Claudio Ranieri adalah mantan pesepakbola berkebangsaan Italia, yang berposisi sebagai pemain bertahan, dan kini menjadi pelatih di AS Roma. Berikut kami sajikan fakta Claudio Ranieri.
- Ranieri lahir pada 20 Oktober 1951 di Roma, Italia.
- Ranieri merupakan Romanisti sejati. AS Roma merupakan klub profesional pertamanya. Meski begitu ia lebih sering dipinjamkan ke kesebelasan lain.
- Ranieri mulai mencuri perhatian publik ketika ia mengarsiteki Cagliari. Ranieri sukses membawa Cagliari dari Serie C1 ke Serie A dan sukses menjuarai Coppa Italia Serie C di tahun 1989. Saat itu, Cagliari dikenal dengan sistem taktik yang berubah-ubah.
- Ranieri menjadi pelatih Napoli pada 1991, yang saat itu sedang mengalami krisis finansial. Napoli finis di posisi keempat dan bisa berlaga di UEFA Cup. Ranieri dipecat oleh pemilik klub, Corrado Ferlaino, setelah Napoli tereliminasi di fase kedua UEFA Cup.
- Ranieri bergabung dengan Fiorentina pada 1993. Ia sukses membawa Fiorentina menjuarai Serie B dan mendapat promosi ke Serie A. Bersama Gabriel Batistuta, Rui Costa, dan Francesco Baiano, Ranieri membawa Fiorentina tidak terkalahkan dalam 15 pertandingan pada musim 1995/1996.
- Ranieri bergabung dengan Valencia pada 1997 sampai 1999. Ia berhasil membawa Valencia finis di posisi keempat La Liga, menjuarai UEFA Intertoto Cup 1998, dan Copa Del Rey 1999.
- Ranieri menandatangani kontrak dengan Atletico Madrid pada 1999. Namun Ranieri memutuskan untuk mengundurkan diri karena ia tidak mampu menyelamatkan posisi Atletico dari zona degradasi.
- Ranieri resmi menjadi pelatih Chelsea pada 18 September 2000. Ranieri sempat kesulitan di awal kedatangannya karena terkendala bahasa. Untungnya, banyak pemain Chelsea yang dapat berbicara bahasa Italia dan Spanyol. Mereka pun menjadi penerjemah dadakan untuk Ranieri. Ranieri mengakhiri musim pertamanya di Chelsea dengan hasil yang kurang memuaskan. Performa Chelsea tidak konsisten dan hanya finis di posisi keenam. Ranieri mendapat instruksi untuk mengurangi usia rata-rata skuat. Ia pun mulai membangun ulang Chelsea pada bursa transfer musim panas 2001. Ranieri memutuskan untuk membeli Frank Lampard, Emmanuel Petit, Boudewijn Zenden, Jesper Gronkjaer, dan William Gallas.
- Ranieri sempat mendapat kritik dari suporter karena menjual Dennis Wise yang merupakan pemain favorit dari suporter, meskipun faktanya keberadaan Wise di Chelsea tidak mampu mengangkat performa Chelsea di liga. Di musim keduanya, Chelsea lagi-lagi finis di posisi keenam, tetapi Chelsea berhasil menjadi runner up FA Cup.
- Ranieri mendapat julukan “The Tinkerman” oleh media Inggris, karena Ranieri dianggap terlalu berlebihan ketika merotasi skuad pada musim 2002/2003. Ranieri mendapat dana transfer yang sangat besar ketika Roman Abramovich resmi mengambil alih Chelsea pada Juni 2003. Namun posisi dirinya di Chelsea pun mulai terancam. Media Inggris sempat melihat Abramovich sedang menemui Sven-Goran Eriksson. Meskipun pihak klub menyangkal akan mengganti Ranieri, tetapi rumor ini tetap menghantui Ranieri.
- Ranieri menghabiskan 120 juta pounds untuk pembelian pemain di bursa transfer musim panas 2003. Pada musim 2003/2004, Chelsea memecahkan rekor klub untuk kebobolan paling sedikit dan jumlah poin tertinggi dalam satu musim.
