Uruguay dan Cagliari berduka atas kematian salah seorang legenda mereka, Fabian O’Neill pada 25 Desember 2022. Pria yang meninggal dalam usia 49 tahun itu pernah menjadi buah bibir setelah disebut sebagai pemain paling berbakat yang pernah ada oleh rekan setimnya, Zinedine Zidane. Keduanya memang pernah bermain bersama ketika memperkuat Juventus pada musim 2000/2001.
Fabian O’Neill meninggal setelah berjuang keras melawan sirosis atau penyakit hati stadium akhir. Dia telah kecanduan alkohol dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya mengalami koma dan dirawat di salah satu rumah sakit di Montevideo, ibu kota Uruguay. Namun, pendarahan yang terjadi akibat penyakit kronis itu merenggut nyawa sang legenda, 72 hari setelah ulang tahunnya yang ke-49.
Sang Penyihir
Pada masanya, Fabian O’Neill dikenal memiliki kemampuan dan teknik yang mumpuni di lapangan, sehingga dipuji banyak jurnalis dan rekan-rekan sesama pesepakbola profesional. Dia pun mendapat julukan “El Mago” atau “The Wizard” alias “penyihir” dalam bahasa Indonesia. Julukan itu tentu saja muncul karena kepiawaiannya mengolah kulit bundar, sehingga membuat banyak orang “tersihir”.
Dia lahir dari keturunan Irlandia di Paso de los Toros, salah satu kota di Provinsi Tacuarembo, Uruguay pada 14 Oktober 1973. Namun, orang tuanya pergi meninggalkannya, sehingga Fabian O’Neill dibesarkan neneknya sampai berusia 14 tahun. Itu pula awal mulanya dia berkenalan dengan alkohol. Sejak usia sembilan tahun, dia sudah mulai bekerja, menjual sosis di luar rumah bordil.
Meski begitu, bakat sepakbola juga berkembang dalam dirinya. Fabian O’Neill bergabung dengan Nacional, salah satu klub besar di Uruguay ketika usianya masih 18 tahun. Sejak musim 1991/1992 itu, dia bermain di tim utama hingga berhasil menjuarai Liga Uruguay musim itu. Berkat bakat besar dalam dirinya itu, setahun kemudian dia dipanggil membela Timnas Uruguay di Copa America 1993.
Berkembang di Italia
Pada musim panas 1996, Fabian O’Neill bergabung dengan Cagliari yang bermain di Serie A Italia. Sayangnya, mereka terdegradasi di akhir musim sebelum kembali ke Serie A semusim kemudian. Bakatnya pun berkembang pesat selama berkarier di Italia bersama Cagliari. Sebagai gelandang serang, dia mampu mengatur ritme permainan dan mengalirkan bola dari lini belakang ke depan.
Salah satu penampilannya yang banyak dikenang fans Cagliari adalah melakukan tiga kali nutmeg alias mengolongi Gennaro Gattuso saat lawan Salernitana pada musim 1998/1999. Setelah Cagliari degradasi lagi di akhir musim 1999/2000, Juventus meminang Fabian O’Neill dengan bayaran 10 juta Euro. Dia memakai nomor punggung “6” dan bermain bersama pemain terbaik dunia Zinedine Zidane.
Pada masa itulah, legenda Prancis tersebut mengenal sosok dan bakat besar Fabian O’Neill. Dia telah menggambarkannya sebagai rekan timnya yang terbaik dan salah satu gelandang terbaik di Serie A pada masa itu. Namun, kerja sama mereka hanya bertahan semusim, karena akhir musim 2000/2001 Zinedine Zidane memilih pindah ke Real Madrid dengan menyandang status pemain termahal dunia.
Alkohol Sumber Masalah
Karier Fabian O’Neill di Juventus juga bertahan tak lama. Pada musim dingin 2002, dia dijual ke Perugia, karena gagal memberikan penampilan terbaik, serta tidak disiplin dan temperamental di dalam lapangan. Salah satunya karena ketergantungannya terhadap alkohol. Bahkan, salah satu laporan menyebut dia pernah datang ke sesi latihan pagi timnya dalam keadaan masih mabuk.
Delapan bulan di Perugia, Fabian O’Neill kembali ke Cagliari, klub yang membesarkannya. Pada 2003, dia akhirnya memutuskan gantung sepatu setelah sempat pulang ke Nacional. Sebelumnya, dia juga ikut terbang bersama Timnas Uruguay ke Piala Dunia 2002, meski tak pernah diturunkan. Alkohol telah mengancurkan kariernya ketika usianya masih 30 tahun, hingga membunuhnya pelan-pelan.
Kehancuran itu berlanjut karena Fabian O’Neill juga mengenal judi. “Kuda lambat dan wanita cepat, itulah yang menghancurkan hidupku. Saya bahkan menghabiskan uang yang tidak saya miliki,” ceritanya pada 2017, dilansir Football Italia.
Bahkan, dia pernah keluar dari pelelangan dengan 1.104 ekor sapi yang dibeli saat mabuk, seperti diceritakan dalam otobiografinya, Hasta la última gota.
Akhir Pemain Paling Berbakat
Pada 2016, Fabian O’Neill menjalani operasi kantung empedu. Dia pun disarankan dokter untuk tidak minum alkohol setidaknya selama tiga tahun. Degan begitu, dia bisa menjalani transplantasi hati dan hidup lebih baik. Tapi sebulan kemudian dia malah kembali meminum alkohol, hingga akhir hayatnya. Meski begitu, bakat besar yang dimilikinya memang terus dikenang banyak orang sampai sekarang.
“Sepakbola Uruguay sedang berduka. Salah satu pemain terbaik yang muncul dalam beberapa dekade terakhir dan yang tahu bagaimana bersinar di lapangan dengan bakat dan sihirnya telah meninggalkan kita,” tulis surat kabar El Pais melaporkan kematian Fabian O’Neil, sebuah bentuk pengakuan terhadap kemampuan sang gelandang di atas lapangan pada masa terbaiknya dulu.
Sementara Cagliari juga masih mengenang sang legenda, sekaligus kapten. “Bangga bisa mengagumi kejeniusanmu dari dekat; murni, jernih, seperti berlian paling berharga. Kamu membuat kami jatuh cinta dengan gayamu. Cagliari tak pernah berhenti mengenang ‘Penyihir’-nya dengan nomor 10 di punggungnya. Beristirahatlah dengan tenang, Fabian,” demikian tertulis di situs resmi Cagliari.
Sumber: Football Italia, Sports Manor, Daily Mail, Transfermarkt, Wikipedia