Memiliki nama lengkap Marcel van Basten, pemain berkebangsaan Belanda ini mendapatkan gelar Ballon d’Or pada tahun 1988, 1989, dan 1992. Sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya tersebut, berikut kami sajikan 20 fakta Marco van Basten.
- Marco van Basten lahir pada tanggal 31 Oktober 1964.
- Marco van Basten lahir di Utrecht, Belanda.
- Marco van Basten memulai karier sepakbolanya dengan bergabung bersama ADO den Haag pada usia 6 tahun. Satu tahun kemudian, ia bergabung dengan UVV Utrecht. Marco bergabung dengan Elinkwijk setelah 9 tahun berada di UVV Utrecht.
- Pada musim 1981-82, Ajax resmi membawa Marco ke Amsterdam. Ia melakukan debutnya berseragam Ajax dan langsung mencetak gol di pertandingan kontra NEC pada April 1982.
- Di musim berikutnya, ia bersaing dengan pencetak gol terbanyak Eropa, Wim Kieft sebagai striker di Ajax. Marco mengakhiri musim dengan mencetak 9 gol dalam 20 penampilan. Marco menjadi pilihan utama sebagai striker setelah Wim Kieft bergabung dengan klub Serie A, Pisa.
- Marco van Basten menjadi pencetak gol terbanyak di liga sebanyak empat musim berturut turut dari 1983/1984 sampai 1986/1987, mencetak 118 gol dalam 112 pertandingan. Di musim 1985/1986, ia mencetak 37 gol dalam 26 pertandingan liga, ia juga mendapatkan European Golden Boot.
- Di akhir musim bersama Ajax, Marco tercatat mencetak 128 gol dalam 133 pertandingan liga. Pada November 1986 ia mencetak gol spektakuler dengan cara overhead kick ke gawang FC Den Bosch.
- Pada 1987, AC Milan resmi mendapatkan jasa Marco van Basten. Di musim pertamanya berseragam Milan, Milan meraih Scudetto pertamanya dalam 8 tahun. Namun Marco hanya bermain 11 pertandingan saja karena cedera ankle yang ia derita.
- Di musim 1988/1989, Marco memenangkan Ballon d’Or . Ia mencetak 19 gol di Serie A dan mencetak 2 gol dalam final European Cup.
- Marco van Basten kembali meraih Ballon d’Or di musim ketiganya berseragam Milan, Marco menjadi pencetak gol terbanyak Serie A dan Milan sukses mempertahankan European Cup setelah mengalahkan Benfica di laga final.
- Marco van Basten dan Milan gagal menjaga konsistensinya di musim 1990/1991, di akhir musim Milan menunjuk Fabio Capello sebagai manajer di musim berikutnya.
- AC Milan menjadi tim tak terkalahkan di liga dan meraih gelar Scudetto di musim 1991-92. Marco menceak 25 gol dan kembali menjadikannya pencetak gol terbanyak di Serie A.
- Pada November 1992, Marco menjadi pemain pertama yang mencetak 4 gol dalam pertandingan Champions League termasuk gol bicycle kick yang ia sarangkan ke gawang IFK Goteborg. Ia kembali meraih Ballon d’Or di tahun 1992. Hal tersebut membuat dirinya menjadi pemain ke 3 yang memenangkan penghargaan tersebut sebanyak 3 kali.
- Marco mengalami cedera ankle ketika Milan bertemu dengan Ancona, membuat dirinya harus di operasi. Setelah pulih, ia kembali bermain beberapa pertandingan terakhir di akhir musim sebelum Milan kalah dari Marseille di final Champions League. Laga tersebut menjadi pertandingan terakhir bagi Marco untuk klub Itali tersebut.
- 1arco sangat sangat berharap agar bisa bermain untuk timnas Belanda saat Piala Dunia 1994 dan juga untuk klubnya pada musim 1994/1995 setelah tidak bermain satu tahun penuh di musim 1993/1994, namun klubnya memerintahkan agar ia tidak mengambil bagian dalam Piala Dunia 1994 karena khawatir akan merusak rehabilitasi bagi dirinya.
- Marco akhirnya mengakui kekalahannya dalam perjuangan untuk pulih pada 17 Agustus 1995, ia mengumumkan pengunduran dirinnya sebagai pesepakbola setelah dua tahun penuh tidak bermain.
- Fabio Capello pernah berkata bahwa, ” Marco was the greatest striker i ever coached. His early retirement was a mortal misfortune for him, for football, and for Milan.”
- Marco melakukan debutnya bersama timnas senior Belanda pada tahun 1983.
- Pada Euro 1988, Marco mencetak total 5 gol yang termasuk hat-trick nya ke timnas Inggris, gol penentu di semifinal kontra Jerman Barat dan tendangan volley di final kontra Uni Soviet. Di akhir kompetisi ia menjadi pencetak gol terbanyak dan menjadi Player of the Tournament.
- Setelah pensiun, Marco menjadi manejer Ajax B di musim 2003/2004, timnas Belanda di tahun 2004-2008, Ajax di tahun 2008/2009, Heerenveen di tahun 2012-2014, AZ Alkmaar di tahun 2014-2016 dan kembali melatih timnas Belanda di tahun 2015 namun ia meninggalkan posisi tersebut untuk mengambil posisi di FIFA.