- Ranieri resmi diberhentikan sebagai pelatih Chelsea dan Jose Mourinho resmi mengambil alih posisi yang ditinggalkan Ranieri pada 31 Mei 2004. Skuad Chelsea yang memenangkan dua gelar Premier League di bawah asuhan Mourinho merupakan skuad pilihan Ranieri. Ranieri juga sempat mengidentifikasi Didier Drogba dan Arjen Robben sebagai pemain yang harus bergabung dengan Chelsea di hari-hari terakhirnya sebagai pelatih.
- Ranieri menerbitkan buku yang berjudul “Proud Man Walking”. Buku tersebut menceritakan rentetan kejadian pada tahun terakhirnya di Chelsea. Semua pendapatan dari penjualan buku tersebut di sumbangkan ke rumah sakit anak Great Ormond Street.
- Ranieri kembali ke Valencia pada 8 Juni 2004 dengan kontrak tiga tahun. Ranieri mengambil alih posisi Rafael Benitez yang memutuskan untuk bergabung dengan Liverpool. Pihak klub memutuskan untuk memecat Ranieri pada 25 Februari 2005.
- Ranieri kembali menjadi pelatih, setelah Parma mengumumkan kedatangan Ranieri pada 12 Februari 2007. Ranieri berhasil membantu Parma keluar dari zona degradasi di akhir musim.
- Ranieri resmi ditunjuk sebagai pelatih Juventus pada 4 Juni 2007.
- Ranieri sempat terlibat Psywar dengan manajer baru Inter, Jose Mourinho, yang menggantikannya empat tahun sebelumnya di Chelsea pada Agustus 2008. Mourinho mengkritik Ranieri karena mentalitasnya yang kuno dan gagal memenangkan gelar penting sebagai manajer dalam kariernya. Hal itu menyebabkan perselisihan sementara antara kedua manajer tersebut. Ranieri diberhentikan oleh pihak klub setelah Inter resmi meraih scudetto.
- Ranieri resmi melatih AS Roma pada 1 September 2009. Performa Roma secara dramatis meningkat dan menjadi salah satu tim yang bersaing dalam perebutan scudetto.
- Ranieri terlibat perselisihan dengan sang kapten, Francesco Totti, yang mengkritik Ranieri karena menurut Totti, taktik bertahan yang digunakan Ranieri tidak efektif. Ranieri mengundurkan diri pada 20 Februari 2011 setelah hasil yang buruk terus menghantui AS Roma.
- Ranieri ditunjuk untuk melatih Inter pada 22 September 2011, menggantikan Gian Piero Gasperini. Ranieri hanya bertahan satu musim setelah diberhentikan pada 26 Maret 2012.
- Ranieri menandatangani kontrak dua tahun dengan Monaco yang bermain di Ligue 2 pada 30 Mei 2012. Ranieri berhasil membawa Monaco promosi ke Ligue 1 setelah untuk pertama kalinya menjuarai Ligue 2. Musim keduanya di Monaco, Ranieri berhasil membawa Monaco finis di posisi kedua dengan 80 poin. Meski begitu, pihak klub tidak memperpanjang kontrak Ranieri.
- Ranieri ditunjuk sebagai pelatih timnas Yunani pada 30 Mei 2012. Ranieri mengalami kesulitan di awal penunjukannya menjadi pelatih. Ranieri sering mengubah line-up dan formasi, membuat pemain Yunani kebingungan di tambah ia tidak tinggal di Yunani. Ranieri pun dipecat saat Yunani mengalami kekalahan pada kualifikasi Piala Eropa 2016. Dalam wawancara dengan Leicester Mercury, Ranieri mengungkapkan bahwa ia melakukan kesalahan ketika setuju untuk melatih timnas Yunani. Ia memiliki 4 pertandingan dan dalam setiap pertandingan ia hanya memiliki 3 hari untuk melakukan persiapan dan latihan atau 12 hari latihan saja. “Apa yang bisa saya lakukan hanya dalam 12 hari? Saya harus membangun ulang tim nasional hanya dalam 12 hari. Apa yang harus saya lakukan? Saya bukan pesulap.”
