Ernesto Valverde dan Rekor 17 Tahun Barcelona yang Akhirnya Pecah

Karier Ernesto Valverde sebagai Pelatih Barcelona berakhir pada Senin (13/1) malam lalu. Direktur klub, lewat pemungutan suara, sepakat untuk mengakhiri kontrak pelatih kelahiran Spanyol, 9 Februari 1964 tersebut.

Barcelona mengumumkan bahwa Valverde berpisah dengan persetujuan bersama dan mengucapkan terima kasih atas profesionalisme, komitmen, dan dedikasinya, serta sikap yang benar dan positif yang selalu ia tunjukkan kepada Blaugrana. Barca pun sudah mengonfirmasi bahwa Quique Setien yang akan meneruskan langkah Valverde di pos kepelatihan.

Diputusnya kontrak Valverde sekaligus mengakhiri rekor lainnya. Ini adalah untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, Barcelona memecat pelatih. Pasalnya, terakhir kali mereka melakukannya adalah pada 26 Januari 2003 lalu saat memecat Louis van Gaal.

Namun, kondisinya jelas berbeda. Saat itu, Van Gaal tak mampu mengangkat Barca ke papan atas. Mereka malah berada tiga poin di atas zona degradasi. Berada di peringkat ke-12, Barcelona terpisah 20 poin dari pemuncak klasemen, Real Sociedad. Blaugrana pun tak lanjut di Copa del Rey karena kalah dari Novelda.

Di sisi lain, Valverde sudah memberikan dua gelar La Liga buat Barca. Saat ini pun kondisinya masih stabil: Barca masih bermain di Liga Champions, sementara di La Liga, mereka berada di puncak klasemen dengan 40 poin.

Setelah Louis van Gaal dipecat, Radomir Antic mengambil alih kepelatihan. Kontraknya berakhir di akhir musim 2002/2003 karena ia hanya dikontrak selama setengah musim dengan nilai 600 ribu euro. Setelah itu, Frank Rijkaard menahkodai Barcelona dari Juni 2003 hingga kontraknya berakhir pada Juni 2008. Ia mempersembahkan dua gelar La Liga dan satu trofi Liga Champions.

Usai Rijkaard, Pep Guardiola yang saat itu melatih Barcelona B naik sebagai pelatih utama. Bersama Pep, Barca memasuki era kejayaan. Mereka memenangi tiga gelar La Liga, dua Copa del Rey, dua Liga Champions, serta dua Piala Dunia Antarklub.

Kontrak Pep di Barca sebenarnya tak pernah panjang. Awalnya, ia dikontrak hingga musim 2009/2010, lalu diperpanjang setahun. Pada awal musim 2010/2011, kontraknya kembali diperpanjang setahun dan berakhir pada Juni 2011. Enam bulan berselang, Pep kembali menandantangani kontrak yang berakhir pada Juni 2012.

Akan tetapi, Pep tak memperpanjang kontrak pada Juni 2012 karena alasan kelelahan. Ia pun memilih untuk menepi dari dunia sepakbola selama setahun. Padahal, dalam kontraknya, ia masih punya opsi untuk memperpanjang kontrak.

Penerus Pep adalah Tito Vilanova. Ia dikontrak dua tahun pada 15 Juni 2012. Akan tetapi, kanker kelenjar parotis membuatnya lebih sering terbaring di ruang perawatan. Posisinya kerap digantikan asisten pelatih, Jordi Roura. Tito sempat kembali ke pinggir lapangan pada akhir Maret 2013. Sampai akhirnya, pada 19 Juli 2013, ia memutuskan mundur karena kondisinya tersebut.

Barcelona pun mengontrak Gerardo Martino pada 22 Juli 2013. Ia dikontrak selama dua tahun. Akan tetapi, di tahun pertamanya, Martino gagal memberikan trofi utama buat Barcelona. Di akhir musim, ia pun memutuskan mundur.

Pengganti Martino adalah Luis Enrique yang dikontrak selama tiga tahun. Mantan pelatih AS Roma ini mempersembahkan dua gelar La Liga, tiga Copa del Rey, dan satu gelar Liga Champions.

Pada 1 Maret 2017, Enrique mengumumkan kalau ia tak lanjut sebagai pelatih Barcelona, karena durasi kontraknya yang selama tiga tahun sudah berakhir. Posisinya kemudian digantikan oleh Ernesto Valverde. Pada Februari 2019, kontraknya diperpanjang yang membuatnya harusnya bertahan hingga akhir musim 2019/2020.

Akan tetapi, takdir berkata lain. Performa kurang memuaskan di awal tahun bikin Valverde mendapatkan tekanan besar. Sampai akhirnya, ia dipecat oleh manajemen Barcelona pada Senin lalu, dan menjadikannya sebagai pelatih pertama yang dipecat Barca selama 17 tahun terakhir.

Sejatinya, capaian Valverde bersama Barcelona tak begitu buruk. Ia mempersembahkan dua gelar La Liga, dan musim ini pun Barca masih di puncak klasemen. Agaknya tekanan dari para penggemar juga menjadi salah satu alasan, mengingat secara permainan, Barcelona terbilang mengalami penurunan.