades yang mengira mereka mendapatkan gol.
Akan tetapi, wasit Michael Oliver tidak menerima sinyal yang mengindikasikan kalau itu adalah sebuah gol. Oliver menunjuk jam tangannya yang tidak memberi sinyal gol. Selain itu, VAR juga tidak melakukan intervensi meski mereka punya hak untuk melakukan review. Padahal jika melihat tayangan ulang, bola sudah melewati gawang dan tidak ada insiden di dalam kotak penalti yang menimbulkan pelanggaran.
“Saya merasa kalau kita semua memiliki perasaan yang sama yaitu gol. Saya begitu frustrasi karena tujuh kamera tidak bisa mengambil. Ini adalah liga paling teknis di dunia. Hal ini mengecewakan dari sudut pandang kami,” kata manajer Sheffield, Chris Wilder.
Jika gol tersebut disahkan wasit, maka Sheffield bisa menggusur Manchester United dari peringkat kelima klasemen sementara. Mantan wasit, Mark Clattenburg, menyebut kalau momen seperti ini bisa saja membuat mereka gagal melangkah ke kompetisi Eropa.
Pihak Hawk-Eye yang menjadi operator teknologi garis gawang kemudian meminta maaf. “Hawk-Eye tanpa ragu meminta maaf kepada Premier League, Sheffield United, dan semua orang yang terkena dampak dari insiden ini,” tuturnya. Mereka juga menyebut kalau sistem lainnya tetap berfungsi secara keseluruhan.
Nasib Apes David Luiz
Beruntung pada pertandingan kedua yang mempertemukan Man City dengan Arsenal, gol tercipta. The Cityzens menang dengan skor telak 3-0 melalui gol Raheem Sterling, Kevin de Bruyne, dan Phil Foden. Namun yang mencuri perhatian dari pertandingan tersebut adalah David Luiz.
Penggawa asal Brasil ini dianggap sebagai biang keladi kekalahan Meriam London. Pada proses gol pertama, Luiz gagal menahan bola kiriman De Bruyne yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Sterling. Pada gol kedua, penggawa asal Brasil ini dibuat bingung oleh Riyad Mahrez yang memaksanya untuk menjatuhkan pemain Aljazair tersebut. Luiz pun mendapat kartu merah.
Pemain yang pernah bermain untuk PSG ini bernasib apes saat itu. Selain memiliki andil pada dua gol City, ia juga saat itu berstatus sebagai pemain pengganti. Luiz baru bermain di tengah-tengah laga untuk menggantikan Pablo Mari yang mengalami cedera. Sebelumnya, Granit Xhaka juga mengalami hal serupa pada menit ke-8 yang membuatnya digantikan oleh Dani Ceballos.
“Kekalahan ini bukan karena kesalahan tim melainkan karena kesalahan saya. Pelatih luar biasa, pemain luar biasa, sepenuhnya adalah kesalahan saya,” kata Luiz. Bahkan performa buruk Luiz pada laga tersebut membuat masa depannya bersama Arsenal dikabarkan bakal terancam. Kontrak Luiz sendiri di Arsenal akan berakhir pada 30 Juni 2020.
Pria berusia 33 tahun ini menjadi pemain pertama yang mendapat kartu merah, membuat penalti, dan membuat kesalahan dalam gol, sejak Agustus 2015. Pemain terakhir yang mendapat nasib apes seperti Luiz adalah Carl Jenkinson saat membela West Ham United ketika melawan Bournemouth.
Arsenal sendiri memang bermain buruk pada laga kemarin. Selain kalah dengan skor telak, mereka kesulitan untuk membuat peluang. Tidak ada tendangan ke gawang yang mengarah kepada Ederson. Inilah kali pertama Arsenal tidak bisa membuat shoot on target sejak Agustus 2017 saat mereka melawan Liverpool.