- Ranieri resmi melatih Leicester City pada 13 Juli 2015. Penunjukan ini sempat diragukan oleh Marcus Christenson dari The Guardian. Marcus mengatakan, “Jika Leicester menginginkan seseorang yang baik, mereka memilih orang yang tepat. Tetapi, jika Leicester menginginkan seseorang yang dapat mempertahankan Leicester tetap bertahan di Premier League, mereka memilih orang yang salah.
- Ranieri mengawali musim dengan awal yang baik. Pada laga debutnya kontra Sunderland, Leicester berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 4-2. Ranieri mentraktir pizza dan sampanye kepada seluruh pemain setelah mengalahkan Crystal Palace pada 24 Oktober 2015. Jamie Vardy memecahkan rekor Premier League dengan mencetak gol dalam 11 pertandingan berturut-turut.
- Ranieri menyatakan bahwa ia menggunakan “imaginary bell” dalam latihan untuk menjaga para pemainnya tetap fokus. “Dilly ding, dilly dong” menjadi slogan Leicester saat itu.
- Ranieri sukses membalaskan dendamnya terhadap Jose Mourinho pada 15 Desember 2015. The Special One resmi diberhentikan dua hari setelah skuad Ranieri mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1.
- Ranieri sukses membawa Leicester menjuarai Premier League untuk pertama kalinya setelah Tottenham hanya bermain imbang 2-2 kontra Chelsea. Kesuksesan Leicester digambarkan seperti “kisah dongeng” dan “kemenangan paling tidak mungkin dalam sejarah tim olahraha”. Meski sebelumnya Ranieri mendapat julukan “tinkerman” yang sering mengubah-ubah komposisi skuad, kali ini Ranieri konsisten dalam pemilihan komposisi pemain di setiap pertandingannya. Bersama Leicester, Ranieri menggunakan formasi 4-4-2 dengan pressing ketat, pertahanan yang terorganisir dan serangan balik cepat.
- Ranieri mendapat pujian dari media karena suasana hatinya yang selalu baik dan cara memimpinya di Leicester juga sukses membangun mental juara terhadap pemain asuhannya selama musim 2015/2016.
- Ranieri mendapatkan gelar Manager of the Year 2016 dari League Managers’ Association dan Premier League Manager of the Season 2016.
- Ranieri diberhentikan pada 23 Februari 2017 setelah Leicester menelan kekalahan kontra Sevilla pada Round of 16 Champions League dan saat itu Leicester berada di posisi 17 klasemen. Pemecetan ini dianggap “panic decision” menurut Gary Lineker. Banner “Grazie Claudio” dibentangkan oleh fans Leicester pada pertandingan pertama Leicester tanpa Ranieri.
- Ranieri menjadi pelatih tim Rest of the World pada Soccer Aid, sebuah laga amal yang diselenggarakan UNICEF di Old Trafford pada 5 Juni 2016.
- Ranieri resmi menjadi pelatih Nantes pada 15 Juni 2017 sampai akhir musim 2017/2018.
- Ranieri ditunjuk menjadi pelatih Fulham pada 14 November 2018, menggantikan Slavisa Jokanovic. Ranieri digantikan oleh Scott Parker pada 28 Februari 2019. Di tangan Ranieri, Fulham hanya menang 3 kali dari 17 pertandingan. Secara kebetulan, Jokanovic dan Parker merupakan pemain pertama dan terakhir yang Ranieri datangkan ketika menjadi pelatih Chelsea.
- Ranieri kembali menjadi pelatih AS Roma setelah 8 tahun. Ia menandatangani kontrak hingga musim 2018/2019 selesai dengan opsi perpanjangan kontrak di akhir musim.