Penuh kontroversi, FIFA memutuskan untuk mengambil alih VAR dan bertujuan untuk menyeragamkan penerapan VAR di seluruh kompetisi yang menggunakan jasa teknologi ini.
Sejatinya, kehadiran Video Assistant Referee bertujuan untuk mengurangi serangkaian kesalahan yang dilakukan oleh wasit utama. Teknologi ini seharusnya membuat wasit bisa mengambil keputusan yang paling tepat sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan yang paling utama, kesebelasan yang bertanding tidak lagi merasa mendapat ketidak adilan.
Sayangnya, penggunaan VAR ternyata tidak terlalu mulus. Beberapa hari terakhir, pemakaian VAR mengundang masalah. Yang paling utama terjadi pada kompetisi Premier League. Pada tiga laga terakhir pekan ke-34 Premier League, kontroversi kembali terjadi justru terkait keputusan wasit yang mengandalkan teknologi tersebut.
Lee Mason memberikan penalti kepada Southampton meski tayangan ulang menunjukkan kontak antara Andre Gomes dengan James Ward-Prowse terbilang minim. Berikutnya, wasit Paul Tierney tidak memberikan penalti kepada Spurs meski dalam tayangan ulang menunjukkan kalau Harry Kane didorong oleh Joshua King.
Puncak dari segala perdebatan kemudian hadir pada laga terakhir antara Aston Villa melawan Manchester United. Bruno Fernandes mendapat penalti setelah wasit Jon Moss menganggap Ezri Konsa melakukan pelanggaran terhadap penggawa Portugal tersebut. Namun, tayangan ulang memperlihatkan kalau Bruno sempat menginjak kaki Konsa sebelum ia terjatuh.
Keputusan ini mengundang polemik karena Moss sempat berinteraksi dengan wasit VAR sebelum ia memutuskan untuk tetap memberikan penalti kepada United. Sebuah keputusan yang mengundang tanda tanya. Banyak yang menganggap kalau itu adalah penalti, namun tidak sedikit yang merasa kalau itu bukan pelanggaran dan Bruno seharusnya mendapat kartu atas injakan kakinya ke tulang kering Konsa.
“Itu adalah keputusan yang salah. Seharusnya, kejadian tersebut dibatalkan olehh VAR tetapi nyatanya tidak dan seharusnya pelanggaran diberikan kepada Konsa,” kata Premier League, yang dibacakan langsung oleh presenter Match of the Day, Dan Walker. Sayangnya, Jon Moss sudah membuat keputusan untuk memberi penalti kepada United.
Inilah yang kemudian membuat FIFA tergerak untuk mengambil alih VAR dan menginginkan penerapan yang sama di semua kompetisi yang menggunakan VAR. Langkah ini sebenarnya sudah mereka lakukan sejak 1 Juli lalu namun gaungnya baru terdengar setelah insiden Bruno dengan Konsa. Hal ini juga diperkuat dengan kekhawatiran IFAB, badan yang menyusun aturan sepakbola, terkait pemakaian VAR dalam dua tahun terakhir.
“Tanggung jawab FIFA adalah memastikan bahwa aturan sepakbola bisa diterapkan secara sama di seluruh dunia. Tidak boleh ada perbedaan di tiap-tiap benua atau negara. Sudah jadi tanggung jawab untuk memastikan sepakbola dimainkan dengan cara yang sama di seluruh dunia,” kata Pierluigi Collina selaku ketua komite wasit FIFA.
Memang ada beberapa aturan yang berbeda dalam penerapan VAR. Kompetisi Premier League bisa menjadi contoh nyata. Sangat jarang sekali terlihat wasit utama mendatangi layar untuk melihat sebuah kejadian yang sedang diulas. Kebanyakan dari mereka hanya mendengan masukan dari wasit yang berada di ruang VAR. Hal ini yang menjadi permasalahan mengingat wasit VAR pun tidak jarang membuat kesalahan.
“Jika rekanmu salah, kamu akan berusaha menemukan sesuatu untuk mengatakan ‘tidak, tidak, tidak, dia benar’. Ini adalah solidaritas yang salah. Wasit harus paham makna solidaritas mereka dengan meminta untuk berhati-hati. Situasi akan menjadi jauh lebih baik jika Anda melihat monitor untuk menilai apakah keputusan itu benar atau salah,” kata Collina.
“Bisakah Anda membayangkan kalau dalam kompetisi internasional yang dimainkan oleh tim yang terbiasa memiliki interpretasi berbeda dari hukum permainan dalam kompetisi emreka? Memang ada beberapa perbedaan kecil, tetapi implementasi secara keseluruhan harus sama, ujarnya.
Permasalahan VAR di Premier League memang begitu pelik. Salah satunya adalah ketergantungan wasit terhadap mereka yang memberikan kontrol dari balik layar. Beberapa waktu lalu, insiden dalam laga Aston Villa melawan Sheffield United juga tidak melibatkan VAR meski Sheffield punya peluang mendapat gol setelah jam tangan Michael Oliver tidak menyala ketika bola tendangan Oliver Norwood telah melewati garis.
Pada awal kehadirannya, VAR mendapat banyak sekali hujatan dari para penggemar sepakbola. Mereka merasa kalau teknologi ini akan menghilangkan sisi kemanusiaan dari sepakbola yaitu kesalahan. Dengan adanya VAR, maka drama yang biasanya mereka saksikan mendadak hilang dari lapangan hijau. Namun kenyataannya, VAR tidak benar-benar menghilangkan drama. Buktinya, wasit masih saja salah mengambil keputusan.